"Benda apaan sih ini?" Han Sen kaget. Memaksakan diri menahan guncangan seperti arus listrik, dia memanggil senjata cakar dan menghantam keras tubuh ubur-ubur.
Tapi senjata cakar hantu ternyata juga terjebak masuk, langsung menempel dan tak bisa bergerak.
Han Sen kaget bukan main, ubur-ubur ini persis seperti gumpalan lem perekat, dibabat percuma, dipukul tidak ada gunanya, mati-matian menempel ke tubuh Han Sen.
Han Sen memaksakan diri menahan sensasi kesemutan akibat setruman, berusaha berenang kembali ke Crystal Palace. Tapi ubur-ubur itu sambil terus menyetrumnya, tubuhnya juga merangkul setengah badan Han Sen ke dalam tubuhnya yang seperti agar-agar, bahkan terus merambat ke bagian tubuh lainnya.
Han Sen pertama kalinya menemukan makhluk hidup mengerikan seperti ini, diam-diam merasa situasi tidak beres. Saat otaknya berpikir ribuan cara menghadapi situasi ini, tiba-tiba pandangan sampingnya menangkap bayangan manusia berenang mendekat dari arah Crystal Palace.
Han Sen melihat lebih dekat, ternyata Zero yang berenang mendekat. Langsung terkejut, ingin berteriak menyuruh Zero kembali, tapi saat ini dia berada di dalam air, mustahil bisa berbicara.
Zero berenang dengan sangat cepat di dalam air, segera sampai di sisi Han Sen. Tangan langsung meraih ubur-ubur itu, berusaha menariknya dari tubuh Han Sen.
"Jangan!" Han Sen berteriak dalam hati, tapi percuma. Zero pun seperti Han Sen, ikut terperangkap oleh ubur-ubur itu.
Gelombang demi gelombang arus listrik menusuk tubuh. Seluruh raga Han Sen kejang-kejang kesakitan, seolah akan hangus jadi arang.
Han Sen memaksakan diri menahan kesakitan, sambil berpikir cara menyelamatkan diri dan Zero. Tiba-tiba matanya menangkap kilatan ungu yang menyala-nyala dari pupil Zero.
Pupil hitamnya ternyata berubah menjadi ungu, rambut hitam panjangnya secara mengerikan mulai berkonversi ke warna ungu. Sepasang tanduk kecil melengkung berwarna ungu muncul dari atas kepalanya, berubah menjadi penampilan keluarga kerajaan Shura seperti saat pertama kali Han Sen melihatnya dahulu.
Hah!
Zero yang telah berubah menjadi sosok suku Asura, dengan kedua tangannya langsung merobek ubur-ubur tersebut. Makhluk lengket seperti lem perekat itu di bawah genggaman tangan mungil Zero, seolah kehilangan fungsi dasarnya, terbelah seperti diiris pisau tajam.
Han Sen terkejut melihatnya. Dalam kondisi ini, tenaga Zero begitu mengerikan hingga sulit dipercaya. Ubur-ubur itu sama sekali tak mampu menahan penghancuran dari tangan-tangan mungilnya.
Kilauan ungu di mata Zero berkedip-kedip, kedua tangannya tak henti bergerak. Dalam sekejap, semua bagian yang menempel di tubuh Han Sen tersingkirkan. Lalu ia menarik Han Sen menuju Crystal Palace.
Splash!
Dua orang keluar dari air, Zero baru saja merangkak naik, tiba-tiba terjatuh ke tanah. Warna ungu di rambutnya cepat memudar, sepasang tanduk ungu melengkung di kepalanya perlahan menyusut kembali. Dalam sekejap, penampilannya kembali berubah menjadi gadis manusia biasa.
Han Sen buru-buru mendekat untuk memeriksa kondisi Zero. Ternyata Zero hanya pingsan, tidak ada luka di tubuhnya. Barulah dia menghela nafas lega panjang.
Zero tetap tidak sadarkan diri selama dua hari penuh. Bahkan setelah sadar, kondisi fisiknya menjadi sangat lemah. Selama beberapa hari berturut-turut, dia sama sekali tidak memiliki nafsu makan.
"Zero sebenarnya manusia atau Asura?" Keraguan muncul di hati Han Sen. Kecurigaan terhadap asal-usul Zero semakin menguat.
Namun yang lebih mengkhawatirkannya adalah dampak transformasi Zero menjadi wujud Asura. Entah apakah perubahan itu menyebabkan kerusakan pada tubuhnya. Setidaknya saat ini, Zero terlihat sangat lemah - persis seperti pasien yang baru menjalani operasi besar, wajahnya pucat menakutkan.
