Han Sen menerobos masuk ke bawah kanopi, mengayunkan Tyranno Thrust dengan gagah berani untuk menebang Immortal Peach bawah yang belum matang. Tiba-tiba hatinya bergetar waspada, tulang punggungnya merinding.
Han Sen buru-buru mundur ke belakang. Seberkas kilatan merah menyentuh kulit kepalanya - ternyata ular merah muda kecil itu!
Keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya. Ular kecil itu tidak mengejar Malaikat Perang Suci, malah menjebaknya di sini. Untung persepsi spiritual Han Sen luar biasa tajam, sehingga bisa menghindari maut. Bayangan akhir tragis Bone Elephant membuat kulit kepalanya bergidik - andaikan ular itu berhasil menyusup ke telinganya...
Ular merah muda kecil gagal dalam serangannya, memantul di batang pohon lalu kembali menerjang Han Sen dari udara.
Han Sen dan Si Perak Kecil bersama-sama melawan ular merah muda ini, sama sekali tak punya kesempatan mendekati buah persik cabang bawah. Si Perak masih terlalu muda, seandainya bisa tumbuh lebih besar mungkin bisa mengalihkan perhatian ular itu, memberi kesempatan Han Sen memotong buah persik.
Saat ini kerja sama manusia-rubah perak ini hanya bisa bertahan agar tak dibunuh ular merah muda. Senjata berat seperti Tyranno Thrust terlihat terlalu kikuk di hadapan ular gesit ini, efektivitasnya sangat minim.
Han Sen ingin memanggil kembali Malaikat Perang Suci, tapi sang malaikat masih membawa buah persik. Meski malaikat bisa dipanggil kembali ke laut jiwa, buah persiknya tidak bisa ikut.
Kawanan ular dari segala penjuru mulai berkerumun, ditambah serangga-serangga hitam, area ini menjadi kekacauan total.
Han Sen mencoba beberapa kali namun tidak bisa melepaskan diri dari ular kecil merah muda, malah dirinya sendiri hampir terluka oleh kabut merah buah persik yang dimuntahkannya.
Tak lama kemudian, tiba-tiba terdengar suara dengung di langit. Beberapa kumbang yang mengejar Malaikat Perang Suci ternyata kembali terbang, tidak lagi mengejar sang Malaikat.
Bersamaan dengan itu, makhluk aneh biru raksasa serta Beruang Hitam besar dan kecil juga kembali. Kecuali burung jenjang yang sudah menghilang, semua makhluk dewa super lainnya beramai-ramai menyerbu kembali.
Menyadari situasi sudah tidak memungkinkan, Han Sen terpaksa mundur. Namun lima kumbang yang kembali itu justru seperti ingin mendekati posisi Han Sen.
Tanpa pikir panjang, Han Sen langsung kabur. Seekor kumbang saja tidak bisa ditanganinya, apalagi lima sekaligus menyerang bersama.
Lima ekor kumbang itu benar-benar menyerbu ke arah Han Sen, jelas-jelas tahu bahwa Han Sen adalah tuan dari Malaikat Perang Suci, ingin membunuh dalang ini untuk membalas dendam atas pencurian buah persik suci di ranting atas.
Han Sen sekarang benar-benar menyesali orangtuanya yang hanya memberinya dua kaki, lari secepat mungkin. Tapi lima kumbang di belakangnya semakin mendekat dengan kecepatan yang jauh melebihi dirinya.
Si Perak Kecil menjerit keras, tubuhnya memancarkan petir perak yang menyambar ke lima kumbang pengejar, berubah menjadi jaring listrik perak raksasa.
Empat ekor Kumbang Hitam Bersayap Emas yang menyentuh jaring listrik perak itu gemetar sejenak, jelas melambat kecepatannya saat mendekat.
Tapi Kumbang Emas sama sekali tidak terpengaruh, tetap terbang mendekat dengan kecepatan penuh.
Jantung Han Sen hampir melonjak keluar. Kehebatan kumbang emas ini pernah ia saksikan langsung - dua ekor beruang hitam besar dan kecil terkoyak berdarah-darah oleh gigitannya. Apalagi dirinya dan Si Perak Kecil, jelas bukan tandingan sang kumbang emas.
Menyadari kumbang emas telah menyusul di belakang, Han Sen langsung mengembangkan teknik geraknya, melenggok ke kiri dan ke kanan, berharap bisa bertahan lebih lama dengan kelincahan ini.
Kecepatan kumbang emas sungguh di luar dugaan. Kilasan emas menyambar, baju zirah di bahu Han Sen terkoyak, dagingnya terbelah hingga tampak tulangnya. Darah segera mengucur deras.
Han Sen sedang ragu-ragu apakah akan memanggil kembali sang malaikat kecil. Kalau tidak, nyawa dia dan Si Perak Kecil mungkin melayang. Tapi tiba-tiba ia melihat kumbang emas itu justru meninggalkan mereka dan terbang pergi.
