Han Sen yang sedang bersemangat hendak melanjutkan pencarian makhluk level tinggi yang sendirian di laut untuk diburu. Namun tiba-tiba bulu kuduknya merinding, tulang punggungnya terasa dingin. Sebuah aura menakutkan mulai menyebar ke segala penjuru.
"Berhenti! Jangan bergerak!" Han Sen menghentikan Putri Dewa Laut, membuat Crystal Palace berhenti. Dia juga memerintahkan para malaikat kecil untuk tidak bergerak lagi, menghentikan semua aktivitas mereka.
Secara prinsip, Crystal Palace seharusnya tak dapat dihancurkan. Saat ini dia berada di dalam Crystal Palace, seharusnya tidak ada bahaya. Namun Han Sen merasakan gelombang deg-degan yang tak terungkapkan, seolah sesuatu yang sangat mengerikan akan terjadi. Keringat dingin mengucur deras dari tubuhnya.
Sejak menguasai tingkat pertama Teknik Kulit Es dan Tulang Giok, kemampuan persepsi Han Sen semakin tajam. Terhadap kemampuan persepsinya sendiri, Han Sen memiliki kepercayaan penuh.
Raga membeku tak bergerak. Mata menatap tajam ke kedalaman laut melalui jendela kristal. Tak ada kejadian aneh yang terlihat - gerombolan ikan warna-warni berenang riang gembira.
Di hamparan pasir dasar laut yang sunyi, terlihat beberapa makhluk mutan biasa merangkak perlahan di atas pasir laut.
Tapi Han Sen tetap merasa ada yang tidak beres. Seluruh tubuhnya gemetar halus.
Tiba-tiba, seekor monster mengerikan muncul dalam pandangan Han Sen—seekor hiu perak sepanjang lebih dari 30 meter dengan sisik logam berkilauan menutupi seluruh raganya, gerakannya menciptakan arus bawah yang mengguncang.
Meskipun hiu perak itu terlihat sangat mengerikan, setelah pengamatan lebih dalam Han Sen menyadari aura getaran ketakutan yang dirasakannya justru bukan berasal dari makhluk tersebut.
Hiu perak itu membuka retorikanya yang menganga, dalam sekali telan menyedot berton-ton ikan warna-warni, membuat kawanan ikan di sekitarnya berhamburan dalam kekacauan.
Di tengah situasi ini, sorot mata Han Sen tertangkap kilatan biru yang mulai berdenyut di kedalaman laut tak jauh—cahayanya semakin terang dengan ritme aneh yang tak wajar.
Jarak gumpalan cahaya biru itu semakin dekat, palpitasi di hati Han Sen juga semakin hebat. Saat gumpalan cahaya biru itu sepenuhnya terpantul di kelopak mata Han Sen, ia akhirnya melihat jelas wujudnya.
Itu adalah makhluk mutan setinggi tiga meter, bentuknya sangat mirip kuda laut. Seluruh tubuhnya memancarkan cahaya biru pucat, seolah terbungkus oleh nyala api biru.
Seekor kuda laut besar berwarna biru, kulitnya gelap pekat bagaikan kulit kayu tua biru yang keriput. Sepasang matanya jernih seperti kristal Liuli, menyerupai dua permata biru yang memancarkan cahaya biru pucat mengerikan. Saat pandangan jatuh pada matanya, terasa seperti tersedot ke dalam jurang tak berdasar, seakan seluruh diri akan terhisap masuk ke dalam matanya.
Keringat dingin di dahi Han Sen sudah mengalir ke pipi, matanya tak lepas mengawasi kuda laut biru itu tanpa berani bergerak sama sekali. Sekarang dia benar-benar yakin, yang membuat hatinya berdebar-debar adalah kuda laut biru ini.
Pada saat kuda laut biru itu muncul, tubuh raksasa hiu perak tiba-tiba berhenti di tengah air laut, gemetar tak henti seolah menghadapi hal mengerikan.
Kuda laut itu berenang lambat, tubuhnya bergerak perlahan seperti terpatah-patah mendekati hiu perak raksasa. Tubuh hiu perak semakin hebat gemetarnya, namun tak berani sedikitpun bergerak.
Akhirnya kuda laut biru itu tiba di samping hiu perak raksasa. Meski posturnya tak kecil, di hadapan hiu perak dia terlihat sangat mungil. Menghadapi kuda laut biru seperti ini, hiu perak raksasa yang ketakutan mencapai puncaknya, sisik perak metalik di seluruh tubuhnya bergetar liar namun tak berani berenang menjauh.
Kuda Laut Biru mengawasi Hiu Perak Raksasa di hadapannya, proboscis seperti terompetnya terbuka. Semburan kecil cahaya api biru menyembur keluar, yang mengejutkan tidak padam di dalam air laut, mendarat di atas sisik perak hiu itu.
