Sebelumnya Han Sen sudah melihat "BIG THUNDER FIST" dan sangat ingin membelinya. Tapi karena harus menggunakan identitas Dewa B, akhirnya dia tidak membelinya dan malah membeli "Jurusan Gajah Roda Besar".
Kali ini, dengan identitas aslinya, Han Sen langsung membeli "BIG THUNDER FIST" di Santo Tang. Dia berniat untuk berlatih teknik ini sendiri.
Han Sen telah membaca pengantar《Jurus Guntur Besar》yang terutama membutuhkan tenaga bertipe petir sebagai dasar latihan. Namun di bagian belakang terdapat anotasi: Jika ditambah dengan kekuatan suara, mungkin bisa meningkatkan daya hancur《Jurus Guntur Besar》secara signifikan.
Sayangnya, orang biasa umumnya hanya memiliki satu jenis tenaga atribut. Meski ada yang memiliki bakat istimewa dengan dua jenis tenaga atribut, nyaris tidak ada makhluk yang memiliki kombinasi langka tenaga petir dan suara sekaligus. Sehingga hipotesis ini belum mendapatkan konfirmasi ilmiah.
Han Sen bisa mensimulasikan kekuatan petir Si Perak Kecil sekaligus daya lonceng dari Lonceng Kematian. Ia memutuskan untuk mencoba memadukan dua kekuatan ini sebagai dasar Jurus Guntur Besar. Hasil latihan seperti apa yang akan diperoleh membuatnya sendiri penuh harapan.
Setelah mendapatkan data《Jurus Guntur Besar》dan cairan gen, Han Sen langsung meminumnya. Pertama-tama mensimulasikan kekuatan petir Si Perak Kecil sebagai fondasi, kemudian mulai berlatih Jurus Guntur Besar.
Memang benar, Han Sen hanya berlatih selama setengah hari, petir mulai bermunculan secara samar dalam tubuhnya. Saat tinjunya menghantam, kilatan petir berwarna perak terlihat berdenyut di antara tulang jari dan dagingnya.
Namun kekuatan petir ini hanya bisa berhenti di antara tulang darah, tidak bisa dihalau keluar.
Selama 7-8 hari ini, Han Sen terus berlatih Jurusan Guntur Besar dengan gila-gilaan di dalam Kota Kuno Huangshi. Berkat kekuatan petir sebagai dasar, sebenarnya hanya dalam 2-3 hari Han Sen sudah bisa menggunakan Jurusan Guntur Besar.
Tapi sekedar bisa menggunakan Jurusan Guntur Besar tidak ada gunanya. Daya hancurnya hanya setara dengan Jurusan Gajah Roda Besar, mustahil bisa mengancam iblis wanita kecil itu.
Namun ketika Han Sen mencoba mensimulasikan kekuatan petir dan kekuatan lonceng secara bersamaan, muncul masalah. Kedua kekuatan ini sulit menyatu dengan sempurna dalam Jurusan Guntur Besar saat dioperasikan bersamaan.
Dengan kekuatan petir dia bisa menggerakkan Jurusan Guntur Besar, dengan kekuatan lonceng juga bisa. Satu menggunakan petir sebagai inti, satunya lagi bisa menghasilkan pukulan suara.
Tapi Han Sen sudah mencoba berkali-kali, tetap tidak bisa menggunakan BIG THUNDER FIST untuk memadukan keduanya menjadi satu serangan.
Sangat sulit menemukan keseimbangan antara dua jenis tenaga ini. Menyatukan keduanya secara harmonis benar-benar bukan hal yang mudah.
Han Sen memanggil malaikat kecilnya, berlatih bertarung dengannya berulang kali, berharap bisa mencapai terobosan melalui pertempuran nyata.
Zhou Yu Mei duduk bosan di bangku batu dekat alun-alun, menyaksikan Han Sen setiap hari tak henti bertarung dengan malaikat kecil. Dia benar-benar tak paham, untuk apa Han Sen yang sudah sekuat ini masih mati-matian berlatih?
Dia sangat ingin Han Sen mengantarnya keluar, tapi Han Sen sama sekali mengabaikannya. Setiap kali dia hanya menyepi sendiri menggunakan teleportasi kembali ke Alliance.
Zhou Yu Mei sudah berkali-kali melihat, si brengsek itu menggunakan hewan peliharaan mirip malaikatnya untuk menahan makhluk roh, sementara dia dengan santai berjalan ke sisi teleportasi.
Tapi tak peduli bagaimana Zhou Yu Mei memohon dengan putus asa, Han Sen tetap tak mau mengajaknya keluar. Malah membawa banyak camilan dan perlengkapan hidup masuk, setiap kali menjualnya dengan harga mahal sambil memaksanya menandatangani surat hutang.
