Semua orang tertegun, entah kenapa koin emas tiba-tiba berhenti. Serangan telak seperti ini, bahkan jika tidak mati pasti kehilangan separuh nyawa.
Semua mengira koin emas punya senjata pamungkas, tapi tidak ada. Kaki jenjang Ratu yang mirip kapak perang menghunjam keras di ubun-ubunnya.
Tapi adegan selanjutnya membuat mereka ternganga. Meskipun hantaman Amuk Ratu mendarat keras di kepala koin emas, bahkan lehernya pun tidak bergeser sedikitpun.
Seolah Ratu sedang menghantam patung batu, bukan tubuh daging manusia biasa.
Padahal dengan tenaga Ratu, patung batu sekalipun pasti berkeping-keping. Tapi Han Sen tetap tegak berdiri tanpa bergerak, seolah hantaman itu sama sekali tidak mengenainya.
"Ini tidak mungkin!" Tang Zhenliu bangkit berdiri, mata membelalak menatap koin emas yang baru saja dihantam Ratu.
Tidak sekadar Tang Zhenliu, banyak orang yang mengenal Ratu juga sama sekali tidak percaya ternyata ada hal seperti ini.
Tenaga Ratu di antara para evolusioner benar-benar makhluk tingkat top. Terlalu terang untuk dibayangkan, orang seperti apa sebenarnya yang bisa tetap diam setelah menerima hujaman kapaknya?
Ratu juga terkejut di hati, tapi dia tidak berhenti. Sepasang kaki jenjang nan indah itu beterbangan bagai dua naga yang mengamuk, tendangan demi tendangan berat menghujam tubuh Han Sen.
Tendangan samping dan lurus, ayunan kaki dan tendangan cambuk, hujaman atas dan sabetan bawah, tendangan normal dan balik - teknik tendangan Ratu yang kontinu ini hampir tak ada celah. Kaki tajam bagai pisau itu terus menyerang Han Sen dari berbagai sudut pandang.
Tapi para pelaku lainnya sudah terpana. Tendangan gila sehebat ini ternyata tidak membuat koin emas bergoyah sedikitpun.
Semua tempat perlindungan tiba-tiba menjadi sunyi, bahkan para petarung kuat manusia yang ikut dalam perang para dewa pun menunjukkan ekspresi sulit dipahami.
Hanya suara tendangan ganas yang bergema di podium pertarungan, sementara siluet ungu perkasa Koin Emas tetap sekuat gunung. Serangan ganas Ratu baginya hanyalah angin sepoi-sepoi.
Bahkan sang Ratu yang selalu percaya diri, kini menunjukkan ekspresi panik langka di wajahnya.
Dang!
Ratu kembali menendang wajah Han Sen. Saat punggung kakinya hampir menyentuh pipinya, tiba-tiba seluruh gerakan berhenti total.
Semua mata tertuju pada Ratu dan Koin Emas. Koin Emas tetap tak bergerak, hanya mengangkat tangan kanannya perlahan menggenggam betis jenjang Ratu, membuat kaki panjangnya tak bisa bergerak sedikit pun.
"Sudah cukup tendangannya? Bisa diakhiri sekarang?" Han Sen menggenggam betis Ratu sambil berkata dengan ramah.
Semua yang mendengar kalimat ini merasakan ketidakwajaran di hati mereka. Suasana tiba-tiba berubah mengerikan, seolah ini bukan pertarungan sengit di podium pertarungan, melainkan seorang gadis kecil yang semena-mena sedang marah pada ayahnya. Sang ayah membiarkan si kecil meluapkan emosi sebelum akhirnya menariknya dengan lembut untuk diajak pulang bersama.
Meski agak tidak pantas, saat koin emas mengucapkan kata-kata itu, semua orang benar-benar merasakan kesan bahwa sang Ratu yang kejam dan tak tertandingi itu bagaikan anak perempuan yang sedang ngambek di hadapan ayahnya.
Ratu jelas merasakan atmosfer mengerikan ini. Ia menggigit gigi mutiaranya, lalu dengan dorongan kuat memainkan kaki satunya untuk melakukan tendangan voli balik ke arah Han Sen.
Han Sen tidak menghiraukan kaki jenjang yang menghujam gira-gilaan itu, membiarkannya menghantam lehernya sambil melangkah maju selangkah, langsung mengulurkan tangan menjepit pinggang ramping Ratu yang melayang di udara, memeluk tubuh Ratu dengan satu tangan di pinggangnya lalu berjalan menuju tepi podium pertarungan.