Semburan api biru itu hanya seukuran tinju, namun saat menyentuh tubuh hiu perak, seluruh raksasa itu langsung terbakar hebat dalam sekejap. Kobaran api biru membakar dengan ganas di dalam air laut. Sang hiu menderita kesakitan luar biasa, namun dalam kondisi seperti itu tetap tak bergerak sama sekali. Hanya raganya yang berdistorsi tak mampu menahan siksaan, menampilkan pemandangan yang mengerikan sekaligus supernatural.
Hanya dalam hitungan detik, hiu perak raksasa itu telah terbakar hidup-hidup menjadi abu beterbangan di laut. Api biru itu baru perlahan padam, menyisakan abu yang menyatu dengan air laut lalu terbenam pelan-pelan ke dalam lumpur di dasar samudra.
Han Sen melihat dengan jantung berdebar-debar, di dalam hati tak bisa menahan diri untuk berbisik: "Makhluk Dewa Super... Pasti ini anggota dari Perlindungan Kedua Makhluk Dewa Super..."
Meski belum benar-benar menyaksikan kekuatan kuda laut biru itu, hanya melihatnya menyemburkan gumpalan kecil cahaya biru, tapi Han Sen yakin sepenuhnya dalam hati - makhluk ini pasti Makhluk Dewa Super.
Saat Han Sen masih tertegun, tiba-tiba kuda laut biru itu melirik ke arahnya. Seketika seluruh tubuh Han Sen terasa membeku, dingin di hati menyebar ke sekeliling.
Namun hanya sekilas, kuda laut biru itu pun berpaling dan pergi perlahan, tak lama kemudian menghilang di kedalaman lautan.
Baru saat itu Han Sen ambruk duduk di pasir seperti lemas tak bertenaga. Bajunya basah kuyup oleh keringat dingin yang entah sejak kapan telah menggenangi seluruh tubuhnya.
“Mengerikan sekali, sebenarnya seberapa kuat Makhluk Dewa Super itu? Ternyata hanya aura-nya saja sudah begitu mengerikan.” Han Sen baru saja terhindar dari bahaya.
Selain itu, kilatan api yang disemburkan kuda laut biru juga membuat Han Sen ketakutan. Padahal ini terjadi di tengah lautan, namun kobaran apinya bisa membakar makhluk Darah Ilahi berukuran raksasa menjadi abu. Ini benar-benar mengerikan.
Melihat arah kepergian kuda laut biru yang ternyata mengarah ke perlindungan bawah laut, hati Han Sen semakin dingin: "Mungkinkah tempat perlindungan di dasar laut itu sebenarnya berada di atas perlindungan keluarga kerajaan?"
Saat Han Sen masih diliputi kecemasan, tiba-tiba dia melihat kilatan cahaya biru bermunculan di depan. Entah makhluk mutan apa lagi yang menjadi korban.
Mengatupkan giginya, Han Sen memerintahkan Putri Dewa Laut untuk mengendalikan Crystal Palace perlahan menuju arah kuda laut biru. Tapi dia tidak berani mendekat terlalu cepat, hanya mengawasi dari kejauhan kobaran api biru yang menyala-nyala itu.
Han Sen hanya merasa tidak rela, ingin melihat apakah kuda laut biru itu benar-benar makhluk dari perlindungan bawah laut. Dia ingin mengikuti dari jauh untuk sekadar melirik.
Tak lama, Han Sen mulai kecewa. Jarak ke perlindungan bawah laut sudah dekat. Kuda laut biru itu memang menuju ke arah perlindungan, membakar banyak makhluk mutan di sepanjang jalan. Entah apa tujuannya.
Bayangan perlindungan bawah laut yang berukuran luar biasa besar mulai terlihat. Han Sen memerintahkan Putri Dewa Laut untuk memutar Crystal Palace dan pergi. Karena kuda laut biru benar-benar penghuni perlindungan itu, Han Sen mungkin tidak akan menyerang tempat ini dalam beberapa tahun ke depan.
Crystal Palace baru saja berbalik beberapa saat ketika Han Sen tiba-tiba merasakan air laut berbinar-binar. Sekelilingnya memancarkan kilatan biru pucat yang menyinari seluruh dasar laut seperti siang hari.
Han Sen seolah menyadari sesuatu, ekspresinya berubah drastis. Ia segera menatap ke arah perlindungan bawah laut, hanya untuk melihat bangunan raksasa itu kini tenggelam dalam kobaran cahaya api biru, bagaikan neraka dunia biru. Cahaya api biru yang mengerikan itu berkobar dengan gila.
