Menang! Menang! Kemenangan tak henti!
Dengan kemenangan koin emas yang terjadi sekali demi sekali, seluruh federasi diguncang darah berdesir panas. Antusiasme masyarakat terhadap perang para dewa di Perlindungan Kedua mencapai puncak yang belum pernah terjadi sebelumnya. Semakin banyak orang mulai memperhatikan koin emas dan perang para dewa.
Meski ada beberapa suara sumbang yang berbeda, mayoritas media arus utama dan masyarakat berharap koin emas bisa sukses masuk dalam jajaran sepuluh dewa, bahkan meraih posisi anak dewa peringkat pertama.
Di saat yang sama, banyak juga yang berspekulasi tentang asal-usul sebenarnya koin emas.
Ada yang bilang koin emas adalah Tuan Muda dari konglomerat besar, memiliki bakat luar biasa sejak lahir: bisa berjalan kaki saat baru lahir, mahir bela diri di usia satu tahun, dan sudah bisa memberi hormat dengan pistol tegak pada cewek berpayudara besar di usia tiga tahun.
Ada juga yang menyebut koin emas sebenarnya adalah relawan tes proyek gen super Alliance, dimana gen tubuhnya dimodifikasi besar-besaran sehingga memiliki tenaga sehebat ini.
Singkatnya, berbagai desas-desus dan rumor liar bertebaran bagai gelombang pasang.
Apa , <36 Jam Terjebak di Lift Bersama Koin Emas> dan barang tidak jelas lainnya juga banyak di-share dan dibaca orang, jumlah pembaca tiba-tiba meledak.
Sementara para petinggi aliansi dan kekuatan besar sedang menelusuri identitas asli Koin Emas, namun hingga kini belum menemukan hasil. Mereka jauh lebih tidak sabar dibanding rakyat biasa, tapi memang tidak bisa berbuat apa-apa.
Semakin banyak pertarungan yang dimenangkan Han Sen, semakin dekat jarak dengan pertarungan melawan Anak Dewa Cahaya. Besok sudah saat pertarungan terakhirnya melawan sang Anak Dewa Cahaya.
Kelompok rasional seperti Hua Ping dkk yang menganalisis persentase kemenangan Han Sen, menyimpulkan kemungkinan menangnya masih di bawah dua puluh persen.
Sebenarnya sejak kemunculan Han Sen, sebagian orang seperti Hua Ping sudah mulai mempelajari pola pertarungan Anak Dewa Cahaya, berharap bisa menemukan celah kemenangan bagi Koin Emas.
Tapi anak dewa cahaya dari awal hingga akhir juga membunuh dalam sekejap, tidak ada yang bisa bertahan lebih dari satu detik di hadapannya. Berdiri di depannya berarti maut.
Gerakannya yang terlalu cepat, sama sekali tak terlihat saat menyerang. Kepala lawan sudah meledak ditusuk jari telunjuknya. Kecepatan seperti itu sudah di luar kemampuan manusia untuk melawannya.
Meski Koin Emas kuat, menghadapi kecepatan anak dewa cahaya tetap jauh tertinggal. Mungkin sama sekali tak punya kesempatan menahan serangannya.
Alasan Hua Ping dkk memberi dua puluh persen peluang menang adalah dengan berharap baju zirah Koin Emas bisa menahan serangan anak dewa cahaya.
Walau persentase kecil, dan meski berhasil menahan tetap tak bisa menyamai kecepatannya, akhirnya tetap tak mungkin menang. Tapi ini tetap sebuah kesempatan.
Analisis kekuatan besar lainnya justru lebih pesimis. Peluang Koin Emas mengalahkan anak dewa cahaya kurang dari sepuluh persen.
Relatif terhadap analisis petinggi, rakyat biasa justru lebih optimis. Mereka hanya berharap Dewa B bisa menerjang masuk ke dalam jajaran sepuluh dewa, tidak memiliki terlalu banyak ide lain.
Meski Han Sen tidak terlalu memperhatikan, karena popularitasnya yang begitu besar di mana-mana, dia pun membaca beberapa laporan tersebut. Bagian tentang anak dewa cahaya juga menarik perhatiannya.
Han Sen membaca laporan detail dari Fang Mingquan. Fang Mingquan menyitasi data penelitian Tuan Hua, memberikan Han Sen gambaran dasar tentang anak dewa cahaya ini.
"Makhluk roh dengan kecepatan super? Ini memang agak sulit dilawan." Han Sen tak bisa menahan diri mengerutkan kening halus.
Yang paling dia takuti justru makhluk roh berkecepatan tinggi jenis ini. Kekuatan lawan lebih kuat darinya, ditambah kecepatan luar biasa, membunuhnya jadi terlalu mudah. Dia sama sekali tak bisa menangkis serangan lawan, juga tak bisa menyentuh lawan, hampir tidak ada kesempatan untuk menang.
"Seperti burung gagak di Gunung Suci Tianzhu yang bisa melakukan pembantaian manusia dengan sikap semaunya sendiri, semata-mata karena kecepatannya yang terlalu tinggi. Han Sen dan kawanannya sama sekali tidak punya kesempatan untuk bertarung."