Bagaimanapun Ratu meronta-ronta atau memukul, Han Sen sama sekali tidak menghiraukan, hanya terus berjalan menuju tepi podium pertarungan.
Semua orang terpaku seperti patung, tidak pernah terpikirkan - apalagi berani membayangkan - figur seperti Ratu ternyata bisa mengalami momen seperti ini.
Nuansa hubungan ayah-anak itu semakin menguat: Ratu kian menyerupai gadis kecil semena-mena yang sedang marah, sementara Koin Emas bagaikan ayah yang menerima segalanya, sama sekali tidak berselisih dengan sang gadis kecil, hanya membiarkannya meluapkan emosi.
Entah kenapa, di benak banyak orang muncul sebuah frasa "Cinta Ayah Sebagaimana Gunung".
Wajah semua orang dipenuhi keanehan yang tak terkira, terutama murid-murid Dewa Perang Dojo yang menyaksikan kejadian ini. Satu per satu mereka ternganga, mulut mereka tetap menganga dari awal sampai akhir.
Tak ada yang menyangka bahwa wanita yang selalu terkesan superior di dojo - sosok yang mereka anggap sebagai Sang Dewi hingga hampir tak berani menatap matanya - ternyata memiliki sisi seperti ini.
Rasa malu dan amarah memenuhi hati Sang Ratu saat ini. Bagaimana mungkin dirinya diperlakukan seperti ini? Ini jauh lebih menyakitkan daripada dibunuh.
Sekaligus membuat Sang Ratu terkejut luar biasa. Tenaganya sendiri ia pahami betul. Seorang evolusioner lawan ternyata bisa sama sekali mengabaikan serangannya. Ini hanya menjelaskan dua hal: Pertama, baju zirah lawan sangat keras hingga ia tak mampu menembusnya - level perlengkapan seperti apa ini? Sekedar memikirkannya saja sudah membuat jantungnya berdebar kencang.
Kedua, kekuatan lawan pasti jauh melebihi dirinya. Kalau tidak, meski memiliki baju zirah yang kuat, jika perbedaan kekuatan tidak signifikan, meski tak bisa menghancurkan baju zirah lawan, setidaknya dia bisa memukul mundur lawannya.
Tapi serangannya sekarang sama sekali tak berpengaruh. Ini membuktikan baju zirah lawan bukan hanya mengerikan, tapi kekuatan fisiknya sendiri juga luar biasa kuat, sehingga membuatnya tak berdaya sama sekali.
Mereka yang benar-benar paham sudah melihat detail internal dari pertarungan ini. Keterkejutan di hati mereka jauh lebih besar dibanding evolusioner biasa.
Ratu sudah mencapai kesempurnaan gen Tuhan, ditambah teknik gen super nuklir kelas atas yang dipelajarinya. Kekuatannya pasti termasuk top di antara evolusioner. Tapi bahkan dia tak berdaya seperti ini - seberapa dahsyat sebenarnya kekuatan Koin Emas itu? Ini sudah di luar nalar.
"Super Gen Tuhan... Pasti dia menyerap Super Gen Tuhan... Mustahil sekuat ini tanpa itu..." Banyak orang tertegun hingga tak bisa berkata-kata, muncul pikiran seperti ini di benak mereka.
Kini meski di Perlindungan Pertama dan Kedua sudah ada yang berhasil memburu Makhluk Dewa Super, memperoleh Esensi Gen Kehidupan.
Namun sampai detik ini, belum ada yang berhasil mempelajari cara menyerap Esensi Gen Kehidupan. Kemunculan mendadak Koin Emas ini yang diduga telah menyerap Esensi Gen Kehidupan hingga mendapatkan Super Gen Tuhan, sungguh membuat mereka tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
Dalam hening yang menyelimuti, Han Sen menggandeng Ratu menuju tepi podium pertarungan, lalu melemparkannya ke bawah tanpa ampun.
"Pulang saja! Jangan buang-buang waktu. Targetku bukan manusia," ujar Han Sen dengan datar.
Seketika, semua orang merasakan sesak di dada mereka.
"Targetku bukan manusia biasa!"
Ucapan yang sederhana itu justru meninggalkan rasa brilian: seolah udara terhisap tiba-tiba sementara darah dalam tubuh mereka mendidih bergolak.
