Lobster sudah meluncur ke belakang Han Sen, sepasang capit lobster sekaligus menjepit ke arahnya.
Han Sen tahu saat ini tidak boleh menghindar lagi, kalau tidak, jika lobster benar-benar mendekat, mustahil baginya untuk menjauh lagi. Keluar ke permukaan air pun sama saja dengan tewas.
Menahan amarah yang menggelora di dadanya, Han Sen mengacungkan jari. Saat ini dia hanya memakai baju zirah Ratu Iblis, tentu semakin tidak berani menahan serangan ini langsung.
Seekor burung monster bersayap empat setinggi lebih dari dua meter dipanggil Han Sen, menghalangi di depan tubuhnya.
Kres!
Mount level darah suci Burung Petir Bersayap Empat langsung tercabik-cabik oleh capit lobster. Namun, Han Sen memanfaatkan momen ini untuk akhirnya melesat keluar dari permukaan air. Sayap besar di punggungnya terkembang, menerjang langit.
Baru saja terbang setinggi 30-40 meter, tiba-tiba melihat permukaan air di bawahnya berdentum keras. Lobster raksasa itu ternyata menyembul dari laut, memantul keluar dari kedalaman dan menjepit ke arah Han Sen di udara.
Kecepatan sayap besar Roh Binatang Suci Mengamuk masih tidak secepat lompatan lobster ini. Terlihat jelas lobster hampir menyusul Han Sen di udara.
Kedua kaki Han Sen mengeluarkan tenaga yang tak tertandingi, dengan gemilang meminjam tenaga dari udara untuk melayang horizontal sejauh dua meter di langit. Capit lobster nyaris melewati sisi tubuhnya.
Boom!
Lobster itu jatuh kembali ke laut seperti meteor yang menghantam lautan, memicu tsunami besar yang menyebar ke segala arah.
Han Sen sama sekali tidak berani ragu, terus terbang lebih tinggi. Lobster itu berenang-renang sebentar di laut, memperkirakan tidak bisa mencapainya lagi, akhirnya tidak melompat keluar dan membawa mayat burung merak menyelinap ke laut dalam.
Ratu juga mengepakkan sayap terbang di udara, dengan Silver Fox kecil di pelukannya. Kondisi Silver Fox kecil terlihat sangat tidak baik, tampak agak lemah. Melihat Han Sen kembali, ia malas-malasan melompat ke bahu Han Sen lalu berbaring tak bergerak.
Han Sen membuka mulutnya, namun darah kembali mengalir dari mulutnya. Organ dalamnya mengalami luka parah, mungkin perlu beristirahat waktu tertentu sebelum bisa pulih sepenuhnya.
"Ayo!" Han Sen mengatupkan gigi menahan darah dan amarah yang menggelora di dadanya. Baru setelah bersama Ratu meninggalkan wilayah laut ini, sang Ratu kembali memanggil paus besar agar Han Sen bisa beristirahat.
Han Sen berbaring di punggung ikan paus besar, namun Silver Fox kecil menyondolkan kepala mungilnya ke pelukan Han Sen. Sebelum Han Sen sempat memahami maksudnya, si kecil telah menggigit dua ruas akar teratai dan mengunyahnya dengan bunyi kres-kres.
"Sial, Si Perak Kecil! Kau masih punya perikemanusiaan tidak? Aku terluka parah begini, kau malah memanfaatkan situasi?" Han Sen merasa frustasi, namun tak ada tenaga tersisa untuk memarahinya.
Tapi di detik berikutnya, Han Sen membeku. Setelah mengunyah akar teratai, Silver Fox kecil justru menyuapkannya ke mulut Han Sen.
Han Sen tertegun sebentar. Siapa sangka si kecil bukan untuk dirinya sendiri, ternyata bermaksud memberinya makan. Hatinya dipenuhi keharuan tak terduga.
Namun memakan makanan yang sudah dikunyah makhluk lain membuatnya agak risih. Saat hendak menolak, getah akar teratai telah mengalir deras masuk ke kerongkongannya.
Han Sen berpikir, barang ini kan diperoleh dengan nyaris kehilangan nyawa, kalau dimuntahkan sayang sekali. Malas mikir panjang, langsung ditelannya cairan dari akar teratai itu.
Seperti aliran air jernih menyebar dalam tubuhnya, rasa terbakar di dada pun mereda. Darah dan amarah perlahan tenang kembali.
Han Sen segera mengaktifkan Jing Dongxuan untuk menyerap energi tersebut. Teknik Tulang Giok dan Kulit Es terbatas oleh level fisiknya di Perlindungan Kedua, jadi belakangan ia fokus total pada latihan Jing Dongxuan.
