Diterjang gila-gilaan oleh Beruang Es, dalam sekejap tak terhitung jumlah korban tewas. Hamparan salju dipenuhi darah dan mayat. Para pencari keuntungan itu kini menyesal sampai-sampai ususnya menghitam, mengutuk orangtua mereka yang hanya memberi dua kaki untuk kabur mati-matian ke segala penjuru.
Otak Beruang Es itu bermasalah, matanya memerah karena amarah. Tanpa peduli apa pun, setiap manusia yang terlihat langsung dikejar-kejar hingga terbunuh. Banjir darah menggenangi dataran es, mayat manusia berserakan tak terhitung jumlahnya. Seluruh permukaan salju ternoda darah dan jenazah.
Han Sen ingin menghentikan tapi tak bertenaga. Tenaganya belum pulih sepenuhnya sehingga tak bisa menggunakan Pukulan Naga-Gajah. Serangan biasa sama sekali tak mempan pada Beruang Es.
Kini Han Sen hanya berharap tenaganya cepat pulih. Asal bisa menggunakan Pukulan Naga-Gajah sekali lagi, niscaya monster es itu akan tumbang di tangannya.
“Bahaya, Beruang Es Besar menuju ke perlindungan level Ksatria milik salah satu bawahan saya.” Ekspresi Li Xinglun berubah drastis, berteriak ke Wang Yuhang: “Paman Kecil, cepat alihkan perhatiannya!”
Wang Yuhang juga terlihat frustasi: “Aku sudah mencoba, percuma! Kepala beruang es itu sudah hancur akibat hantaman, dia tidak mengejarku lagi.”
Li Xinglun hampir hilang akal, berusaha membubarkan personel di dalam perlindungan. Namun Beruang Es Besar sudah mengincar bangunan perlindungan Ksatria itu dan langsung menerjang masuk. Penghuni di dalam sama sekali tidak sempat kabur.
Itu adalah perlindungan berorientasi bisnis dengan banyak personel non-tempur dan kepadatan penduduk tinggi. Jika beruang itu berhasil masuk, banjir darah akan terjadi seketika. Tak ada yang mampu menghentikan pembantaian oleh Beruang Es Besar.
Dan orang-orang di dalam perlindungan sudah menyaksikan pembunuhan beruang es raksasa di luar, memicu kepanikan dan kerusuhan di kota. Semua orang berebut-rebut ingin melesat keluar dari perlindungan.
Tapi jumlah manusia terlalu banyak. Justru karena berdesakan ingin keluar, pergerakan menjadi semakin lambat. Banyak yang tertahan di dalam tidak bisa keluar.
Li Xinglun mati-matian menembakkan panah ke luka besar beruang es raksasa, namun hal ini justru membuat makhluk itu semakin mengamuk. Seperti cahaya terakhir sebelum mati, beruang es itu menjadi semakin ganas.
Han Sen melirik sambil mengerutkan kening. Meski perlindungan ini milik Li Xinglun, semua tempat perlindungan di dataran es wajib membayar pajak untuknya. Pajak dari tempat ini termasuk peringkat teratas.
Han Sen tak ingin pemasukan pajaknya berkurang, juga tak ingin menyaksikan pembantaian massal. Namun tenaganya belum sepenuhnya pulih, saat ini jelas tak mungkin menggunakan Jurus Naga-Gajah lagi.
Dari kejauhan, Beruang Es sudah menerjang hingga depan perlindungan. Tubuh raksasanya sudah menempel di tembok benteng, cakarnya mencengkeram hingga menciptakan dua lubang besar. Dengan menyebarkan aura es, ia berusaha merangkak melewati gerbang kota.
Teriakan panik di dalam perlindungan sudah menyatu menjadi satu suara mencekam. Beruang Es yang mengerikan itu terlihat di depan gerbang, wajahnya yang berlumuran darah terdistorsi kebencian. Sosoknya mirip raksasa kanibal yang siap menerkam, setiap detik bisa menerobos masuk untuk membantai.
Memandang tubuh raksasa yang menempel di gerbang itu, Han Sen mengatupkan giginya. Dengan mengepakkan sayap besarnya, ia melesat langsung menuju Beruang Es.
Semua orang hanya melihat Han Sen turun dari langit, memegang senjata mematikan besar yang terbakar api di tangannya. Bahkan, senjata itu berputar dengan kecepatan tinggi seperti bor raksasa, memancarkan aura keperkasaan legendaris yang tak terucapkan.
"Boleh mati! Rasakan serangan 'Tyranno Thrust Api'-ku!" teriak Han Sen dalam hati sambil terbang mendekati beruang es yang menempel di gerbang kota. Dengan gerakan menghunjam, Tyrannosaurus Thrust Api-nya ditusukkan ke bagian bokong beruang es itu.
Api merah berputar, darah menyembur deras. Tyrannosaurus Thrust Api sepanjang dua meter itu—diperkuat oleh tenaga spiral yang dahsyat—terus mengebor masuk dengan ganas.
