“Sobat, aku sedang membantumu.” Han Sen tersenyum bahagia menatap Kakak Feili.
"Aku cuma ingin membawanya keluar dari Pegunungan Setan, sebenarnya aku nggak tertarik sama wanita itu. Kalau kamu pergi begitu saja dan dia nanti bangun, aku bisa kena masalah," kata Kakak Feili dengan wajah tertekan.
"Apa maksudmu mau menyerahkan aku ke dia?" tanya Han Sen sambil menatap Kakak Feili.
"Nggak mungkin! Bagaimanapun juga kamu mau bantu aku," Kakak Feili mengatupkan giginya. "Pergilah! Jangan pernah bocorkan kejadian ini ke siapapun, dan jangan pernah muncul di hadapannya lagi."
Han Sen cuma mengangkat bahu lalu melanjutkan langkah ke dalam ngarai. Awalnya dia cuma ingin membantu Kakak Feili mengingat statusnya sebagai mitra penting di Perlindungan Sang Dewi. Tapi rupanya situasinya lebih rumit dari yang diduga - niat baiknya malah berujung kesalahan.
Kakak Feili membopong wanita itu ke luar, berjalan beberapa langkah lalu berhenti memandang Han Sen yang telah memasuki lembah. Yang berani datang ke Pegunungan Setan pasti bukan pihak lemah. Ia ingin melihat sebenarnya kekuatan Han Sen seperti apa.
Baru saja masuk lembah, Han Sen melihat kupu-kupu dari segala penjuru mulai mengerumuni area sekitarnya. Kebanyakan kupu-kupu itu dikenal Kakak Feili, tak sedikit di antaranya makhluk tingkat mutasi.
Namun pria berbaju zirah keemasan itu berjalan di ngarai sambil mengabaikan kupu-kupu yang terbang mendekat, membiarkan serangga-serangga itu hinggap di tubuhnya.
Tak lama kemudian, siluet keemasan itu dipenuhi kupu-kupu bagai dikerumuni makhluk yang sedang bermain, membentuk lukisan indah di antara rumpun anggrek.
Kakak Feili sampai ternganga tak percaya, lama tak bisa menutup mulutnya.
Kupu-kupu itu semuanya adalah kupu-kupu beracun yang mematikan, termasuk makhluk tingkat mutasi. Hanya dengan sekali gigitan, atau serbuk racun yang dilepaskan saat mengepakkan sayap menempel pada tubuh, bisa membuat seseorang keracunan parah. Bahkan dia sendiri tidak berani memasuki ngarai dengan sembarangan.
Namun pria itu sama sekali tidak menghiraukan kupu-kupu beracun yang memenuhi langit. Dia membiarkan mereka hinggap di tubuhnya atau beterbangan di sekelilingnya. Tapi kupu-kupu itu tidak bisa menggigit baju zirahnya, dan serbuk racun juga tidak membuatnya keracunan. Ini sungguh luar biasa.
Tiba-tiba, dalam cahaya fajar, seekor kupu-kupu putih terbang keluar dari hamparan bunga menuju siluet keemasan itu. Feili langsung terkejut dan berteriak memperingatkan, "Hati-hati, teman! Itu adalah kupu-kupu hantu putih level darah suci. Racunnya bisa membuat daging dan darah di tubuhmu membusuk dan terkelupas, akhirnya hanya menyisakan rangka tulang putih!"
Orang itu sepertinya mendengar peringatan Kakak Feili, menoleh dan mengangguk padanya. Saat itu, kupu-kupu hantu putih darah dewa telah melayang di sisinya, jatuh dengan anggun seperti hantu sungguhan.
Postur kupu-kupu hantu putih sungguh mengerikan, inilah asal sebutan "hantu putih". Bahkan petarung kuat terkenal dengan pedang kilat pun sulit menghantam hantu putih yang menari-nari di udara.
Tepat ketika hantu putih hendak menerjangnya, pria itu merentangkan tangan kanan. Dengan santai ia menjepit hantu putih di antara jari telunjuk dan jari tengahnya.
Kupu-kupu hantu putih itu tak henti mengepakkan sayap di sela jarinya, berusaha kabur. Tapi jari-jari itu bagai penjara besi, tak peduli sekuat apa sayap itu dikepakkan, separuh pun tak bisa lepas.
Dor!
Tampaknya orang itu hanya menggenggam dengan santai, kupu-kupu putih mengerikan langsung terperangkap di telapak tangannya. Darah segera mengalir menuruni baju zirah keemasan di tangan.
Kupu-kupu beracun hantu putih yang ditakuti lawan, ternyata diremuk begitu saja. Yang mengejutkan, tidak ada tanda-tanda keracunan pada tubuhnya. Dengan santai ia terus berjalan menuju kedalaman ngarai, dikelilingi kupu-kupu yang dibiarkan hinggap di tubuhnya tanpa diusir.
