"Melihat pertarungan Dewa B benar-benar tidak menarik. Aku ingin melihat duel antara Han Sen dan Yi Dongmu. Duel dua pembunuh baru seru." Duduk di sofa sambil menatap rekaman pertarungan Yi Dongmu dan Dewa B, Tang Zhenliu mencibirkan bibir.
"Duel antar pembunuh terlalu berbahaya." Lin Feng berbisik.
"Justru karena berbahaya baru menantang. Tapi keduanya tidak punya dendam, sepertinya tidak ada kesempatan bertarung. Sayang sekali." Tang Zhenliu mengungkapkan penyesalannya.
Sementara dua orang yang disebut Tang Zhenliu sebagai "tidak punya dendam" itu, saat ini justru berada dalam perlindungan dengan jarak kurang dari satu meter.
"Aku mau berburu Naga Sisik Merah. Ikut?" Yi Dongmu menatap Han Sen.
"Agak terlalu berisiko." Han Sen mengedipkan matanya.
Dia pernah mendengar Yi Dongmu menyebutkan tentang Naga Sisik Merah sebelumnya - makhluk darah ilahi yang sangat kuat. Bahkan dengan kekuatan Han Sen saat ini pun, itu tetap menjadi tantangan besar.
"Justru karena bahaya baru pergi." Yi Dongmu berkata sambil sudah berbalik pergi.
"Kalau begitu mari pergi." Han Sen tahu Yi Dongmu menerima stimulasi, tidak berkata lebih lagi, mengikuti di belakang Yi Dongmu menuju pegunungan salju.
Sepanjang jalan, semua makhluk mutan yang ditemui dihabisi Yi Dongmu dengan satu tebasan. Melihat Yi Dongmu yang dipenuhi aura keganasan, Han Sen mulai merenungkan apakah sebelumnya seharusnya dia sengaja kalah saja.
Tapi memang Yi Dongmu sangat hebat. Jika bukan karena Han Sen terus mendampinginya berlatih Wind Slash, mungkin dia tidak bisa begitu mudah menghalangi tebasan itu. Kemenangan ini membuat Han Sen sendiri agak malu.
Dengan cepat, mereka tiba di gunung salju tempat Red Scale Dragon berada. Dari kejauhan terlihat seekor makhluk mutan mirip Tyrannosaurus dengan seluruh tubuhnya bersisik merah tidur di hamparan salju.
Karena belum tahu namanya, Yi Dongmu menyebutnya naga merah bersisik. Menurut Yi Dongmu, makhluk ini memiliki tenaga dan kecepatan yang luar biasa, dengan sisik di seluruh tubuhnya yang bahkan sulit ditembus oleh senjata darah suci. Dia sudah dua kali datang tapi gagal membunuh naga merah bersisik ini.
Tapi hari ini tekad Yi Dongmu untuk membunuh naga itu terlihat jelas. Bagaimanapun juga, dia bersumpah akan menghabisi makhluk itu.
Yi Dongmu memanggil pisau roh binatang dan langsung menyerbu ke arah naga merah. Sebelum menyerang, dia mengaum keras membuat Han Sen berkeringat dingin.
"Kakak, bukannya kau ini kelas pembunuh? Kok malah nekat menyerbu seperti pejuang?" Han Sen frustasi, tapi tetap memanggil Pedang Ular Perak dan Pedang Dewa Kuno, lalu menyerang dari sisi lain ke arah naga yang sudah terbangunkan.
Dang! Dang! Dang!
"Senjata Han Sen dan Yi Dongmu menghantam tubuh naga sisik merah, hanya meninggalkan bekas tipis pada sisik merah, bahkan tidak bisa melukai daging sama sekali."
"Naga sisik merah itu seperti mesin perang, berlari serampangan di gunung salju, menghantam Han Sen dan Yi Dongmu hingga mereka berhamburan menghindar, sama sekali tidak bisa melawan frontal."
"Kamu alihkan perhatiannya." Yi Dongmu berteriak ke Han Sen, sementara dirinya sendiri berputar ke belakang naga sisik merah.
"Gila, kenapa bukan kamu yang mengalihkan perhatiannya?" Han Sen hampir memuntahkan darah, tapi tetap mengayunkan pedang kembarnya di kaki naga, menarik perhatian monster itu hingga dikejar-ngejar lari sembarangan di gunung salju.
Yi Dongmu menemukan celah, melompat dari belakang ke atas kepala naga sisik merah, lalu menghunjamkan pisau tajamnya keras-keras ke bagian belakang leher yang tidak tertutup rapat oleh sisik merah.
Roar!
Naga Sisik Merah yang kesakitan menggeram keras, menggelengkan kepalanya dengan kasar hingga Yi Dongmu terlempar ke bawah. Sisik merah di tubuhnya seolah terbakar, ternyata mulai mengalami konversi kristal.
