Awalnya mereka mengira Han Sen mungkin punya sayap, ingin terbang masuk untuk memancing keluar Raja Ular.
Kalau lewat jalan bawah hampir mustahil, langsung terperosok ke dalam salju, lalu diserang gerombolan besar ular es yang bersembunyi di bawah salju - kemungkinan selamat hampir tidak ada.
Tapi kalau terbang pun akan sama tragisnya, ular es punya kemampuan terbang. Meski tidak bisa terbang tinggi, selama masih di dalam lembah es, tidak bisa kabur dari jarak serangan mereka.
Makanya mereka yakin tindakan Han Sen masuk begitu saja pada dasarnya adalah aksi bunuh diri.
Tapi siapa sangka Han Sen justru berjalan menuju lembah, tanpa memanggil sayap untuk terbang.
Bagaimana mungkin praktisi 《Ilmu Tulang Giok dan Otot Es》takut akan racun dingin? Namun Han Sen juga tak berniat membiarkan ular menggigitnya.
Begitu menginjakkan kaki di lembah salju, tubuhnya meluncur cepat di atas hamparan putih. Jejak kakinya hanya meninggalkan bekas kecil yang samar, nyaris tak terlihat jika tidak diamati seksama.
Konsep "awan" dalam《Banbu Yun》selain merujuk pada kemampuan meminjam tenaga dari udara, juga melambangkan seni meringankan tubuh. Jika dikuasai sempurna, melangkah di salju tanpa meninggalkan jejak pun bukan hal mustahil.
Para evolusioner di luar terpana menyaksikan kelincahannya. Teknik gerak semacam ini sungguh mengejutkan, sulit dipercaya itu ditunjukkan oleh seorang evolusioner biasa.
Meski teknik gerak Han Sen ringan dan luwes, namun tetap menarik perhatian ular es di sekitarnya. Dua ekor ular es muncul dari tumpukan salju, menerjang ke arahnya di udara.
Sisik perak putih salju berkilauan dingin di bawah sinar matahari. Di sisi tubuh mereka, tiba-tiba mengembang sepasang sayap ular transparan setipis sayap jangkrik yang memancarkan kilau aneh. Setelah serangan pertama meleset, mereka berputar-putar di udara sebelum kembali menyambar Han Sen.
Han Sen yang telah mempelajari data tentu tahu ular es memiliki sayap ganda. Meski tak bisa terbang tinggi, kekuatan meluncur mereka luar biasa. Tak mau sembrono, usai menghindari gigitan dua ular es itu, ia segera melanjutkan perjalanan dengan tergesa-gesa.
Dia juga tidak membunuh dua ular es level purba itu. Tujuannya adalah memancing keluar Raja Ular Es Mata Perak. Jika sekarang membunuh dua ular es purba itu, bau darah akan langsung menarik seluruh kawanan ular es di bawah salju keluar. Saat itu situasinya hanya akan menjadi lebih rumit.
Mengabaikan pengejaran dua ular es itu, Han Sen terus melesat ke depan. Sesekali beberapa ular es menyelinap keluar, tapi tidak bisa membentuk ancaman berarti baginya. Dengan teknik gerak anggun menginjak hamparan salju, Han Sen menghindari serangan demi serangan ular es sambil cepat bergerak menuju dalam ngarai.
Para evolusioner di luar saling memandang, seluruh pupil mata mereka memancarkan keheranan. Teknik gerak seperti ini sudah termasuk kasus khusus di antara evolusioner, hampir tak terlihat sebelumnya.
"Menurut kalian, benarkah dia bisa memancing keluar Raja Ular Es Mata Perak?" Seorang evolusioner dengan raut wajah penuh keanehan menatap siluet yang menjauh di lembah salju, bertanya pada rekan di sisinya.
“Sulit diprediksi, orang ini, tidak bisa ditembus.” Evolusioner lainnya menjawab.
“Atasan meminta kami mengumpulkan lebih banyak laporan intelijen tentangnya, tapi jika kami melaporkan apa yang kami lihat dan dengar seperti ini, entah apakah mereka akan percaya.” Ada yang tersenyum pahit.
“Semoga atasan tidak memaksa kami Berbalik Melawan dengannya. Orang ini benar-benar mengerikan. Jika berhadapan dengannya, aku akan terus-menerus merasakan kecemasan. Meski dilindungi lautan pasukan, tetap khawatir kepalaku akan direbutnya. Teknik geraknya sungguh menakutkan.”
“Semoga tidak. Sebenarnya mengikutinya cukup baik. Setidaknya dia tidak searogan dan kejam seperti Hei Shen. Beberapa hal masih bisa dinegosiasikan.”
