Rangka sepanjang ratusan meter itu terbaring di antara tebing. Banyak bagiannya telah dililit tumbuhan rambat yang sudah mengering, menyatu dengan sumsum tulang hingga menciptakan pemandangan yang menusuk kalbu.
Han Sen mengamati rangka itu dengan rasa penasaran. Dalam hatinya bergolak pertanyaan: Kemampuan mengusir semua makhluk mutan dalam radius kilometer ini benar-benar setara dengan Silver Fox kecil.
Hanya kerangka tubuh yang ternyata memiliki tekanan mengerikan seperti ini, jelas bukan benda biasa dari dunia manusia. Bisa jadi ini benar-benar tulang Makhluk Dewa Super.
"Entah apakah tulang ini bisa direbus jadi sup? Mungkin saja bisa menghasilkan sedikit Super Gen Tuhan." Han Sen melihat kerangka raksasa itu, lalu sekejap kemudian menyerah pada keinginan seperti ini.
Tapi Han Sen tetap mendekati kerangka itu, ingin melihat lebih dekat tulang mistis ini dengan seksama.
Chen Ran melihat ketertarikan mereka pada tulang Anjing Penjaga Gunung Suci, tidak berkata apa-apa. Dia mengikuti Ratu dan yang lain mendekati kerangka tersebut.
Dari jarak dekat, Han Sen mengamati tulang abu-abu keputihan itu yang seperti batuan. Satu ruas tulang biasa saja selebar drum air, yang besar bahkan sebesar rumah.
Seluruh kerangka tubuh terjaga sangat lengkap, seolah berbaring tenang dan mati dengan damai. Tidak ada jejak pertempuran sama sekali.
Seorang evolusioner bawahan Chen Ran bernama Xu Dongjin memanggil pisau roh binatang dan menghantam keras tulang tersebut. Hanya terdengar dentang logam, tapi tidak meninggalkan jejak apapun.
"Tulang ini luar biasa keras, bahkan senjata darah suci pun sulit melukainya sedikit pun." Xu Dongjin menarik kembali pisaunya sambil tersenyum.
Di hati Han Sen semakin yakin, ini pasti tulang Makhluk Dewa Super. Jika tidak, hantaman Xu Dongjin yang memiliki tenaga menembus angka 100 itu pasti akan meninggalkan bekas walau sedikit. Mustahil tidak ada jejak sama sekali kalau bukan tulang Makhluk Dewa Super.
Hanya saja tidak diketahui mengapa makhluk super ini bisa tewas di sini, dan hanya menyisakan rangka tulang belaka.
Sementara Chen Ran dan yang lain sedang berbicara dengan Ratu, Han Sen menyusuri tulang punggung rangka itu. Tampak rotan kering berjejal sangat rapat melilit tulang-tulangnya, entah sudah berapa lama siklus hidup-matinya berlangsung.
Sampai di posisi kepala, memang terlihat kepala itu mirip kepala anjing dengan gigi taring yang tidak rata dan sangat mengerikan. Meski hanya tersisa tulang putih yang menyeramkan, tetap membuat orang gentar melihatnya.
Han Sen diam-diam berkesedihan di dalam hati: "Sayangnya hanya ada satu set tulang, entah sudah berapa tahun terpapar angin dan hujan, tulang ini sudah tidak ada gunanya lagi."
Saat hendak pergi, pandangan sampingnya tidak sengaja menangkap buah yang sudah kering di rotan dekat kepala itu. Buah itu berwarna kuning kering sama seperti rotan itu sendiri.
Han Sen mendekat dan mengamati lebih seksama. Ternyata itu adalah labu kecil yang bisa digenggam dengan satu tangan. Labu itu terlihat baru tumbuh belum lama, belum sempat membesar sebelum seluruh pohon labunya layu, termasuk labu kecil ini yang ikut mati kering.
Orang biasa tidak akan ambil pusing dengan tumbuhan, tapi Han Sen punya minat khusus. Di sekitar tulang monster mengerikan itu ada begitu banyak rotan kering, tapi hanya ada satu labu yang tumbuh. Mungkin labu ini memiliki keistimewaan tertentu.
Han Sen mengulurkan tangan dan menggenggam labu kecil itu, ingin memetiknya dari rotan. Tapi setelah dua kali menarik lebih keras, ternyata labu itu tidak bisa dilepaskan. Hatinya berdesir, "Kenapa labu ini sekuat ini?"
"Tidak perlu ditarik. Labu itu tidak bisa dipetik. Rotan labu yang sudah mati ini sama keteguhannya dengan tulang Anjing Penjaga Gunung Suci Tuhan, sulit dilukai pedang. Banyak orang yang melihat labu ini ingin menariknya, sayangnya baik kapak maupun pedang, bahkan api sekalipun, tidak bisa melukainya sedikit pun," ujar Xu Dongjin sambil tersenyum mendekat.
