“Si Perak Kecil, lihat begini ya. Aku ini dari keluarga miskin, setiap hari menghidupi diri sendiri saja sudah sulit, makan tak kenyang pakai tak hangat. Sekarang harus menghidupi kamu juga, apalagi kamu makannya banyak... Tentu saja... Aku tidak jijik kamu makan banyak... Tapi... Begini... Kamu juga ingin kita semua bisa kenyang kan? Gimana kalau kamu bantu tangkap beberapa ikan, nanti aku panggang untukmu. Bagaimana?” Han Sen tersenyum palsu sambil bernegosiasi dengan rubah perak kecil.
Zero dari samping memandang Han Sen dengan tatapan meremehkan, ekspresinya seperti melihat paman aneh yang sedang mencoba membujuk anak di bawah umur.
Rubah perak kecil memiringkan kepalanya, wajah masam penuh kebingungan intelektual menatap Han Sen.
“Ikan... itu loh... kamu... tangkap... kita... panggang dan makan...” Han Sen menunjuk-nunjuk ikan yang berenang di luar jendela kristal, menggerakkan tangan seperti ingin membuat rubah perak kecil mengerti maksudnya.
Tapi Silver Fox malah melihat ke luar lalu melihat Han Sen, berdiri dan berjalan ke samping Han Sen, ekor besarnya mengait betis Han Sen, kepala kecilnya menggesek-gesek bagian itu.
"Sial, kamu kan keturunan Makhluk Dewa Super, punya sedikit harga diri dong? Bertingkah manja itu memalukan, dunia ini mengerikan, kamu harus bertahan hidup dengan kemampuanmu sendiri, paham?" Han Sen melonjak-lonjak sambil mengajari Silver Fox, menunjuk ke luar jendela berkata: "Pergi, tangkap dua ikan untuk Kakak, kalau tidak malam ini tidak ada makan."
Silver Fox justru menunjukkan sikap polos, sambil berteriak pelan terus menggesek-gesek tubuh Han Sen.
Tak lama Han Sen menyerah, dengan pasrah menggendong Silver Fox: "Sudah menjagamu yang makan gratis lagi."
Tapi mata Han Sen berkedip licik, segera muncul ide baru di kepalanya. Meski tak bisa memerintah Silver Fox untuk berburu, rencana memburu makhluk mutan darah suci di laut memang gagal. Namun kini muncul rencana kedua.
"Tidak masalah kalau tidak berburu. Nanti aku cukup membawanya ke tempat perlindungan makhluk aneh, semua makhluk mutan pasti akan kabur ketakutan. Dengan begitu kita bisa masuk ke kuil makhluk roh dengan mudah. Tinggal lihat apakah para makhluk roh itu juga akan ikut kabur. Jika mereka lari, Batu Jiwa bisa kita ambil gratis. Aku benar-benar jenius!" Bayangan Han Sen dipenuhi tumpukan Batu Jiwa dan makhluk roh yang akan dikumpulkannya, senyumnya mekar seperti bunga.
"Mari sini, Si Perak Kecil yang manis. Kakak akan menggoreng steak ikan untukmu, coba rasakan enak tidak." Semangat Han Sen kembali membara. Ia menyelam menangkap ikan sendiri lalu menggoreng steak ikan untuk Silver Fox.
Sambil melihat Rubah Perak Kecil perlahan memakan steak ikan, mata Han Sen berkeriput seperti bulan sabit: "Anak baik, makanlah banyak-banyak. Kenyang dulu baru bisa bekerja."
Setelah memburu beberapa makhluk mutan di dasar laut dan merasa persediaan cukup untuk satu dua bulan, Han Sen buru-buru berlayar kembali ke dataran es.
Setelah tiba di darat, Han segera menggendong Rubah Perak Kecil menuju Perlindungan Keluarga Kerajaan, dan tak lama kemudian mereka tiba di lokasi tujuan.
Perlindungan Keluarga Kerajaan sudah terlihat di kejauhan, dengan berbagai makhluk mutan raksasa berkeliaran. Han Sen menatap rubah kecil dalam pelukannya: "Keberhasilan strategi ini menentukan nasib kita."
Saat menggendong rubah itu mendekati perlindungan, sesuai prediksi Han Sen, semua makhluk mutan langsung kabur ketakutan. Tak ada satu pun yang berani menghalangi langkah mereka. Bahkan sebelum tiba di lokasi, para makhluk itu sudah menghilang sepenuhnya.
“Haha, ini benar-benar sukses besar.” Han Sen menerobos masuk ke Perlindungan Keluarga Kerajaan. Matanya menyapu area sekitar yang sama sekali tidak menyisakan seekor pun makhluk mutan. Entah ke mana mereka semua bersembunyi. Dengan penuh semangat, Han segera menuju Kuil Roh.
Tanpa mendapat hambatan sedikit pun, Han Sen melaju mulus hingga kembali tiba di Kuil Roh. Namun yang ia temui adalah pasangan Makhluk Kembar Roh itu berdiri tegang menghalangi pintu masuk. Tidak seperti makhluk mutan biasa yang lari ketakutan.