Untungnya Zero tidak dalam bahaya jiwa. Han Sen memberikan cairan regenerasi tubuh dan nutrisi cair Alliance untuk diminum Zero. Kondisi Zero perlahan mulai membaik.
Belajar dari pelajaran ini, Han Sen tidak berani lagi berburu sembarangan di dasar laut. Mayat ubur-ubur itu berhasil diangkatnya, dan setelah direbus dan dicicipi, asal-usulnya pun terungkap.
Ini adalah ubur-ubur merah mistis level darah suci yang berhasil meningkatkan Gen Tuhan Han Sen sebanyak delapan poin.
Setelah kembali ke Alliance, Han Sen menyelidiki banyak data, namun sama sekali tidak menemukan informasi terkait kondisi khusus seperti yang dialami Zero.
Manusia tetaplah manusia, Asura tetaplah Asura. Meski secara fisik mirip, sebenarnya mereka dua spesies yang sama sekali berbeda. Satu individu tidak mungkin menjadi Asura sekaligus manusia.
Han Sen bahkan mempelajari data biologis. Ahli biologi telah lama membuktikan bahwa gen manusia dan Asura memiliki perbedaan sangat besar, mustahil menghasilkan keturunan.
Bahkan jika dibudidayakan secara artifisial, hampir mustahil untuk melatih keturunan campuran darah manusia dan dewa perang Asura.
"Sebenarnya apa yang terjadi dengan Zero?" Han Sen terus bertanya-tanya, sementara tato Kucing Darah Sembilan Nyawa di punggung Zero juga membuatnya sangat penasaran.
"Sen, bisakah kau menemaniku ke suatu tempat?" Saat Han Sen sedang menyelidiki data, Ji Yanran tiba-tiba mengetuk pintu dan masuk.
"Tentu saja, mau ke mana?" Han Sen menatapnya dengan terkejut. Kenyataannya, Ji Yanran jarang langsung datang ke kamarnya—biasanya menghubungi lewat alat komunikasi terlebih dahulu.
Kedatangan langsung Ji Yanran ke kamarnya kali ini menunjukkan betapa pentingnya masalah ini, sehingga Han Sen pun langsung setuju tanpa bertanya detail.
Ji Yanran membuka mulutnya seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi ragu-ragu mengurungkannya.
"Apa masih ada yang tidak bisa kita bicarakan?" Han Sen mengedipkan mata sambil berkata.
Ji Yanran menghela nafas dengan pasrah: "Besok aku harus ikut kompetisi diskusi, harap kamu bisa menemani."
"Diskusi apa?" Han Sen memandangnya dengan kebingungan, awalnya mengira ini urusan keluarga Ji Yanran, tak disangka hanya diskusi biasa.
"Begini... Ini semacam forum diskusi semi-pribadi. Pesertanya kebanyakan remaja seusiaku." Ucap Ji Yanran agak lambat, sepertinya sedang memikirkan cara menjelaskan ke Han Sen.
"Jangan-jangan ini acara kencan buta?" Han Sen mengedipkan mata penuh tanya.
Ji Yanran langsung berguman manja: "Apa yang kamu pikirkan? Sama sekali tidak ada hubungannya! Ini forum diskusi sungguhan, cuma pesertanya agak spesial dan materinya juga unik. Aku ingin kamu ikut mendengarkan, pasti berguna buatmu nanti."
"Bisa kasih tahu tema diskusinya tentang apa?" tanya Han Sen lagi.
Ji Yanran tampak ragu, namun tetap berkata: "Kamu pasti pernah dengar teori bahwa manusia baru benar-benar memulai evolusi setelah menjadi Evolusioner, kan?"
Han Sen mengangguk: "Pernah, waktu sekolah juga belajar. Evolusioner adalah titik di mana manusia melampaui batasnya, awal mula metamorfosis genetik sejati."
"Yang akan didiskusikan dalam acara itu adalah evolusi gen manusia itu sendiri," jelas Ji Yanran.
Han Sen menatapnya bingung. Jika Evolusioner adalah awal evolusi gen, seharusnya yang ikut acara itu para Evolusioner. Ji Yanran masih level evolusi biasa - untuk apa dia ikut?
Seolah membaca pikiran Han Sen, Ji Yanran melanjutkan: "Secara teori, manusia harus mencapai level Evolusioner dulu untuk memulai evolusi gen. Tapi ada pengecualian. Karena bakat bawaan dan metode khusus tertentu, mereka bisa meningkatkan dan mengaktifkan evolusi gen mereka. Inilah yang akan dibahas dalam diskusi itu."
