Yang Manli merasa sangat tidak nyaman. Kekuatan Perlindungan Hitam begitu dahsyat, bahkan tujuh petarung level 100 hadir di sini, ditambah lebih dari 200 evolusioner berkekuatan luar biasa. Kekuatan semacam ini terlalu superior, Perlindungan Sang Dewi jelas sulit bertahan.
Tapi keputusan Han Sen untuk menyerah membuat perasaan Yang Manli semakin keruh, bahkan terasa menyakitkan.
Paman Qing memandang Han Sen yang berjalan sendirian dengan ekspresi berlapis-lapis, seolah tengah merenungkan sesuatu yang dalam.
Zhu Ting malah menyusutkan posturnya, siap kabur secepat kilat jika situasi berubah membahayakan.
"Han Sen, bukan aku tak punya solidaritas. Tapi musuh terlalu kuat. Ini kulakukan untuk menyimpan api perjuangan kita," batin Zhu Ting bergolak.
Han Sen kini berdiri 10 meter dari Hei Shen, menatapnya dengan tenang: "Hei Shen, kau berani menginjakkan kaki di wilayahku? Lupa sudah kekalahan memalukanmu di arena itu?"
Hei Shen justru tersenyum dingin: "Kemenangan dan kekalahan adalah hal biasa dalam pertempuran. Pemenang sejati adalah yang tertawa di akhir. Aku akui teknik bertarungmu memang canggih, tapi kali ini bukan pertarungan satu lawan satu. Jika kau langsung berlutut menyerah, mungkin aku akan membiarkanmu hidup. Kalau tidak, hari ini pasti aku akan menghancurkan tembok kotamu dan membinasakan semua penghuninya."
"Yang jadi andalanmu adalah mereka ini?" Han Sen melirik formasi pasukan evolusioner yang tersusun rapi di belakang Hei Shen.
"Benar. Enam evolusioner yang menembus angka 100, ditambah 237 evolusioner dengan kemampuan fisik di atas 60. Menghancurkan perlindunganmu semudah membalikkan telapak tangan." Hei Shen menyeringai merendahkan.
Suara gempar langsung memenuhi Perlindungan Sang Dewi. Sebelumnya hanya Paman Qing, Yang Manli, dan Zhu Ting yang bisa melihat tanda-tanda bahaya. Tapi setelah mendengar pengakuan Hei Shen bahwa enam orang di belakangnya ternyata semuanya petarung kuat yang menembus angka 100, plus lebih dari dua ratus evolusioner dengan kemampuan fisik di atas 60, wajah mereka langsung pucat ketakutan.
Hingga detik ini di Perlindungan Sang Dewi, yang kemampuan fisiknya bisa melebihi 60, paling-paling hanya sekitar belasan orang. Adapun yang bisa menembus angka 100, hanya Han Sen satu-satunya yang masih mungkin.
Sekarang mereka hanya mengerahkan tujuh evolusioner yang menembus angka 100 saja, kesenjangan kekuatan benar-benar terlalu besar.
"Kalau begitu hari ini harus berperang?" Han Sen tetap tenang, menatap Hei Shen sambil bertanya datar.
"Kamu berlutut mengakui kesalahan dan menyerahkan perlindungan ini, aku bisa membiarkanmu hidup." Sudut bibir Hei Shen sedikit terangkat, memandang Han Sen dengan pandangan meremehkan.
Hari ini dia tidak hanya ingin membunuh Han Sen, tapi juga menguasai Perlindungan Sang Dewi. Jika bisa menundukkan Han Sen, itu tentu lebih baik lagi, sehingga bisa merebut Perlindungan Sang Dewi tanpa kehilangan satu prajurit pun.
Han Sen tiba-tiba tertawa: "Sayang sekali."
"Sayang apa?" Suara Hei Shen dingin mengejar.
"Kamu akan segera menyadari betapa menggelikannya andalanmu. Sayangnya, kamu tidak punya kesempatan untuk tertawa lagi." Sambil berkata demikian, tenaga dahsyat meledak dari kedua kaki Han Sen yang melesat seperti kuda liar menyerbu ke arah Hei Shen.
"Gila apa dia?" Riuh rendah pecah di dalam Perlindungan Sang Dewi. Tak ada yang menyangka Han Sen ternyata sendirian menyerbu Legiun Hei Shen.
Itu adalah tujuh evolusioner yang menembus angka 100 plus lebih dari dua ratus elit guild. Pasukan sekuat ini ibarat telur ayam menghantam batu jika dibandingkan dengan kekuatan seluruh Perlindungan Sang Dewi. Tapi Han Sen malah nekat menyerang sendirian. Bagi banyak orang, tindakannya sama dengan cari mati.
"Cari mati!" Hei Shen membentak. Kapak panjangnya diayunkan, mengerahkan enam evolusioner penembus 100 dari belakang untuk menghadang dan mengepung Han Sen demi membunuhnya seketika.