Dalam cahaya fajar, di antara hamparan anggrek, ribuan kupu-kupu menari mengikuti siluet keemasan. Pemandangan ini membuat Kakak Feili terpana.
"Jangan-jangan orang itu adalah Dewa B?" Baru setelah siluet keemasan itu menghilang dari kedalaman ngarai, Kakak Feili tersadar. Sebuah pikiran tiba-tiba melintas di kepalanya, hingga tanpa sadar mengucapkannya.
Tapi orang itu sudah jauh pergi, Kakak Feili sekarang ingin bertanya pun sudah terlambat, tak bisa menahan diri menepuk kaki sambil berkata: "Sialan, seharusnya tadi kutanyakan dulu namanya, mungkin saja dia benar-benar Dewa B."
Alasan Kakak Feili tadi tidak menanyakan nama lawannya sebenarnya dengan tujuan melindungi. Bahkan jika Xu Yuan nanti menuntut pertanggungjawaban, dia tetap tidak tahu identitas atau wajah orang tersebut, sehingga secara alamiah tidak mungkin memberi informasi apapun pada Xu Yuan. Karena itu Kakak Feili sengaja menghindari pertanyaan itu.
Tapi kini Kakak Feili mulai menyesal. Sejak lama dia sangat menyukai Dewa B dan selalu ingin bertemu muka. Orang tadi sangat mungkin adalah Dewa B. Melewatkan kesempatan ini membuat hatinya frustasi.
Meski sangat ingin mengejar masuk ke dalam ngarai untuk memastikan apakah itu Dewa B, setelah melihat Xu Yuan dalam pelukannya yang masih pingsan, Kakak Feili akhirnya mengurungkan niat itu. Dia tidak bisa mengambil risiko membawa wanita tak sadarkan diri ke situasi berbahaya.
Han Sen sangat senang, mencekik hantu putih sampai mati, lalu langsung mendengar suara di otaknya.
"Membunuh Makhluk Darah Ilahi Kupu-Kupu Hantu Putih, tidak memperoleh roh binatang. Memakan dagingnya bisa mendapatkan 0 hingga 10 point Gen Tuhan secara acak."
Meski tidak dapat roh binatang, Han Sen sangat gembira. Kupu-kupu hantu putih yang kecil ini bisa dia makan dalam dua suap, meningkatkan Gen Tuhan lebih banyak dibanding memakan daging makhluk Darah Ilahi besar selama sebulan.
Soal racun hantu putih, Han Sen sama sekali tidak khawatir. Racun seperti ini tak mampu melukai raganya yang telah menguasai Tulang Giok dan Kulit Es serta Jing Dongxuan.
Hanya saja jika dimakan langsung seperti ini, memang terasa agak mengganggu. Han Sen mencari sudut di ngarai, menyalakan obor lalu mengolesi minyak dan memanggang kupu-kupu hantu putih itu, ditaburi bumbu. Aromanya cukup harum, mirip hidangan goreng kepompong ulat dari beberapa planet.
"Ini suplemen kelas tinggi." Setelah bertahun-tahun menyusup di tempat perlindungan, Han Sen sudah tak punya hambatan psikologis lagi. Langsung saja ia melemparkan seluruh tubuh hantu putih panggang itu ke mulut, mengunyahnya dengan lahap.
Rasanya sungguh nikmat. Terutama suara Gen Tuhan yang meningkat di kepalanya, berhasil mengimbangi faktor psikologis negatif.
Satu gigitan ini memberinya tambahan 6 poin Gen Tuhan. Ditambah daging makhluk suci yang dimakan sebelumnya, total Gen Tuhan Han Sen kini mencapai 72 poin. Jarak menuju kondisi penuh semakin dekat.
"Kalau bisa dapat lebih banyak makhluk darah ilahi kecil seperti ini, Gen Tuhan-ku pasti udah penuh dari dulu." Han Sen juga merasa agak pasrah. Terakhir kali, dia makan selama setengah bulan, tapi cuma dapat sedikit peningkatan Gen Tuhan. Benar-benar susah berburu makhluk darah ilahi berukuran kecil.
Han Sen hanya bersyukur bisa menyerap esensi gen kehidupan. Kalau tidak, harus makan daging makhluk dewa super itu—kecuali sebagian kecil yang ukurannya mini—kebanyakan segede gunung kecil yang menakutkan. Setengah tahun pun belum tentu habis.
Han Sen baru saja mau membereskan barang untuk melanjutkan perjalanan, tiba-tiba mendengar suara aneh dari dinding tebing sebelah. Seperti ada sesuatu sedang menggali bebatuan.
