Yi Dongmu tidak menggunakan sistem pengaburan wajah. Wajah angkuh dan tegasnya tercetak jelas di pupil mata setiap orang.
"Tampan sekali, keren banget, persis seperti Pangeran yang membalas dendam. Semoga Yi Dongmu sukses membalas dendam." Seorang wanita dengan pipi memerah memandangi Yi Dongmu dengan mata berbinar.
"Iya, keren banget! Yi Dongmu pasti menang!"
"Yi Dongmu sama persis dengan pangeran berkuda putih dalam mimpiku."
"Pengen banget memberi keturunan untuk Yi Dongmu sebelum dia pergi membalas dendam."
"Kamu kuku kecil minggir! Kak Yi milikku..."
Anggota Asosiasi Pecinta Penampilan ini terus mengiler, ingin sekali "memakan" Yi Dongmu. Ramai-ramai berjanji ingin memberi keturunan untuk keluarga Lao Yi.
Pernyataan seperti itu langsung memicu kemarahan para lajang pria yang beramai-ramai memberi dukungan pada koin emas.
“Kalian para wanita ngerti apa? Tampang cantik itu apa gunanya, kekuatanlah yang jadi jalan yang benar! Dulu Dewa B langsung membunuh Yi Dongmu dalam satu tebasan, hari ini juga pasti sama, sekali tebasan langsung mati.”
“Betul! Lihatlah Dewa B, dialah yang punya kharisma jagoan sejati. Jantan hitam murni, pria berotot sejati. Jadi pria harus seperti Dewa B. Si Yi Dongmu yang bermuka putih itu... Hmph!”
“Dewa B-ku yang paling kebal! Yi Dongmu apa? Sekali tebas langsung tumbang!”
“Dewa B, aku mau memberimu anak monyet...”
Han Sen memanfaatkan hitungan mundur untuk melihat ulasan orang-orang. Kok rasanya ada yang tidak pas? Kenapa para cewek cantik malah mendukung Yi Dongmu, sementara yang mendukungnya cuma pria-pria kasar berotot?
Ada beberapa pria kumal yang teriak mati-matian mau memberinya anak monyet, membuat Han Sen berkeringat dingin.
Sementara di sisi Yi Dongmu, semua yang terlihat adalah wanita-wanita cantik berbaris seperti Xi Zi yang memegang hati, seolah-olah jantung mereka akan berhenti demi Yi Dongmu.
“Aduh, wajah putih memang harus mati.” Han Sen merasa haru dalam hatinya, melihat pasukan pendukungnya yang berisi sekumpulan pria kumal, langsung merasa tersiksa, sangat ingin menutup mata dan menabrakkan kepala sampai mati saja.
Rasa belas kasihan yang sebelumnya ada pada Yi Dongmu kini sudah lenyap tak berbekas.
“Yi Dongmu, terimalah amarah seluruh orang lajang di alam semesta! Siapa pun yang berani menantang wibawa kaum lajang, meski jauh pasti akan dihukum!” Han Sen dengan selektif melupakan fakta bahwa dirinya sendiri sudah punya pacar.
Fang Mingquan memberikan komentar langsung: “Tampaknya semua belum melupakan pertandingan gemilang itu. Remaja yang dulu menyaksikan duel legendaris itu, kini telah menjadi darah segar di antara evolusioner. Meski sudah berlalu, karya klasik abadi itu tetap tak terlupakan. Meski aku penggemar setia Dewa B, tapi aku berharap kali ini Yi Dongmu bisa menunjukkan prestasi, bukan lagi menjadi Pangeran Pilu seperti dulu.”
"Kang Quan, ini tidak benar. Sebagai penggemar sejati Dewa B, kenapa kau membela Yi Dongmu?" seseorang meninggalkan pesan.
"Ahem, utamanya karena terlalu banyak penggemar wanita yang mendukung Yi Dongmu. Aku takut memicu murka massa, nanti tidak bisa dapat istri." Fang Mingquan membentangkan kedua tangan dengan wajah pasrah.
"Haha..."
Hitungan mundur berakhir. Han Sen dan Yi Dongmu masuk ke medan gaya secara bersamaan. Yi Dongmu tidak buru-buru menyerang, hanya mengawasi Han Sen ketat. Lama tak bersuara.
Menyaksikan dua orang yang berdiri berhadapan, para penonton tak kuasa menahan napas. Hening menyaksikan mereka.
Entah kenapa, meski tak ada gerakan, ada kecemasan bak Storm* yang akan melanda. Tekanannya membuat semua orang hampir sesak napas.
"Jika aku menang, beri tahu siapa kau sebenarnya." Akhirnya Yi Dongmu berbicara. Kalimat sederhana tanpa satu pun kata basi.