Han Sen tertegun sejenak, kemudian langsung paham. Ia melirik ke arah pohon persik mistis, dan melihat ular merah muda kecil hampir menggigit buah persik di cabang bawah.
Sementara keributan di sana kembali terjadi, setelah Kumbang Emas diusir kembali, Beruang Hitam besar dan kecil justru mundur ketakutan.
Mundurnya Beruang Hitam besar-kecil ini membuat Han Sen yakin tak ada harapan lagi. Ia berbalik dan segera mengejar Malaikat Perang Suci.
Tanpa kehadiran Beruang Hitam, hanya tersisa ular merah muda kecil dan makhluk aneh biru. Meski ditambah dirinya dan Si Perak Kecil, mustahil bersaing dengan lima kumbang yang membencinya sampai ke tulang. Kini kembali berebut sama saja bunuh diri.
Lebih baik buru-buru mempertahankan buah persik cabang atas yang direbut Malaikat Perang Suci. Saat ini hanya burung jenjang yang mengejarnya. Buah persik cabang atas sudah 90% pasti menjadi milik mereka.
Ternyata, sebelum Han Sen sampai di posisi Malaikat Perang Suci, dia sudah melihat burung jenjang itu mengeluarkan suara melengking, seolah mengendarai angin dengan badai yang menderu menembus langit, dalam sekejap menghilang di balik awan hanya menyisakan percikan darah yang beterbangan. Tampaknya burung itu mengalami luka yang cukup parah.
Siluet Malaikat Perang Suci muncul di kejauhan, bergerak cepat ke arah sini, mungkin sedang mengejar burung jenjang yang terluka itu.
Namun burung jenjang yang menguasai angin itu telah terbang tinggi menghilang, bahkan Malaikat Perang Suci pun tak sanggup mengejarnya.
Han Sen menerima persik yang memancarkan cahaya mistis dari tangan Malaikat Perang Suci, hatinya dipenuhi kegembiraan luar biasa. Dengan hati-hati dia menyimpannya ke dalam kantong yang telah dipersiapkan, lalu secepat kilat kabur dari hutan persik.
Di bawah perlindungan lima kumbang itu, bisa mendapatkan satu buah persik saja sudah merupakan keberuntungan besar. Han Sen sama sekali tidak berniat kembali untuk mengambil risiko.
Mungkin buah persik cabang bawah itu pada akhirnya akan jatuh ke tangan lima ekor kumbang, sementara ular kecil merah muda dan makhluk aneh biru sepertinya tidak punya kesempatan.
Yang tidak dipahami Han Sen adalah hubungan antara Kumbang Emas dengan kumbang-kumbang bersayap emas. Jelas mereka semua adalah Makhluk Dewa Super sejati, bukan produk turunan seperti serangga kecil hitam itu.
Tapi jika Kumbang Emas memang melahirkan empat kumbang bersayap emas, secara teori generasi kedua dewa seharusnya lebih kuat dari generasi pertama. Namun nyatanya Kumbang Emas justru jauh lebih kuat dari keempat anaknya.
Tapi Han Sen tidak berminat menyelidiki hubungan mereka. Saat ini dia hanya ingin cepat kembali ke Crystal Palace yang menjamin keamanan mutlak. Di sana dia bisa dengan tenang memakan buah persik suci dan melatih Jing Dongxuan, mungkin bisa mencapai terobosan di tingkat pertama - inilah yang paling penting baginya.
Untunglah perjalanan kembali tidak ada bahaya lagi, Han Sen dengan lancar tiba di Crystal Palace. Setelah mengeluarkan buah persik suci dari kantong, aroma persik yang memabukkan langsung menyebar ke seluruh istana kristal. Buah persik itu memancarkan cahaya suci yang berkilauan, kulitnya tipis dan transparan, samar-samar terlihat daging buah di dalamnya yang bergetar seperti mengandung getah. Keharuman manisnya bahkan mampu menembus kulit buah yang tipis itu.
Si Perak Kecil langsung membuka mulut lebar-lebar dan menerjang buah persik suci itu, berusaha menelannya bulat-bulat.
Kali ini Han Sen sudah waspada terhadapnya. Dia segera memerintahkan malaikat kecil untuk menangkap Si Perak Kecil yang meronta-ronta tak mampu menjangkau buah persik itu.
"Hehe, maaf ya Si Perak Kecil, buah persik ini milikku. Kamu cukup makan permen kacang saja." Han Sen mengeluarkan sebutir Pil Gen Nasib dan memberikannya untuk dimakan Si Perak Kecil.
Si Perak Kecil yang biasanya sangat menyukai Pil Gen Nasib, saat ini bahkan tidak mau melirik, terus meronta-ronta hanya ingin memakan buah persik suci.