Han Sen mendengar kata-kata Xu Dongjin ini, justru semakin penasaran. Ia memanggil Pedang Dewa Kuno sambil tersenyum, "Seajaib ini? Kalau begitu aku harus mencobanya."
Han Sen menghantamkan pedang ke labu kecil itu. Rasanya seperti memukul urat sapi, rotan kering tak terbelah malah pedangnya terpental.
"Bagaimana?" Xu Dongjin tertawa.
"Benar-benar sangat tangguh." Han Sen semakin tertarik dengan labu ini. Bagaimana dilihat pun, benda ini jelas bukan milik manusia biasa.
Hanya saja rotan yang sekuat ini membuat proses mengambilnya jadi sulit. Han Sen menyimpan Pedang Dewa Kuno lalu meraih labu tersebut. Diam-diam ia mengaktifkan kunci gen, bersiap menarik dengan keras. Tapi sebelum sempat mengerahkan tenaga, labu itu tiba-tiba terlepas dari tangkai dan jatuh ke genggamannya, membuat Han Sen sendiri membeku kaget.
Xu Dongjin yang berdiri di samping justru semakin terkejut, memandang labu di tangan Han Sen dengan tak percaya dan bertanya: "Bagaimana kamu berhasil menurunkannya?"
Rotan kering ini entah sudah berapa lama melilit tulang-tulang itu. Banyak orang sebelumnya telah mencoba menarik labu ini, namun tak satu pun yang berhasil mendapatkannya.
Kini Han Sen hanya perlu menariknya secara sembarangan, labu itu langsung terlepas. Hal ini membuat Xu Dongjin sangat terkejut.
"Aku juga tidak tahu, hanya sekadar menariknya pelan, tiba-tiba labunya jatuh sendiri." Han Sen sendiri juga bingung, kenapa labu itu bisa begitu mudah terlepas padahal dia belum mengerahkan tenaga.
Sebenarnya tanpa perlu dijelaskan Han Sen, Xu Dongjin juga melihat sendiri bagaimana Han Sen hanya menarik labu itu perlahan tanpa tenaga apapun, namun labu langsung jatuh. Inilah yang membuatnya sangat terheran-heran.
"Ada apa ini?" Chen Ran datang mendekat bersama anggota tim lainnya dan Sang Ratu.
"Saudara Han ini berhasil menarik labu itu." Xu Dongjin menceritakan masalah yang terjadi baru saja.
Chen Ren dan yang lain juga merasa heran, tapi tidak terlalu dianggap serius. Bagaimanapun ini cuma labu di rotan kering, apa gunanya?
"Saudara Han terlihat orang yang beruntung. Labu ini sudah mati di sini entah berapa lama, rupanya sudah waktunya jatuh hari ini, kebetulan jatuh ke tanganmu." Chen Ren tersenyum: "Bisakah kami pinjam untuk melihat?"
"Tentu saja." Han Sen tidak ragu, menyodorkan labu itu ke Chen Ren.
Chen Ren memainkannya di tangan beberapa saat, tidak melihat ketidakwajaran apa pun. Setelah diperlihatkan ke Xu Dongjin dkk, akhirnya dikembalikan ke Han Sen.
"Mengingat ini sesuatu yang ditakdirkan langit, Saudara Han harus menjaganya dengan baik. Bisa jadi ini harta berharga." Chen Ren tertawa.
“Hanya sebuah labu dari rotan kering, mana mungkin jadi harta berharga. Tapi lumayan untuk benda mainan.” Han Sen tersenyum sambil menyelipkan labu rotan kering ke dalam pelukannya.
Semua orang melanjutkan pendakian gunung. Dengan petunjuk Chen Ran dan kawan-kawan, mereka berhasil menghindari banyak area berbahaya. Percepatan pendakian terbilang sangat baik.
Namun semakin jauh berjalan, Han Sen mulai merasakan sesuatu yang tidak beres. Seolah-olah dari dalam labu di pelukannya, terdengar getaran samar mirip denyut jantung.
Jantung Han Sen berdebar. Diam-diam ia merentangkan tangan mengeluarkan labu itu, menggenggamnya erat di telapak tangan sambil merasakan dengan lebih dalam.
Benar saja, dari dalamnya muncul getaran yang sangat tipis - satu per satu seperti detak jantung. Karena terlalu lemah, mustahil terdeteksi kecuali oleh tujuh indra Han Sen yang luar biasa tajam.
Han Sen hampir ingin melemparkan labu itu. Sejak melihat biji teratai yang melahirkan delapan belas lebah beracun kristal darah, dia selalu merasa takut terhadap tumbuhan aneh semacam ini.