Namun kalimat ini masuk ke telinga penonton, memicu kontroversi besar. Sejak dulu, orang-orang terus menebak siapa sebenarnya Dewa B, tapi tak pernah ada hasil yang pasti.
Identitas Dewa B adalah jawaban yang membuat banyak orang tergoda. Di puncak popularitas Dewa B, bahkan ada ahli yang khusus menganalisis identitasnya, tapi hanya berasumsi sendiri. Hingga kini tak ada yang tahu identitas aslinya.
Sekarang Yi Dongmu tiba-tiba mengucapkan syarat ini, langsung membuat semua sorot mata tertuju pada Han Sen. Di hati mereka berkobar harapan kuat agar dia mau menyetujui permintaan itu.
"Setuju." Baru dua kata keluar dari mulut Han Sen, penonton langsung gempar disusul sorak-sorai gegap gempita.
"Yi Dongmu, aku mendukungmu! Kalahkan Dewa B!"
"Hajar dia... hajar dia..."
"Haha, Dewa B-ku memang kebal! Setuju dengan santainya, kayaknya Yi Dongmu kali ini tetap nggak bakal ada kesempatan."
“Itu belum tentu. Gou Jian di Era Kuno yang tidur di atas kayu dan mencicipi empedu akhirnya berhasil balas dendam. Kini Yi Dongmu telah berlatih tanpa henti selama bertahun-tahun, akhirnya mendapat kesempatan balas dendam. Dewa B kali ini mungkin takkan mudah menang.”
“Dewa B pasti kalah telak! Aku ingin tahu siapa sebenarnya Dewa B.”
“Jangan-jangan Dewa B ini cewek?”
……
Han Sen melanjutkan: "Tapi jika aku menang, aku juga punya satu syarat."
Han Sen tak merasa dirinya akan kalah. Baginya, dia terlalu memahami Yi Dongmu, sementara Yi Dongmu sama sekali tak menyadari dirinya. Ingin menang mudah, ingin kalah sungguh sulit.
"Katakan." Ekspresi Yi Dongmu tetap tenang, matanya masih mengawasi ketat Han Sen, lebih dalam daripada memandang kekasih yang dicintai sampai ke tulang sumsum.
"Jika kamu kalah, ini akan menjadi pertarungan terakhir kita." Han Sen berpikir sejenak lalu berkata.
Yi Dongmu tidak tahu bahwa Han Sen adalah Dewa B. Sekarang dia sudah cukup akrab dengan Han Sen dan sering mengajaknya berlatih seni bela diri. Saat bertarung melawan Yi Dongmu dengan identitas Koin Emas, Han Sen merasa sedikit bersalah di hati. Itulah sebabnya dia mengajukan syarat ini agar tidak perlu lagi menggunakan identitas Koin Emas saat melawan Yi Dongmu di masa depan.
"Baik." Sorot mata Yi Dongmu berkedip. Dia menatap Han Sen lama sekali sebelum akhirnya melontarkan satu kata perlahan.
Begitu kata "Baik" meluncur dari mulut Yi Dongmu, para penonton pertarungan mulai dilanda kecemasan. Taruhan belum berarti kalah. Jika kali ini Yi Dongmu kalah, dia benar-benar tidak akan punya kesempatan untuk bangkit lagi.
Terutama para wanita pendukung Yi Dongmu. Dengan cemas mereka menggenggam kedua tangan erat-erat sambil menatap Yi Dongmu yang perlahan menghunus pisau belati.
"Bukankah persetujuan Yi Dongmu terlalu terburu-buru?" Tang Zhenliu berkata dengan nada terkejut.
Lin Feng menjawab dengan tenang, "Yi Dongmu tidak punya pilihan selain menyetujui."
“Kenapa?” Tang Zhenliu menatap Lin Feng dengan wajah bingung.
“Yi Dongmu berlatih Jalan Pembunuhan yang mengutamakan serangan mematikan. Prinsipnya adalah maju terus tanpa kompromi, sukses atau gugur di medan perang. Hatinya tidak boleh goyah sedikit pun. Jika dia menolak, itu artinya keyakinannya mulai goyah. Jalan Pembunuhannya akan tercabik, dan peluang menang pun hilang. Karena itu Yi Dongmu harus setuju. Hanya dengan menempatkan diri di ujung maut, dia bisa mengeluarkan tenaga terkuat untuk bertarung mati-matian melawan Koin Emas.” Lin Feng menjelaskan panjang lebar.
“Oh begitu... Koin Emas licik sekali!” Baru sekarang Tang Zhenliu tersadar bahwa pertempuran sebenarnya sudah dimulai sejak mereka mulai berbicara.
