"Bagaimana kalau teman ini sementara bergabung dengan kita?" Tian Du yang berpenampilan santun menatap Han Sen.
Tiran mengerutkan kening halus, tapi kali ini tidak menyuarakan penentangan. Jika semua anggota mereka lengkap, tentu tidak akan menerima Han Sen. Tapi kini hanya tersisa lima orang mereka, ingin menguji kedalaman ilmu makhluk itu sambil menghadapi gerombolan mutan, jelas terasa tidak realistis dan akan menimbulkan banyak masalah.
"Apa maksud 'bergabung sementara'?" Han Sen mengerutkan kening bertanya.
"Tetapkan harga, kami akan menyewamu." Tiran dengan raut wajah datar berkata, bahkan hingga saat ini dia tetap enggan mengizinkan Han Sen bergabung dengan pasukan mereka.
Han Sen menoleh ke Ratu. Sang Ratu hanya berkata dengan tenang: "Putuskan sendiri. Apapun keputusanmu, aku akan mengantarmu pulang dengan utuh."
Mendengar perkataan Ratu, Han Sen tersenyum: "Menyewa aku boleh saja, tapi tarifku sangat mahal. Khawatir kalian tidak sanggup membayar."
"Berapa kau minta?" Tiran dengan ekspresi tetap tenang menatap Han Sen dan bertanya.
"Aku dan Dia bisa dianggap sebagai dua orang. Kalian mau menyewa kami juga bisa, satu orang satu roh hewan suci darah ilahi. Tidak bisa kurang dari ini." Han Sen langsung mengeluarkan harga mereka.
Meski dia ingin mencari keuntungan, tapi sebenarnya tidak sepenuhnya untuk itu. Sudah datang ke sini, jika tidak melihat pertempuran Ratu dan makhluk itu, Han Sen tidak rela pulang begitu saja.
Sekarang ada yang mau membayar untuk melihat, tentu saja Han Sen tidak punya alasan untuk menolak.
Soal bergabung dengan tim Ratu, bagi Han Sen justru nomor dua. Di Perlindungan Kedua masih banyak kekuatan besar selain grup Ratu. Dia yakin pasti ada yang mau merekrutnya.
"Baik." Tanpa berkedip, Tiran langsung menyetujui, lalu mentransfer satu roh hewan suci darah ilahi: "Ini uang muka. Satunya lagi akan diberikan setelah pekerjaan selesai."
"Lancar! Oke, tidak masalah." Han Sen menyetujui dengan antusias.
Setelah persetujuan Han Sen, mereka mulai merancang rencana detail untuk menguji makhluk tersebut.
Meski sebelumnya mereka sudah memiliki rencana, tapi itu dalam kondisi personel lengkap. Sekarang hanya tersisa lima orang, si mesum tua juga menderita luka berat, kemampuan tempur sebenarnya hanya empat. Ditambah Han Sen, rencana harus diatur ulang.
Setelah mendengar penjelasan, Han Sen pun memiliki pemahaman detail tentang situasi.
Di kedalaman pulau ini ada seekor harimau putih seluruh tubuhnya. Sebelumnya salah satu anggota mereka yang datang ke sini pernah melihat angin puyuh menyelimuti tubuh harimau putih itu, sepertinya memiliki kekuatan mengendalikan angin.
Mereka berkumpul kali ini untuk mencoba memburu harimau putih itu. Tapi dengan personel yang jauh berkurang, mereka hanya bisa menguji kekuatan harimau putih terlebih dahulu sebelum membuat rencana.
"Dengan kehadiran Han Sen di sini, kita tidak perlu khawatir dengan kawanan hewan di pulau. Tapi tanpa Si Foodie, siapa yang akan menahan gelombang serangan pertama harimau putih itu?" Si Kucing Malas berkata dengan khawatir.
Tiran berkata dengan datar: "Biarkan aku yang melakukannya. Belakangan ini aku baru mendapatkan Perisai Darah Suci. Meskipun benar-benar makhluk tingkat itu, seharusnya bisa menahan satu dua serangan."
"Baik, tanggung jawab gelombang pertama serangan diserahkan pada Tiran. Ini peta topografi sekitar, Tian Du kamu di sini..." Ratu menjelaskan secara detail berbagai skenario yang mungkin terjadi serta rencana kontinjensi.
Namun Han Sen tidak dimasukkan dalam formasi tempur utama. Tugasnya hanya menggendong Silver Fox kecil di kejauhan sambil mengusir makhluk-makhluk mutan lainnya.
