Han Sen merasa kaget, seluruh tubuhnya tiba-tiba terasa gerah tak tertahankan. Sepasang ginjalnya seolah terbakar, menyemburkan dua bola api yang dalam sekejap menyebar ke seluruh tubuhnya, membuatnya merasa seperti terbakar.
"Sial! Kenapa harus datang sekarang juga." Han Sen memeluk erat prinsip pertahanan, menggunakan semangat dan Kehendak tertinggi untuk menekan kegaduhan dalam diri.
Pikiran Han Sen sekarang benar-benar terkesima, sama sekali tidak mendengar jelas siapa orang di luar atau apa yang dikatakan. Tapi meski tidak mendengar, dia tetap bisa menebak.
Ruangannya biasanya sepi pengunjung. Hanya Yang Manli yang berani datang saat ada keadaan darurat. Jadi selain Yang Manli, seharusnya tidak ada yang lain.
Bayangan kaki putih Yang Manli langsung memenuhi kepalanya. Bayangan putih itu bergoyang-goyang di pikirannya, membuatnya hampir tak kuasa menahan diri untuk tidak membuka pintu dan merebutnya.
Dengan keteguhan hati yang tak tertandingi menekan pikiran liar, Han Sen melanjutkan operasi "Bao Yu Yuan Yang Gong", berusaha bertahan melewati periode ini.
Meski ruangan di Perlindungan Suci kedua tidak seperti Perlindungan Suci pertama yang hanya bisa dimasuki tuan, Han Sen yakin Yang Manli tidak akan sembarangan masuk kamarnya—keyakinan ini mutlak.
Selama tidak melihat sosok manusia, Han Sen percaya dengan keteguhan hatinya, pasti mampu melewatinya.
Namun seketika jantung Han Sen berdebar kencang—dentang Pintu Batu terdengar kres, didorong paksa dari luar.
"Sial! Yang Manli... Biasanya kau begitu rigor, hari ini ada apa?" Konsentrasi Han Sen langsung kacau-balau, api nafsu semakin berkobar.
Hanya suara langkah kaki seorang wanita yang terdengar di dalam ruangan. Meski Han Sen menutup matanya, dengan kekuatan energi spiritualnya yang luar biasa dan pikiran kotor yang memenuhi kepalanya saat ini, dia mampu membayangkan sosok tubuh indah si wanita di otaknya.
Dengan susah payah meredam api jahat di hatinya, wajah Han Sen sudah memerah. Dari hidungnya bahkan mulai mengalir darah hidung.
Wanita itu melangkah mendekati Han Sen selangkah demi selangkah. Han Sen hampir ingin berteriak minta tolonh. Kekuatan ramuan jamur merah ternyata terlalu kuat. Bahkan Zhu Ting yang memiliki kehendak baja pun sampai ingin menggauli pria, membuktikan betapa mengerikannya efek ramuan ini.
Saat ini Han Sen tidak berani membuka mulut atau membuka mata. Dia takut jika sekilas saja melihat atau mengucapkan sepatah kata, otaknya akan dikendalikan sepenuhnya oleh nafsu birahi.
"Cepat pergi! Bapak memang nggak keberatan tidur sama cewek, tapi itu harus cewek yang Bapak suka. Bapak juga nggak masalah minum obat biar makin greget, tapi kalau mau genit, harusnya cewek yang merayu dong. Mana ada cowok minum obat terus ngaceng... Cepat minggir... Yang Manli minggir dari sini!" Han Sen diam-diam menyemangati diri sendiri, tapi pikirannya sudah mulai kacau.
Tapi si wanita malah melangkah mendekati Han Sen. Sepertinya dia menyadari ada yang tidak beres dengan kondisi Han Sen, lalu mendekat untuk memeriksanya.
Wanita itu sudah sedekat sejengkal. Han Sen bahkan sudah bisa mencium aroma tubuhnya. Seketika seluruh tubuhnya terasa seperti terbakar, darah dari hidungnya tiba-tiba muncrat deras.
Han Sen memiliki keinginan untuk membuka matanya, tapi dia mengatupkan gigi dengan keras menahannya. Lidahnya sampai tergigit pecah, berharap menggunakan rasa sakit untuk mengusir pikiran kotor. Seulas darah mengalir dari sudut bibirnya.
Wanita itu mengerutkan kening halus. Jelas terlihat situasi Han Sen saat ini adalah akibat masalah dalam latihan. Sementara masuk tanpa izinnya kemungkinan besar telah memprovokasi gangguan pada Han Sen.
