Sepanjang perjalanan berjalan lancar dengan cara mencurigakan. Awalnya Han Sen ingin membunuh beberapa makhluk mutan, namun kesempatannya langka. Beberapa makhluk yang ditemui pun sudah dibunuh oleh evolusioner yang melindungi kargo.
Ini pertama kalinya Han Sen melihat Perlindungan Keluarga Kerajaan yang dikuasai manusia. Di tengah hutan yang bergelombang puluhan kilometer, berdiri bangunan kayu berstruktur lapisan. Berbeda dengan bangunan kayu biasa, beberapa di antaranya mencapai belasan lantai dengan kesan mistis, kuno, dan megah. Di sekeliling "kota" ini, barisan Pohon Kuno setinggi 30-40 meter terlihat di mana-mana.
"Kota kayu seperti ini, bukankah akan habis terbakar dengan sekali api?" gumam Han Sen penuh keheranan.
"Kayu di Perlindungan Raja Iblis bukan kayu biasa. Bahan itu tidak bisa terbakar," jawab orang paruh baya yang cukup akrab dengannya sambil tersenyum.
Setelah memasuki Perlindungan Raja Iblis, Han Sen berpisah dengan kafilah dagang. Ia mulai menjelajahi area luas tersebut untuk mencari toko yang menjual roh binatang.
"Pantas disebut perlindungan tingkat keluarga kerajaan, toko roh binatang di kota ini ada di mana-mana, bahkan ada satu jalan utuh yang dipenuhi toko roh binatang. Banyak toko memiliki satu atau dua roh hewan darah ilahi sebagai koleksi andalan toko."
Han Sen sudah melihat tiga empat toko, dan menemukan pedang roh hewan darah ilahi. Sayangnya pedang berat itu tidak cocok dengan teknik pedang ganda miliknya.
"Ini baru perlindungan manusia yang normal." Han Sen menghela nafas. Ibu cukup beruntung bisa langsung teleportasi ke perlindungan keluarga kerajaan manusia saat masuk ke Perlindungan Kedua, tidak seperti dirinya yang bernasib sial.
Harga roh binatang di sini sudah relatif normal, mirip dengan harga di Perlindungan Pertama. Untuk roh darah ilahi harganya sedikit lebih mahal sekitar 50% hingga satu kali lipat, masih dalam cakupan normal.
Setelah menelusuri toko demi toko, akhirnya di toko roh binatang bernama "Shou Bao" ia menemukan pedang roh binatang tingkat darah ilahi yang memikat hatinya.
Tentu saja bukan barang asli, yang ditunjukkan penjual kepada Han Sen adalah katalog roh binatang, halaman berwarna hasil bidikan Alliance, berisi foto-foto roh binatang asli dan berbagai sudut setelah berubah menjadi pedang.
Ini adalah pedang kuno dari tembaga ungu, seluruh tubuhnya memancarkan warna merah keunguan yang kuno dan elegan. Di bagian tengah bilah pedang terdapat pola mistis, dengan panjang total sekitar 1,2 meter. Desainnya klasik dan anggun, memancarkan keindahan yang unik.
Pedang ini sedikit lebih panjang dan lebar dibandingkan Pedang Raja Ular Mata Perak. Memiliki kesan mulia dan berwibawa, berbeda dengan kesan jahat dari pedang ular, masing-masing memiliki gaya khasnya sendiri.
Pedang ini sangat cocok dengan Jurus Pedang Terbang Kembar Han Sen. Jurus ini merupakan teknik serangan gabungan yang saling melengkapi antara dua gaya berbeda. Pedang ini sesuai dengan teknik tangan kanan Han Sen, sementara pedang ular lebih cocok untuk teknik tangan kiri.
Kombinasi yin dan yang yang saling melengkapi inilah yang bisa menunjukkan daya hancur sebenarnya dari Jurus Pedang Terbang Kembar.
Setelah diamati lebih dalam, pedang kuno ungu tembaga ini merupakan transformasi dari makhluk keberuntungan berwarna ungu. Makhluk tersebut menyerupai singa tembaga dengan sisik ungu, kepala yang penuh aura kemakmuran, memancarkan nuansa mistis dan kuno yang kental. Namanya adalah "Dewa Kuno Makhluk Keberuntungan".
"Bos, berapa harga roh binatang pedang Dewa Kuno ini?" tanya Han Sen sambil menunjuk gambar Dewa Kuno Makhluk Keberuntungan di katalog.
"Mohon maaf Tuan, ini adalah koleksi andalan toko kami. Hanya bisa ditukar dengan roh binatang, tidak dijual." Jawaban sang bos tetap ramah namun tercium nuansa kebanggaan terselubung.
Roh binatang pedang Dewa Kuno ini telah menjadi incaran banyak pembeli, namun sang bos tetap menolak menjualnya. Justru dijadikan daya tarik utama toko, berhasil meningkatkan popularitas toko hingga setara dengan gerai roh binatang besar sekalipun.