Jantungnya berdegup kencang, tulang-tulangnya mengeluarkan suara erangan. Han Sen telah mendorong tenaganya ke batas maksimal. Kedua tangannya mencengkeram erat Tyrannosaurus Thrust Api sambil menggigit gigi, terus menerjang maju dengan segenap nyawa.
Tyrannosaurus Thrust Api yang berputar, separuhnya berhasil ditusukkan Han Sen dengan gemilang. Darah memancar di tengah angin, bagai kuncup bunga yang mekar megah.
Semua orang menyaksikan kejadian ini dengan ekspresi bodoh. Serangan ganas itu memicu perasaan gentar sekaligus euforia, sementara *Júhuā Yījǐn* mereka tak tertahankan mengencang.
"Roar!" Beruang Es Raksasa melengkingkan jeritan memilukan ke langit, berusaha berbalik untuk mencengkeram Han Sen.
Tapi Han Sen justru melepas Tyrannosaurus Thrust Api, menghindar dari cakar Beruang Es. Secara kontinu ia menghujamkan tujuh tendangan ke gagang senjata itu, setiap tendangan bagai palu godam yang mendorong senjata makin dalam tertancap.
Setelah tujuh tendangan kontinu, Han Sen mengeluarkan raungan dahsyat, darah dan amarah di dadanya mengalir deras. Seluruh tenaga terkumpul di tinjunya, satu pukulan keras menghantam pegangan senjata yang masih terlihat di luar, langsung menghujamkan seluruh Tyranno Thrust Api ke dalam tubuh musuh.
Darah mengucur deras, Beruang Es raksasa itu menggeram ke langit. Tapi raungannya tiba-tiba melemah di tengah jalan. Tubuh luar biasa besarnya runtuh bergemuruh, membuat seluruh shelter bergoyang tiga kali.
"Berhasil membunuh Makhluk Dewa Super Beruang Es. Tidak mendapatkan Spirit Binatang. Daging tidak dapat dikonsumsi. Dapat mengumpulkan Esensi Gen Kehidupan. Dapat menambah 0 hingga 10 point Super Gen Tuhan secara acak."
Han Sen mendengar pengumuman itu tak bisa tidak merasa sedikit kecewa. Susah payah mengalahkan Makhluk Dewa Super, tapi tidak mendapatkan Spirit Binatang sama sekali.
Tapi ini masih bisa disebut hal yang sudah bisa diprediksi. Peluangnya mendapatkan roh binatang super dewa sudah sangat tinggi secara cabang, hanya saja tidak ada yang akan mencibir memiliki barang bagus lebih banyak. Han Sen tentu bukan pengecualian, jadi tetap sangat mengharapkan beruang besar es bisa memberinya roh binatang.
Semua orang membelalakkan mata, mengawasi Han Sen yang terbang di udara bagaikan Tuhan. Tiba-tiba tak seorang pun bisa bicara, area sekitarnya sunyi senyap.
Lama kemudian, para evolusioner di dalam perlindungan baru bersorak-sorai gegap gempita. Sekaligus ada yang berteriak: "Hidup Yang Mulia Direktur!"
Orang-orang yang lolos dari maut ikut berteriak: "Hidup Yang Mulia Direktur."
"Hidup Dewa Pelecehan Anal!" teriak pemimpin grup itu lalu menyambung.
Kemudian terdengar entah berapa banyak orang berseru bersama: "Hidup Dewa Pelecehan Anal!"
Suara mengguncang langit, Han Sen hampir terjatuh dari udara, wajahnya dipenuhi garis hitam. Andai saja tidak karena tenaganya habis terkuras, pasti dia sudah menangkap dan menghidup-hidupkan brengsek yang berteriak tadi.
Raga beruang es besar mulai menghilang dengan cepat. Han Sig langsung menggenggam kristal es seukuran tinju yang jatuh dari tubuhnya, lalu mengibaskan sayap besar dan terbang menjauh.
Kabar Han Sen membunuh beruang es besar segera menyebar di dataran beku. Banyak yang menganggapnya sebagai mukjizat ilahi. Namun karena misi Ji Qing memburu Makhluk Dewa Super belum diumumkan resmi oleh Alliance, orang awam hanya mengira Han Sen berhasil mengalahkan Makhluk Darah Ilahi yang sangat kuat, tanpa tahu itu sebenarnya makhluk tingkat super.
Meski demikian, mereka yang menyaksikan pertempuran itu pada hari itu menggambarkan adegan Han Sen 'menganiaya anal' Beruang Es Raksasa dengan sangat hidup. Julukan "Dewa Anal Mengerang" mulai menggema di seluruh dataran es.
Sementara itu, beberapa pihak berkepentingan yang menyaksikan atau mendengar tentang pembunuhan Beruang Es Raksasa oleh Han Sen langsung mengubah ekspresi wajah mereka dan segera mencari informasi detail tentang situasi saat itu.