Setiap tarikan-nafas Jing Dongxuan mengandung misteri ilahi. Sel-sel beregenerasi cepat, jaringan rusak terkelupas, digantikan jaringan baru yang menyembuhkan luka dalamnya dengan kecepatan luar biasa.
Aliran udara yang seperti mata air jernih itu memainkan peran yang sangat kuat di dalamnya. Jika hanya mengandalkan kekuatan Jing Dongxuan, efeknya tidak akan mencapai tingkat seperti ini.
Seiring dengan detail-detail mata air jernih yang dimurnikan oleh Jing Dongxuan, raga Han Sen semakin putih lembut dan halus, hampir seperti bayi yang baru lahir. Aroma aneh yang segar pun mulai menyebar dari tubuhnya.
Silver Fox kecil itu tiarap di samping Han Sen, menghirup aroma segar tersebut. Semangatnya tampak semakin membaik.
Sang ratu yang melihat dua ruas akar teratai itu sudah menebak asal-usulnya. Matanya yang penuh rasa ingin tahu mengawasi Han Sen saat melihat Silver Fox kecil ternyata memberikannya kepada pria itu.
Han Sen yang baru saja mengalami luka berat awalnya memiliki ekspresi pucat tanpa darah. Namun tak lama kemudian, warna darah mulai merambat di wajahnya. Kulitnya berkilau seperti memancarkan cahaya, semakin berwarna merah muda yang lembut.
"Putih merona merah, paling berbeda." Melihat Han Sen, Ratu teringat pepatah klise ini. Tapi saat memandang Han Sen sekarang, tanpa sadar kalimat itu muncul di benaknya dan terasa sangat cocok menggambarkannya.
Bentuk wajah Han Sen tegas dengan siluet bertepi tajam yang kadang terlihat galak. Namun di balik kulitnya yang kemerahan bercahaya, justru memancarkan pesan karismatik yang sulit diungkapkan kata-kata.
Bahkan Ratu yang biasa tak ambil pusing dengan penampilan diri pun tak bisa menahan rasa iri di hatinya.
"Apakah ini efek teknik gen super nuklir ataukah hasil dari dua ruas akar teratai itu?" Ratu bergolak dalam analisis diam-diam.
Tiba-tiba aroma wangi menyusup ke ujung hidungnya. Seketika seluruh pori-porinya terbuka riang seolah baru menyantap buah kehidupan.
"Ada apa ini?" Ratu terbelalak memandang Han Sen. Bukan karena aroma yang dipancarkannya yang membuatnya kaget.
Dan setelahnya mencium aroma itu, Yitian Shu di dalam tubuhnya tiba-tiba mulai beroperasi secara otomatis, seolah-olah sedang memurnikan aroma yang terhirup ke dalam tubuh.
Hal ini membuat Sang Ratu merasa benar-benar sulit dipahami, di dunia ini ternyata ada aroma aneh yang bisa memicu Yitian Shu, sebelumnya bahkan tidak terpikir olehnya.
Jika tidak mengalaminya sendiri, meski orang lain memberitahunya, dia mutlak tidak akan percaya.
Yang lebih mengerikan, dalam aroma aneh itu, Sang Ratu tiba-tiba merasakan Yitian Shu yang stagnan selama ini mulai menunjukkan keanehan, sepertinya ada perkembangan.
Meski tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, Sang Ratu tidak bisa melewatkan kesempatan ini. Dia duduk di sisi Han Sen sambil menyerap aura segar itu, mulai mempelajari 《Yitian Shu》.
Cahaya suci ungu mengalir tak henti di tubuh Sang Ratu, menyedot semua aroma segar di sekitarnya sehingga cahaya ungu itu kini mengandung secuil wangi.
Dan aura dingin yang sebelumnya dimiliki Ratu perlahan berubah menjadi lebih transenden dan elegan, bagaikan bidadari yang tak ternoda oleh dunia fana, memikat namun tak menimbulkan sedikit pun niat menghujat.
Ada pepatah "pria makan kucai, wanita makan akar teratai". Akar teratai sendiri bersifat dingin dan merupakan suplemen besar bagi wanita. Meski pria juga mendapat manfaat, keuntungannya tidak sebesar bagi wanita.
Dua ruas akar teratai itu bukanlah benda biasa, mengandung kekuatan ramuan yang sangat kuat. Han Sen menyulingnya dengan Jing Dongxuan, memberikan dorongan besar bagi kemajuan kitab tersebut.
