Silver Fox kecil melihat jamur merah di depannya, membuka mulut lalu *klik* langsung menelannya.
Lalu manusia dan rubah saling bertatapan cukup lama tanpa gerakan berarti.
"Sudah selesai? Beri reaksi dong!" Han Sen menunggu lama, tapi tak melihat reaksi apapun dari Silver Fox, seolah baru memakan permen kacang.
Setelah menunggu lagi, benar-benar tak ada reaksi. Garis hitam di kepala Han Sen bertambah, tapi satu hal telah dipastikannya: Silver Fox kecil memang sangat berminat menyantap jamur merah jenis ini.
Untung Han Sen tahu di bawah salju masih ada dua jamur merah, dia sendiri kembali ke sana dan menggali satu lagi.
Kali ini dia tidak berani membiarkan Silver Fox kecil memakannya. Dipotong tipis-tipis, lalu diikat di pohon pinus dengan tali, menunggu apakah ada makhluk mutan yang lewat mau memakannya.
Tak lama kemudian, seekor makhluk mutan mirip babi hutan berlari mendekat. Melompat-lompat tapi tak bisa mencapai jamur yang digantung di atasnya, hanya berputar-putar mengelilingi jamur itu tanpa mau pergi.
Dalam sekejap, berbagai makhluk mutan kecil seperti ular, serangga, dan tikus di sekitar terdirayu mendekat. Seekor makhluk mirup tupai melonjak paling tinggi, berhasil menyambar potongan jamur itu dan langsung menelannya.
Han Sen menyaksikan bulu kelabu di tubuh makhluk mirip tupai itu perlahan berubah menjadi merah, berkilauan berminyak terlihat sangat indah.
Han Sen memotong beberapa iris tipis lagi, melakukan percobaan di beberapa wilayah berbeda.
Terhadap hal ini Han Sen menemukan beberapa temuan baru: tidak semua makhluk mutan tertarik pada jamur jenis ini, hanya sebagian yang ingin memakan jamur merah.
Setelah dimakan, semuanya menunjukkan reaksi tertentu. Tidak seperti Silver Fox kecil yang sama sekali tidak memberikan respons setelah memakannya.
Makhluk mutan biasa yang memakan jamur merah akan mengalami perubahan warna bulu menjadi merah dan terlihat lebih bersemangat. Selain itu, Han Sen tidak melihat keistimewaan lain.
Han Sen mencatat reaksi setiap makhluk mutan yang memakan jamur merah, lalu kembali ke Alliance untuk mengirim data kepada Professor Sun dan meminta bantuan analisis.
Professor Sun mengatakan perlu waktu sekitar dua hari untuk memberikan hasil analisis.
Awalnya Han Sen ingin menyimpan sisa jamur yang cukup banyak, tapi Silver Fox kecil langsung menelan semua sisa jamur itu dalam sekali gigitan, lalu melompat ke pelukannya dan tidur sambil memicingkan mata.
“Untung tidak semua kubawa pulang, kalau tidak pasti semuanya sudah masuk ke perut Silver Fox kecil. Nanti kalau benar-benar ada manfaatnya pun sudah habis.” Han Sen diam-diam lega.
Qi Xiuwen pergi menghubungi Li Xinglun dan Kakak Feili belum kembali, perkiraannya tidak begitu lancar. Han Sen tidak buru-buru, terus membaca teks klasik, berlatih "Jing Dongxuan" dan "Teknik Memeluk Giok dan Energi Matahari", lalu latihan Jurus Pedang Terbang Kembar sambil menggerak-gerakkan badan. Kehidupan kecilnya terasa cukup bernutrisi dari kejantanan.
Setelah menunggu dua hari, kabar dari Professor Sun memang datang.
"Xiao Han, melalui proses inferensi, jamur merah yang kamu temukan itu kemungkinan besar memiliki efek memperkuat akar dan meningkatkan raga. Tapi ini hanya perkiraan, kamu bisa melakukan percobaan sendiri dengan memakan sedikit dulu sebagai uji coba." Professor Sun sepertinya sangat tertarik pada jamur merah itu, tanpa menunggu Han Sen bertanya, langsung memberitahunya.
“Tidak akan ada masalah, kan?” Han Sen merasa dalam hatinya ada yang mengganjal. Memakan barang dari tempat perlindungan ini selalu memberinya rasa tidak nyaman.
“Konsumsi dalam jumlah kecil dulu, tidak melebihi 10 gram. Lakukan persiapan, jika ada ketidakwajaran setelah memakan, segera lakukan pencucian lambung. Siapkan juga obat-obatan ini untuk mengontrol situasi jika terjadi insiden tak terduga...” Setelah berkata demikian, Professor Sun menambahkan: “Menurut inferensi, seharusnya tidak berbahaya. Obat penguat dasar seperti ini umumnya aman selama tidak overdosis.”