Sang bos menganggap roh binatang Dewa Kuno ini sebagai jimat pembawa hoki. Sejatinya memang tidak pernah ada niatan untuk melepasnya, layaknya barang pusaka yang tak ternilai.
“Bagaimana cara menukarnya?” Bos ingin menukar roh binatang, hal ini cocok dengan keinginan Han Sen.
Bos tak bisa menahan diri mengerutkan kening halus, memandang Han Sen sambil berkata: "Roh binatang Pedang Dewa Kuno ini hanya bisa ditukar dengan roh darah dewa amuk, dan harus berbentuk pedang juga. Kalau kamu punya, akan saya tukar."
"Apakah tipe lain roh darah dewa amuk bisa ditukar?" Han Sen menatap bos sambil bertanya.
"Tidak." Jawaban bos sangat tegas.
Han Sen langsung paham, bos ini sama sekali tidak berniat menjual. Roh binatang berbentuk pedang mana ada yang mau menukar darah dewa amuk dengan darah dewanya? Harganya jelas berbeda level.
Karena bos tidak mau menjual, Han Sen hanya bisa menggelengkan kepala dengan penyesalan. Tapi ia masih berusaha sampai akhir: "Saya ingin menukar darah dewa amuk dengan Pedang Dewa Kuno ini. Sayangnya saya tidak punya roh darah dewa amuk berbentuk pedang. Maukah bos mempertimbangkan lagi?"
"Maaf, pedang ini hanya bisa ditukar dengan pedang darah suci mengamuk." Sang bos berkata sambil tersenyum.
Tapi di dalam hati, sang bos menganggap Han Sen tahu pedang dewa kunonya tidak dijual sehingga baru berani bicara begitu. Kalau tidak, siapa yang benar-benar bodoh sampai mau menukar roh darah dewa amuk dengan pedang darah sucinya? Atau mungkin roh darah dewa amuk milik Han Sen adalah jenis yang kurang populer dengan fungsi terbatas, sehingga ingin menukarnya.
"Saudara, kamu mau menukar darah dewa amuk dengan pedang darah suci itu?" Seorang pria yang sedang melihat katalog memilih roh binatang di sebelah bertanya penasaran pada Han Sen.
"Iya, sayangnya sang bos tidak mau menukar." Han Sen menjawab dengan kepasrahan.
"Darah dewa amuk jenis apa yang kamu punya? Kalau cocok, aku mau tukar. Aku punya satu roh binatang level darah suci di sini." Kata pria itu.
"Apakah roh binatangmu berbentuk pedang? Aku hanya mau pedang." Han Sen menekankan.
"Pedang." Pria itu langsung memanggil pedang besi berkilauan cahaya dingin, namun itu adalah pedang dua tangan dengan bilah yang lebar dan panjang melebihi lima kaki, bukan jenis pedang yang dibutuhkan Han Sen.
"Roh binatang macam apa yang kau punya? Panggil dan tunjukkan dong." Pria itu menambahkan.
Mata Han Sen sedikit menyipit. Meski tak berminat menukar, ia tetap memanggil Kesatria Banteng Neraka dan langsung melakukan asimilasi transformasi.
Han Sen berubah menjadi banteng hitam perkasa dengan sayap besar di punggung dan tanduk raksasa di kepala, membuat pria dan bos itu nyaris melotot keluar bola matanya.
"Sial, Roh Binatang Suci Mengamuk transformasi darah suci? Bahkan punya kemampuan terbang? Kau benar mau menukar roh binatang ini dengan pedang darah suci?" Pria itu bertanya dengan mata membelalak.
"Aku memang punya rencana begitu." Han Sen menyimpan roh binatangnya sambil menjawab santai setelah kembali ke wujud manusia.
"Aku tukar! Aku yang mau tukar!" Pria itu langsung berteriak.
“Ahem, Tuan ini, ini toko saya, kalau Anda ingin melakukan transaksi, tolong tunggu sampai bos ini keluar dari toko saya dulu.” Sang bos berlari cepat dari belakang konter, menerobos masuk di antara Han Sen dan pria itu, berkata dengan ekspresi tidak senang pada pria tersebut.
“Siapa bilang tidak mau menukar? Aku tidak mengganggu bisnismu.” Pria itu berkata dengan sedikit kesal.
“Siapa yang bilang tidak mau!” Wajah sang bos memerah, namun tetap berkata dengan memaksa, lalu mengabaikan reaksi pria tersebut, beralih ke Han Sen dengan senyum palsu: “Bos, bukankah Anda ingin menukar roh binatang Pedang Dewa Kuno saya? Aku setuju, kita segera menukar.”
“Setelah dipikir-pikir, menukar Roh Binatang Suci Mengamuk dengan Pedang Dewa Kuno-mu secara imbang, sepertinya agak merugikanku.” Han Sen tersenyum manis.
“Teman, jangan dengarkan dia! Aku akan menambahkan satu roh hewan bermutasi untuk ditukar denganmu.” Pria di samping itu kembali bersuara.