"Sama seperti Hua Ping, Han Sen terpaksa berharap baju zirahnya bisa menahan serangan anak dewa cahaya. Ini mungkin satu-satunya kesempatannya."
"Baju Zirah Super yang mengamuk... Meskipun dia adalah makhluk roh level Super God, seharusnya bisa bertahan? Setidaknya tidak sampai menerima luka parah langsung." Han Sen merenung diam-diam: "Lagipula kalau kecepatannya tinggi, tenaganya pasti relatif lebih lemah. Persis seperti pukulan jab yang cepat tapi kekuatannya jauh kalah dibanding pukulan hook."
"Kalau kamu bawa hewan peliharaan ikut kompetisi, mungkin kejayaan ini semua akan jadi milikmu." Kata Anne sambil membawa nasi mendekat dan duduk di hadapan, mengawasi Han Sen yang membaca laporan sambil makan.
Han Sen tersenyum: "Aku juga ingin, sayangnya roh binatang yang kudapatkan bukan baju zirah, tidak punya kemampuan menyelamatkan diri seperti dia, dan aku juga tidak punya kemampuan menyerap esensi gen kehidupan seperti dirinya. Kemampuan fisikku jauh lebih rendah. Di podium pertarungan sekecil itu, kalau benar-benar bertemu makhluk roh super, mereka bahkan tidak perlu mempedulikan hewan peliharaanku, langsung saja mengalahkanku. Aku bahkan tidak punya tempat untuk kabur."
"Memang benar, tapi kemampuan fisik koin emas ini masih kalah jauh dibandingkan makhluk dewa super. Meski punya baju zirah dewa super, tetap tidak terlalu berguna. Dia sama sekali tidak bisa menyentuh anak Dewa Cahaya, akhirnya pasti kalah." Anne berhenti sejenak sebelum melanjutkan: "Kalau hewan peliharaanmu ada padanya, dia benar-benar bisa masuk jajaran sepuluh dewa."
"Bahkan jika aku rela meminjamkannya, siapa yang bisa menemukannya? Sekarang semua kekuatan besar pasti sudah hampir gila mencari dia, kan?" Han Sen membentangkan kedua tangan sambil berkata.
Anne mengangguk: "Kami melakukan banyak percobaan, bahkan esensi gen kehidupan dari Perlindungan Pertama pun tidak bisa diserap. Sungguh tidak tahu bagaimana cara Koin Emas melakukannya."
"Aku juga ingin tahu," jawab Han Sen sambil menyuap makanan.
……
Keesokan harinya, dojo bintang di seluruh perlindungan manusia penuh sesak. Mereka datang untuk menyaksikan pertarungan antara Koin Emas dan Anak Cahaya Dewa. Kemenangan dalam pertarungan ini akan mengantarkannya ke jajaran Sepuluh Dewa - sebuah kehormatan yang benar-benar unik dalam sejarah evolusi manusia.
Banyak evolusioner senior sudah memadati dojo sejak pagi buta. Dengan perasaan campur aduk, mereka menanti dimulainya pertarungan. Tidak ada yang lebih mengharapkan kemenangan Koin Emas daripada generasi tua ini.
Dari pemuda dua puluhan hingga lansia berusia 200 tahun lebih, pertarungan ini berhasil menarik penonton dari semua kelompok usia manusia. Benar-benar merupakan pemandangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Tak terhitung miliaran evolusioner manusia di berbagai perlindungan yang memantau pertarungan ini. Bahkan mereka yang secara lisan mengejek Koin Emas dan meragukan kemampuannya mengalahkan Anak Dewa Cahaya, sebenarnya di dasar hati mereka tetap berharap dia bisa menciptakan keajaiban.
Ini sudah melampaui kepentingan pribadi individu. Meski Han Sen sendiri tidak menyadarinya, tapi dia benar-benar mewakili seluruh ras manusia.
Sebelum Han Sen, belum pernah ada manusia yang mencapai tahap ini. Kini dia menjadi perintis umat manusia. Terlalu banyak orang yang menaruh harapan emosional yang tak terucapkan padanya - sebuah kejayaan ras yang melekat sejak lahir.
"Akhirnya datang!" Saat siluet ungu perkasa melangkah ke podium pertarungan, seolah batu besar terjatuh dari hati semua orang. Mereka menghela nafas lega sebelum meledakkan sorak-sorai gegap gempita.
Banyak yang telah menganalisis kemampuan Anak Dewa Cahaya. Kekuatan realistis sang anak dewa yang luar biasa membuat mereka khawatir Koin Emas akan menyerah dari pertarungan ini.
Meski manusia telah membuat manual untuk menyerah, mereka benar-benar tidak ingin melihat pria itu menyerah hari ini.
Syukurlah, pria itu datang dan naik ke podium pertarungan dengan tegas.
Pada detik ini, siluet perkasa itu seolah mewakili seluruh alam semesta.