Melihat gadis berambut perak dan pirang itu menghunus pedang, Han Sen pun memanggil Roh Binatangnya. Baju zirah dan tato sihir langsung menempel di tubuhnya. Kedua tangan menggenggam Pedang Dewa Kuno dan Pedang Ular Es Mata Perak, bertarung sengit melawan Kembar Roh.
Dang! Dang! Dang!
Sepasang pedang tipis milik gadis-gadis itu menggebrak bak badai. Kilau perak dan emas saling bertautan, membentuk jaring maut yang menyergap Han Sen dari segala penjuru.
Han Sen menangkis ke kiri dan kanan dengan pedang kembarnya, terus-menerus bertabrakan dengan pedang tipis emas-perak. Dengan bertahan mati-matian, semua serangan seperti jebakan berlapis itu berhasil dihalau.
Tapi di luar dugaan Han Sen, teknik pedang makhluk kembar roh itu semakin cepat dan semakin Amuk, membuatnya perlahan tak mampu bertahan.
Hah!
Bahu Han Sen terkena sabetan pedang gadis berambut perak, darah langsung mengucur. Untungnya dia berhasil menghindari titik vital, lukanya tidak parah.
Han Sen tahu Jurus Pedang Terbang Kembarnya belum selesai sepenuhnya, masih ada beberapa kekurangan serius. Namun tak berdaya, setelah bertarung setengah jam lagi dan terkena beberapa sabetan pedang, dia akhirnya mengembangkan sayap besar dan kabur terbang.
Makhluk kembar roh tak punya kemampuan terbang, sementara makhluk mutan lain di Perlindungan Keluarga Kerajaan tak ada yang berani mendekati Han Sen dan Lippi. Mereka hanya bisa menonton pasrah saat Han Sen melarikan diri ke langit.
“Aku akan kembali lagi.” Han Sen berteriak ke arah Makhluk kembar roh itu, lalu terbang menjauh.
“Kamu si Silver Fox tak berhati nurani! Setiap hari kurasakan makanan enak, kujagamu seperti putra kandung sendiri. Lihat aku terluka pun tak mau membantu, serigala bermata putih!” Han Sen menunjuk-nunjuk si rubah perak dengan geram.
Tadinya dia berharap saat ditusuk makhluk roh, si rubah perak akan menunjukkan kekuatan dahsyat. Siapa yang tahu, dia hanya terus tiarap di bahu Han Sen tanpa bergerak sama sekali.
Seolah tak mendengar, si rubah perak mendekati Han Sen. Lidah kecilnya menjilati luka di tubuh Han Sen. Setelah beberapa jilatan, luka itu mulai menyembuh dengan cepat.
Han Sen sebenarnya hanya sedang frustasi, bukan benar-benar marah. Melihat ini, dia tersenyum pasrah sambil mengelus kepala kecil si rubah perak.
Tapi kali ini Han Sen juga tidak pulang tangan kosung. Berlatih Jurus Pedang Terbang Kembar sendirian tetap tak bisa menyempurnakannya. Lagipula jurus ini memang dirancang untuk melawan Makhluk kembar roh, jika tidak diuji dalam pertempuran langsung dengan mereka, sulit dipastikan apakah setelah selesai berlatih bisa mengalahkan mereka.
Kini Han Sen bisa tanpa ragu menerjang Perlindungan Keluarga Kerajaan, langsung bertarung dengan sepasang Makhluk kembar roh itu. Asal diulangi beberapa kali, pasti bisa menyempurnakan Jurus Pedang Terbang Kembar dan mengalahkan mereka.
"Baik! Gagal sekali coba sepuluh kali. Gagal sepuluh kali coba seratus kali. Percuma kalian tak terkalahkan!" Dalam hati Han Sen bertekad bulat. Setelah beristirahat sejenak dan memulihkan luka serta stamina fisik, ia kembali membawa Silver Fox menerobos masuk ke Perlindungan Keluarga Kerajaan.
Han Sen berulang kali menerobos masuk ke Perlindungan Keluarga Kerajaan untuk bertarung dengan Makhluk kembar roh. Meski selalu kalah pada akhirnya, melalui pertempuran tak henti dengan mereka, Jurus Pedang Terbang Kembar Han Sen mengalami kemajuan pesat.
Sepasang makhluk kembar roh itu sama sekali tidak berani meninggalkan Kuil Roh karena terus-menerus diganggu Han Sen, khawatir Han Sen akan menerobos masuk dan merampas Batu Jiwa saat mereka tidak ada.
Han Sen semakin gigih bertarung, setiap satu dua hari sekali datang ke Perlindungan Keluarga Kerajaan. Setelah kalah telak, dia kembali untuk memulihkan cedera dan stamina fisik, lalu menganalisis kelemahan Jurus Pedang Terbang Kembar-nya serta penyebab kekalahannya.
Han Sen merasa jika terus begini, dalam waktu kurang dari sebulan, Jurus Pedang Terbang Kembar-nya seharusnya bisa menyaingi formasi pedang makhluk kembar roh.