"Gila, dia mengamuk! Cepat kabur!" teriak Han Sen sambil berbalik dan langsung kabur.
Meski kondisi hatinya buruk, Yi Dongmu tidak bodoh. Hampir bersamaan dengan Han Sen, ia mulai berlari.
Naga Sisik Merah yang murka mengejar kedua orang ini sepanjang pegunungan lebih dari seratus li, baru akhirnya berhasil dilepaskan oleh mereka.
Yi Dongmu dan Han Sen nyaris kelelahan total, terjatuh di hamparan salju sambil terengah-engah.
Setelah beberapa saat, Yi Dongmu akhirnya berbicara: "Kamu mau menyerang Perlindungan Keluarga Kerajaan?"
"Ya." Han Sen menoleh ke arah Yi Dongmu: "Ikut bersama?"
"Berhati-hatilah dengan Qi Xiuwen." Setelah berkata demikian, Yi Dongmu langsung berdiri dan pergi.
Han Sen duduk dari hamparan salju, menggelengkan kepala: "Entah apakah Qi Xiuwen berhasil mempersuasi Li Xinglun dan Kakak Feili. Kita harus segera mengalahkan Perlindungan Keluarga Kerajaan."
Dia tidak khawatir tentang Qi Xiuwen. Kenyataannya, dengan Silver Fox kecil di sisinya, hanya segelintir evolusioner yang bisa melukainya. Di dataran es, bahkan tidak ada satu pun. Di hadapan kekuatan mutlak, segala konspirasi licik tak berguna.
Han Sen hendak berdiri ketika melihat sesuatu bergerak di hamparan salju sebelah. Seketika dia membeku, mengawasi dengan hening area tersebut.
Salju di sana tiba-tiba mengendur, seekor kura-kura besar yang seluruh tubuhnya putih merangkak keluar.
Makhluk sebesar batu gilingan itu mengeluarkan kepalanya dari bawah salju, melirik ke kiri dan kanan seolah mencari sesuatu.
Han Sen melirik dari kejauhan, melihat tempat di mana kura-kura salju itu merangkak keluar. Di bawahnya terdapat lubang es yang masih mengalirkan air, namun sebelumnya permukaannya telah membeku dan tertutup rapat oleh salju tebal, sehingga sangat sulit ditemukan bahwa ternyata ada aliran air di bawahnya.
Kura-kura besar itu tak menyadari kehadiran Han Sen. Setelah berputar beberapa kali, ia kembali ke tepi lubang es tempatnya merangkak keluar, lalu menjulurkan kepala ke dalam air - entah untuk minum atau tujuan lain.
Hanya sejenak kemudian, kepala kura-kura salju itu menyusut kembali. Ia pun berdiri di samping sambil mengawasi lubang es tersebut.
Merasa heran, Han Sen menunggu di tempat sembari terus menyaksikan. Tak lama kemudian, dari aliran es dalam lubang itu muncul seekor kura-kura kristal putih berkilauan.
Namun dibandingkan dengan kura-kura salju besar sebelumnya, yang muncul berikutnya ini jauh lebih kecil, hanya seukuran piring.
Dengan Xiao Xue Gui merangkak keluar dari dalam, kemudian disusul satu lagi Xiao Xue Gui yang keluar. Tak lama kemudian, tujuh delapan Xiao Xue Gui berbaris mengantri merangkak keluar dari aliran air lubang es.
Han Sen yang bersembunyi di balik salju membelalakkan matanya: "Jangan-jangan Xiao Xue Gui ini adalah anak-anak dari Da Xue Gui?"
Sepengetahuan Han Sen, reproduksi keturunan oleh makhluk mutan sangatlah langka. Dia hanya pernah melihat Golden Roar, kura-kura tua, Moyu Qiu dan sedikit makhluk mutan lainnya yang melahirkan keturunan, itupun jumlah keturunannya sangat minim.
Sementara Da Xue Gui ini diikuti delapan Xiao Xue Gui. Jika ini memang keturunannya, jumlahnya terhitung luar biasa banyak.
Setelah kedelapan Xiao Xue Gui naik ke atas, Da Xue Gui langsung memimpin mereka merangkak menuju lembah gunung. Pemandangan barisan kura-kura salju yang berbaris rapi ini terlihat cukup lucu dan menghibur.
Han Sen tidak mengetahui latar belakang kura-kura salju ini, tidak bisa melihat tingkat makhluk mutan apa dia, sehingga tidak berani menyerang, hanya bersembunyi di salju sambil mengawasi dari kejauhan.
Setelah kura-kura besar itu merangkak ke lembah gunung, ia menggunakan cakarnya untuk menyibak hamparan salju tebal, ternyata dari dalamnya mengungkap jamur-jamur merah yang mirip shiitake.
Kura-kura kecil itu langsung menerjang dan mulai mengunyah dengan lahap, satu per satu menelan makanan ke perut mereka dengan riang gembira.
