Tyrannosaurus meski matanya buta, masih memiliki sedikit kemampuan membedakan arah, terus terbang menuju Laut Es di Utara dan segera meninggalkan dataran es menuju lautan.
Han Sen terus mengejar Tyrannosaurus sambil mencari kesempatan mematikan. Luka di mata saja belum cukup untuk mencabut nyawa makhluk ini, namun dengan hilangnya penglihatan utamanya, kemampuan persepsi lainnya yang memang lemah membuat ancamannya terhadap Han Sen sangat minim.
"Tyrannosaurus dengan fisik tangguh dan kekuatan api ini ternyata lemah di aspek lain. Sangat mematikan bagi kelompok manusia, tapi bagi segelintir jagoan, ancamannya justru tidak seberapa dibanding burung gagak." Han Sen menganalisis sambil terus mengamati Tyrannosaurus.
Awalnya Tyrannosaurus masih menyemburkan api, namun deru geramnya semakin melemah tanpa amarah membara. Entah karena kelelahan menyembur atau cadangan apinya terlalu banyak terkuras.
Han Sen melihat dengan sukacita di hatinya, kembali mengaktifkan kunci gen. Dengan teknik terbang, dia mendekati Tyrannosaurus. Saat monster itu membuka mulutnya untuk mengaum lagi, busur silang merak di tangannya mulai menembakkan panah secara gila-gilaan.
Tali busur bercahaya pada busur silang merak berkedip cepat, melontarkan panah-panah bulu gagak keluar. Tenaga super dari roh binatang suci membuat anak panah melesat seperti aliran cahaya hitam yang dingin. Dalam sekejap mata, semua itu menghujam masuk ke dalam mulut Tyrannosaurus.
Darah muncrat deras. Tyrannosaurus membuka mulut untuk mengaum, tapi malah tersedak oleh semburan darahnya sendiri. Jelas bahwa belasan panah bulu gagak telah menyebabkan kerusakan internal yang signifikan.
"Haa!"
Tyrannosaurus kembali menyemburkan campuran darah dan api. Han Sen bahkan melihat beberapa bulu hitam tercampur dalam semburan tersebut.
Tapi bulu-bulu hitam gagak itu kini telah terbakar dan patah, hanya menyisakan pecahan menghitam yang tak berguna. Sudah tidak bisa dipakai sebagai panah, bahkan sebagai pisau belati pun tidak layak.
Han Sen merasa berdarah-darah di hati, namun demi memburu Makhluk Dewa Super, dia tak bisa memedulikan hal lain saat ini.
Tyrannosaurus terbang sambil batuk darah, curahan darah segar menghujam ke Laut Es. Meski berhasil memuntahkan panah-panah itu, trauma internalnya tak kunjung sembuh.
Han Sen tak tahu seberapa parah luka Tyrannosaurus. Tapi Makhluk Dewa Super memiliki kemampuan penyembuhan diri yang kuat. Jika dibiarkan terus kabur, mungkin lukanya akan berangsur pulih.
Dengan mengatupkan gigi, Han Sen kembali mengaktifkan sihir terbangnya dan menendang keras kelopak mata Tyrannosaurus.
Tiba-tiba, cakar Tyrannosaurus terangkat dan ternyata menubruk Han Sen. Cakar raksasa ini seakan mengkristal semua tenaganya pada satu titik puncak cakar, menusuk seperti kilatan pedang dingin ke arah Han Sen.
Han Sen ternyata terlambat menghindar. Kecepatan serangan cakar yang luar biasa ini membuatnya kehilangan akal.
Namun dalam status kunci gen yang teraktivasi, Han Sen tetap mutlak tenang. Hampir tanpa berpikir, dia langsung memanggil baju zirah emas dan tato sihir Stone Armor Demon untuk perlindungan. Sekali gus memanggil busur silang merak untuk menghalangi di depan dirinya.
Dor!
Ujung cakar naga menghantam busur silang merak. Raga Han Sen langsung terlempar seperti proyektil, menghancurkan lapisan es di permukaan Laut Es dan terhantam masuk ke dalam air laut puluhan meter dalamnya. Percikan air setinggi 40 meter menyembur di permukaan laut.
Setelah keluar dari laut, Han Sen langsung memuntahkan darah dari mulutnya. Organ dalam di dadanya seolah terbalik, membuat seluruh tubuhnya gemetaran hebat karena sakit.
"Makhluk Dewa Super yang luar biasa kuat! Tenaganya benar-benar mengerikan!" Han Sen dalam hati merasa ngeri. Ia membuka mulut ingin bicara, tapi malah menyemburkan darah lagi.
Andai bukan karena busur silang merak yang menahan cakar naga, mungkin tubuhnya sudah tertembus dan terkoyak oleh cakar itu.
Namun setelah serangan ini, Tyrannosaurus tampaknya terluka lebih parah. Darah terus mengucur deras dari mulutnya, mencemari air laut di sekitarnya hingga memerah.