Wanita itu membungkuk perlahan, mengulurkan tangan untuk menekan arteri Han Sen, sepertinya ingin menilai situasi saat ini dengan mengandalkan denyut nadi.
Tapi tekanan tangan di leher Han Sen itu membuat pikiran Han Sen langsung jebol total. Tangannya yang kecil lembut itu terasa seperti membawa api, rasa terbakar itu memaksa Han Sen membuka mata lebar-lebar.
Terlihat seorang wanita yang sangat cantik, postur tubuhnya tinggi semampai hampir setinggi Han Sen, mengenakan setelan baju gulat ketat berwarna putih. Sepasang kaki jenjang yang bulat sempurna dan proporsional, bentuk tubuh seksi dengan lekukan yang sempurna, benar-benar sempurna hingga membuat hati bergetar, mengguratkan garis-garis sempurna yang menggairahkan.
Wajahnya sempurna bak patung, membawa aura dingin dan kemuliaan yang tak terucapkan. Jelas terlihat sulit didekati, memancarkan aura dingin yang menolak setiap pendekatan.
Saat ini wanita itu sudah sangat dekat dengan Han Sen, bibir merahnya yang menggoda sepertinya sedang mengucapkan sesuatu padanya.
Tapi Han Sen saat ini sama sekali tak bisa mendengar. Meski wanita ini jelas bukan Yang Manli, namun kecantikan dan pesonanya semakin memikat, bentuk tubuh dan karismanya tak ada duanya, godaannya terhadap Han Sen justru lebih besar, membuatnya benar-benar kehilangan kendali.
Sinar jahat di mata Han Sen tiba-tiba berkobar, dengan gerakan melesat dia mengulurkan tangan hendak menangkap wanita itu.
Jarak yang terlalu dekat, namun wanita itu sama sekali tidak terkejut. Langkah kakinya bergerak mundur dengan elegan dan anggun, kecepatannya yang sulit dipahami.
Ekspresi wajah wanita itu tetap datar, hanya memandangi Han Sen dengan kilau aneh di pupil matanya.
Namun tiba-tiba raut wajahnya berubah. Ia tak percaya Han Sen ternyata mampu mengikuti langkah kakinya.
Awalnya wanita itu mengira Han Sen mustahil mengejarnya, tapi nyatanya Han Sen terus mendekat. Tubuhnya sudah menyentuh dinding, tidak bisa mundur lagi.
Han Sen bahkan memblokir semua jalan mundurnya, membuatnya mustahil berpindah posisi.
Gemetar antara takut dan marah, tangan wanita itu terangkat hendak memukul. Tapi ingat dialah yang memicu gangguan latihan Han Sen, membuat mata Han Sen kini merah darah - jelas pertanda latihan bermasalah. Tinjunya terhenti di udara.
Hanya pada momen keraguan sesaat itu, kedua tangan Han Sen telah menggenggam baju gulat wanita itu, langsung merobeknya hingga compang-camping. Seolah-olah iblis, matanya telah berubah menjadi merah darah, terlihat mengerikan.
Wanita itu sempat membeku. Ia sama sekali tidak menyangka Han Sen berani menyerangnya, benar-benar tak menduga situasi seperti ini akan terjadi. Untuk sesaat, ia tak kunjung menyadari.
Saat wanita itu menyadari apa yang terjadi, kilauan niat membunuh membanjiri mata indahnya. Seluruh raganya seolah mengamuk, pancaran cahaya ungu mistis mengalir dan mengepul dari tubuhnya, bagaikan dewi yang turun ke dunia.
Dor!
Sebuah serangan lutut dahsyat menghantam perut Han Sen, melambungkan seluruh tubuhnya ke udara. Detik berikutnya, sosok wanita itu telah melompat tinggi, kaki jenjangnya yang memukau menghujam ke bawah seperti kapak perang, menghantam Han Sen kembali dari udara dengan keras.
Sebelum Han Sen menyentuh tanah, tendangan ayunan kaki kembali menghantam, membuatnya terlempar ke samping.
Dor! Dor! Dor!
Sepasang kaki jenjang yang mencengangkan berubah menjadi senjata pembunuh mengerikan, menghujamkan tiga puluh lebih tendangan gila-gilaan secara kontinu. Dari awal sampai akhir, Han Sen tak sempat mendarat.
Sayangnya baju di dada wanita itu terkoyak. Goyangan ke montokan sempurna di dalamnya mengikuti ritme tendangan liar, hampir-hampir terlepas keluar.
Wanita itu jelas menyadari ketidakwajaran. Amarahnya mereda sejenak. Tangannya cepat-cepat menutupi bagian yang robek akibat cengkraman Han Sen.
