Anne terus memantau setiap gerakan Han Sen. Hari ini dia terkejut melihat Han Sen pergi ke aula tes, langsung buru-buru ke ruang pantauan untuk menyaksikan tes tersebut melalui sistem pengawasan.
Tidak diragukan lagi, tes semacam ini paling bisa merefleksikan tingkat sebenarnya seseorang. Han Sen sebelumnya sama sekali tidak pernah melakukan tes seperti ini, sehingga Anne pun tidak bisa membuat estimasi konkret terhadap kemampuannya.
Kini Han Sen secara aktif melakukan tes, Anne tentu enggan melewatkan kesempatan emas untuk melakukan pengamatan ini.
Namun setelah melirik tingkat kesulitan yang dipilih Han Sen, Anne tak bisa menyembunyikan kekecewaannya.
Tingkat kesulitan 100 berarti Han Sen hanya perlu menggunakan tenaga di atas 100 untuk merusak robot. Dengan kriteria seperti ini, bahkan tanpa tes pun Anne tahu pasti kekuatan Han Sen melebihi 100.
Tapi karena sudah sampai di sini, Anne tetap ingin menyaksikan tes Han Sen sampai selesai.
Alasan Han Sen tidak memilih tingkat kesulitan yang lebih tinggi adalah karena kondisi di aula tes bisa dilihat semua orang - dia tak ingin kekuatan sebenarnya terekspos.
Selain itu, yang ingin diuji Han Sen adalah seberapa besar pengaruh dari sensasi khusus setelah mengaktifkan gembok gen-nya, sehingga memang tidak memerlukan tingkat kesulitan yang terlalu tinggi.
Robot pertama di awal langsung dihancurkan Han Sen. Robot dengan cepat terbentuk kembali, lalu muncul satu robot tambahan.
Setelah kedua robot ini dihancurkan, jumlah robot berubah menjadi empat. Kemudian delapan, dan terus berlipat ganda.
Han Sen terus-menerus menghancurkan robot tanpa henti, terlihat sama sekali tidak ada kesulitan.
Tapi setelah mengamati beberapa saat, ekspresi Anne mulai menjadi lebih serius.
Meski tingkat kesulitan yang dipilih Han Sen tidak tinggi, cara menghancurkan robotnya sangat unik. Awalnya Anne tidak memperhatikan, tapi setelah diamati lebih detail, raut wajahnya berubah.
Karena robot memiliki rute serangan yang telah diprogram, semakin banyak robot maka koordinasi mereka semakin terperinci. Tidak seperti manusia yang bisa melakukan kesalahan dalam berpikir, robot mustahil melakukan kesalahan.
Koordinasi robot lebih presisi daripada manusia. Meski serangan mereka tidak bisa membentuk ancaman bagi Han Sen, cara Han Sen menghancurkan robot justru membuat Anne terkejut.
Han Sen menghadapi serangan dari segala penjuru, seringkali bahkan tidak menoleh sama sekali, namun tetap bisa menghancurkan robot yang menyerangnya dari belakang dengan akurat. Bahkan ketika beberapa robot menyerang bersamaan dari belakang, Han Sen mampu menahan semua serangan itu tanpa sekalipun menoleh ke belakang.
Seolah-olah ada mata di punggungnya, pemandangan ini membuat Anne merasa sulit mempercayainya.
Tenaga dan kecepatan bisa dilatih, tapi kemampuan semacam ini membuat Anne bingung bagaimana Han Sen melakukannya.
Jika dikatakan ini murni kemampuan mendengar untuk menentukan posisi, Anne tidak percaya. Dalam lingkungan pertempuran seperti itu, mustahil ada penilaian seakurat itu hanya mengandalkan pendengaran.
Apalagi Han Sen tidak melakukan kesalahan sama sekali dari awal sampai akhir, seolah-olah dia menguasai posisi dan gerakan semua robot. Kemampuan kontrol sekuat ini bahkan tidak bisa dilakukan sempurna oleh Anne sendiri.
Han Sen semakin bertarung semakin puas, perasaan seperti membuka sudut pandang ilahi ini sungguh tak tergambarkan indahnya. Bahkan dia bisa memprediksi kapan robot-robot itu akan melakukan serangan seperti apa.
Dengan koordinasi teknik Jing Dongxuan, Han Sen seolah-olah menggunakan kemampuan meramal masa depan. Kecuali kecepatannya melebihi reaksinya, semua serangan tidak akan mempan padanya.
32 robot sudah mencapai batas kemampuannya. Sayangnya tetap tidak bisa melukai Han Sen separuh pun. Semua dihancurkan dengan satu pukulan langsung, bahkan tanpa perlu pukulan kedua. Kepuasan yang tak terungkapkan itu membara di dalam dirinya.