“Aku masih perlu pertimbangkan dulu.” Han Sen tidak berani mengaku langsung bahwa dia yang akan memakannya.
“Sayangnya tidak ada stafku di dataran es, kalau tidak bisa kuminta orang lain untuk mengujicobakan.” Professor Sun mengungkapkan penyesalannya.
Namun ucapan Professor Sun justru memberi pencerahan pada Han Sen. Daripada mempertaruhkan diri sendiri, lebih baik cari kelinci percobaan.
“Zhu Ting itu punya Racun Seribu Wangi, memakannya seharusnya tidak akan ada masalah besar, biar dia yang mencoba.” Han Sen mulai menyusun rencana terhadap Zhu Ting.
Kalau orang lain yang memakan dan ada masalah, Han Sen tidak bisa memikul tanggung jawab. Zhu Ting yang biasa memakan racun seperti sayuran, seharusnya tidak akan ada masalah serius.
Han Sen mengeluarkan sepotong sisa percobaan makhluk mutan sebelumnya, memasukkannya saat menggoreng masakan, menyiapkan beberapa hidangan kecil dan satu panci sup, lalu mengundang Zhu Ting.
"Ayo ayo, hari ini kita kakak-beradik minum segelas dengan rileks!" Han Sen menarik Zhu Ting untuk duduk sambil bersemangat berkata.
Zhu Ting memandang Han Sen dengan curiga, dalam hatinya berpikir: "Kenapa anggota ini tiba-tiba mengajakku makan? Pasti ada konspirasi di balik ini. Jangan-jangan dia menaruh racun di makanan? Tapi seharusnya tidak, dia kan tahu aku punya Racun Seribu Wangi yang kebal terhadap segala racun. Mustahil dia sebodoh itu mau meracuniku si leluhur permainan racun."
Han Sen dengan ramah menuangkan minuman dan menjepitkan lauk untuk Zhu Ting: "Adik Zhu, belakangan ini sudah terbiasa hidup di dataran es? Kalau ada kesulitan bisa bilang ke Kakak. Untuk urusan besar mungkin tidak bisa, tapi masalah kecil masih bisa kubantu."
"Tidak, pasti dia ada maksud tersembunyi. Kalau tidak, tidak mungkin tiba-tiba baik seperti ini." Mata Zhu Ting berkedip licik, langsung bersikap sok berwibawa sambil berpikir: "Nah, kalau mau minta bantuan Kakak, berarti sekarang Kakak adalah bos besar!"
“Lao Han, ada apa langsung bilang, hubungan kita seperti ini, perlu basa-basi begitu?” Zhu Ting gemetar sambil menyantap hidangan yang diambilkan Han Sen, meneguk anggur kecil sambil berkata.
“Memang ada hal yang ingin kuminta bantuanmu.” Han Sen segera menyahut.
“Katakanlah, kita saudara, mana ada yang tidak bisa diungkapkan? Selama Kakak bisa membantu...” Tiba-tiba Zhu Ting mengubah topik: “Tapi kau juga tahu, jaman sekarang sulit, Kakak ini berasal dari keluarga miskin, dompet kosong bikin gelisah...”
“Tak masalah, tenang saja. Bantuanku ini nanti kubalaskan dengan sepuluh ribu.” Han Sen menanggapi.
“Sepuluh ribu?” Zhu Ting terpaku, dalam hati bergumam: “Kau ngasih sedekah ke pengemis? Sepuluh ribu bahkan tak cukup beli sebotol minumanku!”
Dengan terkekeh, Zhu Ting berwajah ambigu menyeringai: “Sepuluh ribu... hehe... Jangan-jangan kau mau minta aku nemenin minum?”
“Hampir, cuma menggali sebutir jamur shiitake di hamparan salju, ingin kau bantu mencicipi apakah beracun. Aku tahu kau adalah Racun Seribu Wangi, yang paling tak takut ini.” Han Sen berkata langsung.
“Hal berbahaya seperti ini cuma memberiku sepuluh ribu?” Pandangan Zhu Ting pada Han Sen seperti melihat ayam jantan besi.
“Rusak.” Han Sen tiba-tiba menepuk paha.
“Apa yang rusak?” Zhu Ting terkejut.
“Kalau tak mau kenapa tak bilang dari tadi? Baru saja kau setuju semua, kukira kau sudah sepakat. Baru saja sudah kusuapkan ke mulutmu.” Han Sen dengan wajah polos berkata.
“Sial kau leluhurmu...” Wajah Zhu Ting menghijau.