Tak lama, Han Sen menghilang dari penglihatan mereka. Gunung salju yang membentang sepanjang ratusan kilometer ini, Han Sen hanya tahu bahwa Raja Ular Es Mata Perak itu ternyata bersembunyi di gua es di wilayah tengah. Ia pun terburu-buru menuju ke dalam.
Setelah Han Sen memasuki gunung salju sejauh 10 li, sudah ada 200-300 ular es mengejarnya di belakang. Tapi ini hasil yang cukup baik. Jika dia membunuh satu ular es, puluhan ribu ular es di seluruh lembah pasti sudah terpicu dan mengerumuni ke sini.
"Aneh, katanya gua es itu ada di posisi sekitar 30 li. Sekarang aku sudah berjalan hampir 40 li, kenapa masih belum melihat gua es?" Han Sen merasa heran di hatinya. Sampai di sini, ular es yang mengejarnya sudah mencapai ribuan. Untung teknik geraknya ringan dan cepat, para ular es itu tak bisa mengejarnya.
Tapi setelah berjalan sekian lama, di kedua sisi hanya ada dinding es curam setinggi seribu zhang, sama sekali tak terlihat gua es.
Konon Raja Ular Es Bermata Perak itu berukuran luar biasa besar, panjangnya setidaknya 100 meter. Gua es yang bisa memuatnya masuk pasti memiliki lebar minimal 1-2 meter, mustahil tidak terlihat.
Han Sen kembali menerobos masuk sekitar 10-20 kilometer, tetap tidak menemukan gua es maupun jejak Raja Ular. Diam-diam hatinya bergumam: "Jangan-jangan mereka sengaja menguburku, memberikan data Makhluk Darah Ilahi yang palsu?"
Namun setelah dipikir ulang, rasanya tak mungkin. Data-data itu merupakan arsip lama dari generasi sebelumnya. Lagipula mereka tidak tahu Han Sen akan datang membunuh Raja Ular Es Mata Perak ini, bagaimana mungkin sempat mempersiapkan jebakan?
"Mari terus berjalan lebih dalam." Han Sen melanjutkan perjalanan, namun mulai menyadari keanehan.
Kawanan ular es yang semakin banyak mengikutinya tiba-tiba berkurang drastis. Sebelum mencapai beberapa kilometer lagi, seluruh kelompok ular di belakangnya telah menghilang tanpa jejak.
Han Sen merinding dalam hati: "Apakah ini berarti sudah memasuki wilayah Raja Ular Es Mata Perak? Mereka tak berani mendekati area kekuasaan sang Raja Ular?"
Masih terasa janggal, jika sudah sampai di wilayah Raja Ular Es Mata Perak, seharusnya kawanan ular es itu akan bertarung mati-matian untuk melindungi rajanya. Bagaimana mungkin mereka malah mundur begitu saja?
Han Sen semakin yakin ada keanehan di lembah es ini. Mungkin telah terjadi sesuatu yang menyebabkan transformasi aneh di dalam lembah.
Tatapannya menyapu area sekitar. Sudah lama tak terlihat pintu masuk lembah salju, bahkan jejak ular es yang biasa menyelinap di hamparan salju pun hilang sama sekali. Sunyinya lembah ini membuat bulu kuduk merinding.
Matahari yang sebelumnya tergantung di langit kini tertutup awan kelam. Serpihan salju berjatuhan sporadis, meski tidak deras, namun membawa kesedihan yang tak terungkap.
Tidak ada angin. Butiran salju jatuh vertikal, menyatu dengan hamparan putih keperakan asli. Kesepian yang menusuk jantung.
“Sudah sampai sini, masa belum bertemu muka dengan Raja Ular Mata Perak langsung pulang?” Han Sen tidak rela menyerah begitu saja, mengatupkan gigi melanjutkan perjalanan ke dalam lembah es.
Dengan Roh Binatang Suci Mengamuk di sayapnya, paling-paling dia bisa kabur terbang. Ular-ular es itu sepertinya takkan sanggup menghalanginya, jadi tidak terlalu ditakutinya.
Setelah berjalan dua puluh li lebih, ternyata tak seekor pun ular es terlihat. Di depan sudah ada tebing es, sementara di belakangnya menjulang barisan puncak es tak berujung. Tempat ini sudah mendekati ujung lembah salju.
Tiba-tiba, Han Sen melihat sebuah gua es di sisi tebing. Tingginya lebih dari tiga meter, tapi lebarnya kurang dari satu meter. Bentuk gua es yang ramping itu terkesan mengerikan.
Melihat sekeliling sepi, Han Sen langsung memanggil baju zirah emas dan tato sihirnya, lalu berjalan masuk ke gua es dengan hati-hati.