Tapi Tyrannosaurus itu rupanya membenci Han Sen hingga tak peduli luka-lukanya. Ia malah menukik tajam ke bawah, jelas bermaksud menghabisi Han Sen.
Melihat keganasan Tyrannosaurus itu, Han Sen mana berani menghadapinya frontal. Ia segera memanggil Ikan Perak untuk menyelam ke dalam laut.
Tapi Silver Fox kecil di bahu Han Sen mengeluarkan raungan amarah, seolah marah karena Han Sen terluka. Kilatan listrik perak di tubuhnya berderak-derak, berubah menjadi cahaya perak yang terbang ke udara dan menghujamkan petir perak ke arah Tyrannosaurus itu.
Roar!
Tyrannosaurus itu menjerit kesakitan di udara dengan asap putih mengepul dari tubuhnya. Tapi fisiknya terlalu tangguh, serangan petir perak Silver Fox kecil pun tak sanggup melukainya secara signifikan.
Namun Tyrannosaurus itu terpaksa menghentikan pengejaran terhadap Han Sen dan berbalik menerjang Si Perak Kecil. Api menyembur gila-gilaan dari mulutnya, berusaha membakar Silver Fox kecil hingga jadi abu.
Silver Fox kecil berlari kencang di udara sambil terus memuntahkan busur cahaya petir perak yang menghantam tubuh Tyrannosaurus dengan dahsyat.
Mata Tyrannosaurus tidak bisa melihat, kemampuan reaksinya pun jauh melemah. Sulit baginya menyemprotkan api ke Silver Fox kecil yang lincah. Sementara itu, karena masih dalam fase bayi, kekuatan petir perak Silver Fox kecil belum cukup kuat. Meski berhasil menghantam Tyrannosaurus berkali-katai, serangan itu tidak bisa memberikan kerusakan signifikan.
Han Sen memaksakan diri menahan darah yang mendidih di dadanya. Dia memanggil sayap Roh Binatang Suci Mengamuk dan mulai terbang. Awalnya dia sudah bersiap kabur, tapi tak menyangka Si Perak Kecil justru marah melihat lukanya dan turun tangan. Ini membuat Han Sen melihat secercah harapan.
Bagaimanapun juga, Si Perak Kecil bukanlah hewan peliharaan resmi Han Sen. Han Lin pun sulit mengendalikannya. Karena itu, sejak dulu Han Sen tidak pernah menganggapnya sebagai kekuatan tempur sejati.
Tapi begitu Silver Fox kecil bertindak, kemampuannya masih jauh di atas evolusioner biasa yang membuka kunci gen. Bahkan Han Sen sendiri mengakui dirinya kalah jauh dibanding makhluk itu.
Mengingat Silver Fox kecil memiliki konstitusi fisik Makhluk Dewa Super, bahkan dalam fase bayi sekalipun, evolusioner manusia tidak bisa disamai.
Silver Fox kecil mengelilingi Tyrannosaurus sambil lari kencang, sesekali mengeluarkan kilatan listrik untuk menembaki sang predator. Tyrannosaurus yang marah sekali itu tetap tak bisa berbuat apa-apa terhadap si rubah perak.
Akibat luka tambahan, darah semakin deras menyembur dari pupil mata dan mulutnya. Namun cedera seperti ini jelas belum cukup untuk membunuh Makhluk Dewa Super.
Han Sen mengaktifkan kunci gen hingga batas maksimal, matanya tak berkedip mengawasi Tyrannosaurus, otaknya bekerja keras menganalisis semua kemungkinan di medan gaya.
Saat kesempatan itu tiba dalam sekejap, jantung Han Sen berdegup kencang. Dengan lincah layaknya dewa terbang, tubuhnya melesat menghadap Tyrannosaurus, lalu sebuah tendangan keras mendarat di bagian kiri mata sang monster.
Setelah menendang, Han Sen langsung menjauh dengan lincah, menghindari serangan cakar Tyrannosaurus lagi. Namun bulu burung gagak di kelopak mata kiri Tyrannosaurus itu berhasil ditendangnya masuk hingga ke dalam mata, membuat sang makhluk mengangkat kepala dan mengeluarkan raungan mengerikan yang memilukan. Api-amuk menyembur keluar dari mulutnya bagai letusan gunung berapi.
Cahaya petir di tubuh Si Perak Kecil meledak bagai halilintar, berkoordinasi dengan serangan Han Sen ke Tyrannosaurus. Luka di tubuh sang monster pun mengucurkan darah deras tak terbendung.
Empat sayap di punggung Tyrannosaurus berkepak keras, mencoba kabur terbang. Han Sen memaksakan diri menahan desakan darah dan amarah yang bergolak di dadanya, terus mengejarnya. Ini adalah Makhluk Dewa Super yang paling mungkin diburunya - bagaimanapun juga tak boleh dilepaskan!
Jika kesempatan ini terlewat, Han Sen tak tahu kapan lagi bisa mendapat peluang memburu Makhluk Dewa Super lainnya.