Di mata Hei Shen, Han Sen jelas-jelas sedang mencari mati. Kemampuan bela diri Han Sen memang pernah dia lihat, memang cukup hebat. Tapi tenaga satu orang apa artinya di hadapan sebuah legiun?
Jagoan bela diri sekalipun, di medan pertempuran bak mesin penggiling daging, hanya pantas disebut pion kecil. Perang sesungguhnya dimenangkan dengan keunggulan strategi - itulah jalan sang raja prajurit.
Saat ini, Hei Shen berniat menghancurkan Han Sen dengan legiun jalan yang benar melalui gempuran frontal.
Aksi Han Sen menerobos formasi sendirian ini, bukan hanya dianggap bunuh diri oleh Hei Shen. Semua orang menyangka dia sedang menggali kuburannya sendiri.
"Gila... gila... anggota ini benar-benar gila..."
"Yang malang pasti punya sisi memuakkan. Dulu dia terlalu sombong."
"Lebih baik kita buka gerbang kota, sambut legiun Hei Shen. Jangan sampai setelah membunuh Han Sen, mereka membantai kita juga."
"Setuju! Cepat buka gerbang! Sambut mereka!"
Beberapa orang licik sudah bergegas membuka gerbang untuk menyambut penguasa baru.
“Siapa berani mendekat setengah langkah ke gerbang kota, Bunuh tanpa ampun.” Yang Manli melirik orang-orang itu dengan aura dingin, lalu dengan tenang memberikan perintah.
Anggota Legiun Sang Dewi yang menjaga gerbang kota mengubah arah mata tombak mereka, mengarahkan senjata ke kerumunan yang berlarian ke gerbang, membuat mereka langsung berhenti ketakutan.
“Wakil Pemimpin Tim Yang, Han Sen sendiri yang cari mati, untuk apa Anda ikut mati bersamanya? Tindakan kami ini demi kebaikan kita semua.”
“Benar, Han Sen tidak peduli nyawanya sendiri, tapi kami masih ingin hidup.”
“Bagai telur menabrak batu, Wakil Pemimpin Yang masih muda dan cantik, jangan sampai salah pilih jalan.”
……
Meski tak berani menyerbu gerbang, mereka tetap meneriakkan celaan dari kejauhan kepada Yang Manli.
“Daripada mengkhawatirkan hal-hal tak penting, lebih baik pikirkan bagaimana kalian akan menghadapi kami setelah Legiun Hei Shen dipukul mundur.” Yang Manli mendengus keras.
Hati semua orang menggigil, namun ada yang menyeringai dingin: "Wakil Pemimpin Tim Yang, kau terlalu berkhayal. Legiun Hei Shen begitu perkasa, Han Sen itu hanya mencari mati. Kalian mau memukul mundur Legiun Hei Shen? Ini jelas mimpi di siang bolong..."
"Benar... mimpi di siang bolong..." Banyak yang ikut menambahkan, kebanyakan adalah mereka yang dulu aktif mengundurkan diri dari Legiun Sang Dewi.
Di medan pertempuran luar kota, Han Sen telah sendirian menerjang formasi musuh. Di tangannya tak ada senjata roh binatang yang dipanggil, bahkan baju zirah pun tak dikenakan, ia langsung menerjang masuk dengan tangan kosong.
Enam evolusioner yang menembus angka 100 langsung menyambut Han Sen. Aura masing-masing bergelombang dahsyat, memancarkan tenaga mengerikan. Senjata roh binatang di tangan mereka langsung menghujam ke arah Han Sen.
Tapi raga Han Sen yang sedang melesat tiba-tiba berputar kencang di kecepatan tinggi, secara sulit dipahami melirik tajam sejauh tiga kaki, menghindari serangan dua orang di depannya, terus menerjang gila-gilaan menuju Hei Shen.
Empat evolusioner yang menembus angka 100 di belakang terkejut, senjata di tangan mereka dengan cepat menghantam Han Sen.
Tapi Han Sen malah seperti burung bangau yang anggun, dalam kecepatan tinggi posturnya bergerak luwes, sekejap mata melintasi bidang persilangan senjata mereka.
Cepat, kecepatan yang tak terbayangkan!
Kuat, kekuatan yang menyedihkan!
Enam evolusioner yang menembus angka 100 ternyata tak mampu menghalangi langkah maju Han Sen. Layaknya pembunuh berani yang tak kenal kompromi, dalam sekejap ia menembus blokade enam orang kuat itu, terus melesat liar menuju Hei Shen.
"Tidak mungkin!" Hati Hei Shen gemetar. Baru berapa lama waktu berlalu, kekuatan Han Sen ternyata jauh meningkat dibanding pertarungan terakhir mereka. Hanya dari kecepatan ini saja, sudah tak terkira berapa kali lipat peningkatannya.