Han Sen pun tidak berkeberatan. Pasukan Ratu sudah memiliki chemistry kerjasama yang mapan. Keikutsertaannya justru berpotensi menciptakan celah dalam koordinasi mereka. Lagipula tujuan Han Sen memang hanya sebagai penonton, bukan untuk turun langsung dalam pertempuran.
Kengerian makhluk dewa super sudah sangat dipahami Han Sen. Sejujurnya dia meragukan kemampuan pasukan Ratu untuk benar-benar bisa memenggal makhluk kelas itu.
Awalnya Han Sen masih sedikit khawatir, jangan-jangan Silver Fox kecil malah membuat Harimau Putih kabur. Namun fakta membuktikan bahwa Makhluk Dewa Super jelas tidak takut pada Silver Fox kecil. Harimau Putih itu tidak hanya tidak kabur, bahkan dari jarak tiga puncak gunung, terdengar satu raungan harimau yang mengguncang langit. Lalu angin kencang berhembus, seolah ada angin puyuh datang dari puncak gunung di kejauhan. Dalam sekejap, mereka sudah hampir didekati.
"Persiapan pertempuran." Begitu Ratu memberi komando, Tiran dan yang lain langsung menempati posisi tempur masing-masing, menunggu kedatangan Harimau Putih itu.
Yang membuat mereka lega, sebenarnya ada banyak kawanan makhluk mutan di pulau ini. Tapi kali ini hanya Harimau Putih yang menerjang dengan mengendarai angin, tidak terlihat makhluk mutan lain. Ini membuktikan Silver Fox kecil Han Sen memang memiliki kemampuan mengusir makhluk mutan.
Han Sen diam-diam mengaktifkan Kunci Gen. Tujuh indera langsung meningkat hingga batas maksimal manusia. Dari kejauhan, dia sudah bisa melihat wujud asli Harimau Putih itu.
Di antara makhluk mutan, postur tubuh harimau putih itu tidak tergolong besar, hanya sepanjang tiga empat meter. Seluruh tubuhnya putih seperti giok, namun sepasang mata harimaunya berwarna merah menyala bagai kristal Liuli, seolah dua butir berlian darah.
Harimau putih itu melesat dengan mengendarai angin, empat kukunya berlari kencang di udara tanpa perbedaan dengan di permukaan tanah. Meski tak memiliki sayap besar, makhluk ini tetap mampu terbang—kemungkinan besar memang memiliki kemampuan mengendalikan angin.
Aura pembunuhan dari harimau putih ini sangat kuat, pancaran sikapnya sangat galak. Meski posturnya tidak terlalu besar, ia memberikan tekanan psikologis yang luar biasa, bagaikan turunnya Sang Penguasa. Bahkan Ratu dan kawan-kawannya pun saat ini menunjukkan wajah masam penuh kekhawatiran.
Han Sen mengamati sebentar, lalu mundur beberapa langkah sambil tetap memeluk Silver Fox kecil. Rasa waspadanya terhadap Makhluk Dewa Super sangat mendalam. Andai bukan karena keberuntungan alaminya di Perlindungan Pertama dulu, mustahil baginya bisa membunuh makhluk kelas itu.
Sedangkan Makhluk Dewa Super di Perlindungan Kedua jelas memiliki keunggulan yang hampir mutlak. Bahkan Silver Fox kecil yang baru lahir bisa membunuh sekejap petarung kuat yang telah membuka kunci gen, apalagi harimau putih dewasa.
Silver Fox kecil itu juga terlihat sangat bersemangat saat melihat harimau putih, bulunya meremang penuh permusuhan sambil mengawasi ketat makhluk itu.
Han Sen memeluk erat Silver Fox kecil, mencegahnya melakukan gerakan mencurigakan. Meski hebat, mungkin ia masih kalah melawan harimau putih dewasa.
Harimau putih mendekat melayang. Dari jarak puluhan meter, cakarnya mengibas menghasilkan bilah-bilah angin tak kasat mata yang merobek ruang, langsung menghujam ke hadapan Ratu dan yang lain.
Sang Tiran mengaum keras. Tubuhnya berpendar keemasan sambil mengangkat perisai menara sekuat tembok, menghantam keras bilah angin itu.
Dang!
"Dengan suara gemuruh, Perisai Menara di tangan Tyrant langsung terbelah empat retakan, terkoyak berkeping-keping. Sebuah Perisai Darah Suci ternyata hancur begitu saja.
Kedua tangan Tyrant mengeluarkan darah, luka di telapak tangan sudah merekah. Wajah semua anggota tim berubah pucat. Kekuatan Harimau Putih ini jauh melampaui perkiraan mereka. Hembusan angin dari cakar saja sudah memiliki kekuatan mengerikan seperti ini.