Alis Anne semakin mengkerut. Meski menyadari keanehan pada Han Sen, tapi tidak bisa menjelaskan secara konkret di bagian mana keanehan itu. Kebingungan sementara membuatnya ragu-ragu.
Sekalipun Anne ingin melaporkan ke Ji Ruozhen, dia bingung bagaimana menyampaikannya. Tidak mungkin dia memberitahu sang adipati bahwa "insting Han Sen terasa tajam seperti predator".
Han Sen langsung meninggalkan aula tes setelah menyelesaikan ujiannya, namun Anne masih terlihat bingung meski telah menonton rekaman ulang berkali-kali, tetap tak bisa menjelaskan keunggulan apa yang dimiliki Han Sen.
Han Sen cukup puas dengan kemampuannya setelah mengaktifkan gembok gen. Meski tidak memiliki kekuatan atribut khusus, kemampuan seperti ini tetap termasuk dalam kategori yang sangat cabang.
Karena tidak ada tanda-tanda khusus, saat dia mengaktifkan gembok gen, orang lain sulit melihat perbedaannya. Sulit ditebak apakah dia benar-benar telah mengaktifkan gembok gen atau tidak, hal ini sangat menguntungkan bagi Han Sen.
Saat kembali masuk ke tempat perlindungan, Zhu Ting mendatangi Han Sen: "Kepala, saya menemukan makhluk darah ilahi. Bisa bantu membabat dua kali?"
"Bagus!" Han Sen langsung menyetujui. Waktu itu dia telah mempermalukan Zhu Ting habis-habisan. Di bawah protes keras Zhu Ting, Han Sen berjanji akan membantunya sekali secara gratis. Kini Zhu Ting yang meminta, tentu dia tak bisa menolak.
Tapi pikiran Han Sen saat ini tidak tertuju pada hal-hal tersebut. Kini dia sudah membuka kunci gen, membunuh makhluk darah suci jadi lebih mudah. Dia bisa pergi ke dasar laut memburu makhluk darah suci, sekaligus memberi makan malaikat kecil dan mengisi ulang Gen Tuhan-nya.
Zhu Ting membawa Han Sen masuk ke pegunungan Setan. Han Sen mengerutkan kening: "Sejak kapan kau sudah masuk ke pegunungan ini?"
Menurut orang-orang yang mengikuti Lei Gui, di pegunungan Setan terdapat makhluk mutan dengan sifat khusus, dan jumlahnya lebih dari satu. Tempat ini sangat berbahaya.
"Tenang, aku cuma berputar-putar di area pinggir, tidak berani mendalami," kata Zhu Ting.
Han Sen mengangguk tanpa berkomentar. Dengan kemampuannya sekarang, meski bertemu Makhluk Dewa Super, dia masih punya kendali untuk kabur.
Lagipula tidak semua Makhluk Dewa Super melakukan pembunuhan gila terhadap manusia. Selama menjaga jarak, seharusnya tidak ada masalah besar.
Hanya melintasi satu gunung, dunia es dan salju sudah tidak terlihat lagi. Di lereng gunung perlahan mulai terlihat hamparan hijau pepohonan dan tumbuhan.
"Kepala, di sanalah tempatnya." Zhu Ting memang tidak berbohong. Baru saja mereka memasuki Pegunungan Setan, Zhu Ting langsung menunjuk sebuah bukit kecil sambil berkata, "Ini bahkan belum masuk area pinggir Pegunungan Setan, masih di ambang paling tepi. Hanya terpisah satu gunung dari dataran es."
Han Sen mengikuti arah tunjuk Zhu Ting. Bukit kecil itu memang memiliki ketinggian puluhan meter, merupakan gunung batu berwarna abu-abu kebiruan. Di lerengnya tumbuh beberapa pohon kecil dan tanaman rambat yang jarang-jarang.
Di bagian tengah bukit, seekor makhluk mutan mirip cicak sedang tertidur di dinding tebing sambil mengunyah tanaman rambat itu.
Han Sen memperhatikan makhluk mutan itu dengan seksama. Meski bentuknya mirip cicak, ukurannya lebih dari sepuluh kali lipat, mencapai panjang lebih dari satu meter. Seluruh tubuhnya biru pucat, meski tidak bersisik namun terkesan berdarah-daging tebal.
"Meski gunung kecil ini tidak tinggi, tapi posisinya di dinding tebing. Ingin membunuhnya tidak mudah," kata Han Sen setelah mengamati sejenak.
"Kalau mudah aku tidak perlu merepotkanmu. Ada ide?" tanya Zhu Ting.
"Baik, tunggu di sini." Han Sen langsung memanggil rompi darah bersisik dan mengenakannya. Dengan satu langkah, ia menginjak dinding tebing lalu terangkat ke udara.