"Benar-benar brengsek!" Gerutu Zhou Yu Mei sambil mengunyah camilan, matanya melototi dengan garang sosok Han Sen yang sedang bertarung melawan malaikat kecil di tengah alun-alun.
Tiba-tiba, suara menggelegar bagai guruh menyambar di siang bolong. Kilatan petir perak di kepalan Han Sen berpendar laksana matahari perak yang meletup.
Tinju maut itu menghantam pilar batu berdiameter satu meter di pinggir alun-alun. Dengan gemilang, pilar raksasa itu remuk berkeping-keping.
Zhou Yu Mei terlempar sampai camilannya bertebaran. Kedua telinganya berdenging, aura dalam tubuhnya kacau. Badannya terjungkal plung ke tanah, mulutnya menyemburkan darah segar.
Beberapa saat kemudian, Zhou Yu Mei baru bisa kembali normal setelah memulihkan aura kekacauannya. Namun yang dilihatnya adalah Han Sen sedang memandang tinjunya dengan wajah penuh kejutan.
"BIG THUNDER FIST, akhirnya aku berhasil menguasainya! Dua gaya Thunder telah menyatu, memang memiliki daya penghancur yang luar biasa. Tidak hanya meningkatkan daya penghancuran secara besar-besaran, tapi juga bisa mengguncang dan menghancurkan energi internal lawan. Satu pukulan ini bahkan melebihi Serangan Naga Gajah!" Hati Han Sen dipenuhi kegembiraan luar biasa. Setelah berlatih tanpa henti, akhirnya dia berhasil melakukan BIG THUNDER FIST dengan menyatukan dua gaya Thunder.
Namun satu pukulan itu saja telah menguras seluruh tenaganya, bahkan lebih parah dari efek samping Serangan Naga Gajah. Meski Bao Yu Yuan Yang Gong terus mendorong sepasang ginjalnya memompa energi esensial, tetap terjadi aliran pendek sementara.
Tapi ini bukan masalah berarti. Han Sen masih sangat gembira. Jika pukulan ini bisa mengganggu aura si iblis wanita, itu sudah cukup untuk menciptakan kesempatan bagi malaikat kecil.
Han Sen beristirahat sejenak, menunggu energinya pulih sebelum mulai berlatih BIG THUNDER FIST lagi.
Meski barusan sukses, itu baru satu kali. Dia harus memastikan bisa menguasai BIG THUNDER FIST dengan sempurna setiap kali.
Zhou Yu Mei duduk di puncak gedung batu, mengawasi Han Sen yang tak henti berlatih jurus di alun-alun. Pelajaran kemarin membuatnya tak berani mendekat saat latihan.
Waktu bicara mereka sedikit, dan dia memang brengsek. Tapi kehadirannya di kota kuno gurun ini mengusir kesepian, membuat kondisi hatinya membaik.
Tapi kelakuan gila bela dirinya membuat Zhou Yu Mei kesal. Dia lebih berharap Han Sen mau mengobrol, bahkan bertengkar pun tak masalah.
Tapi jelas minat Han Sen pada latihan bela diri lebih besar daripada minatnya padanya. Setiap hari ia hanya berlatih tinju. Hanya saat istirahat, ia baru sesekali berdebat beberapa kalimat dengannya. Itu hampir menjadi waktu paling membahagiakan bagi Zhou Yu Mei dalam sehari.
Pria seperti ini membuat kekhawatiran Zhou Yu Mei sebelumnya sirna, tapi justru menambah sedikit kekecewaan.
Terutama belakangan ini, ia melihat di jari tengah tangan kiri Han Sen muncul sebuah cincin batu permata yang indah. Hal ini membuat suasana hati Zhou Yu Mei agak muram.
Tiba-tiba, gemuruh halilintar di langit cerah kembali terdengar. Meski telah duduk sejauh ini, Zhou Yu Mei tak kuasa menutup kedua telinganya. Darah dan amarah dalam tubuhnya bergetar halus, seolah ingin lepas dari orbitnya.
Usai suara itu, Zhou Yu Mei langsung berlari mendekat. Ia tahu setiap kali mengeluarkan pukulan seperti itu, Han Sen akan membutuhkan waktu untuk beristirahat.
"Hey, jurus tinju berantakan apa yang kamu latih ini? Terlihat biasa saja, cuma suaranya yang kencang bisa nakut-nakutin orang. Mau tidaknya aku ajarkan dua jurus asli padamu." Zhou Yu Mei berlari ke samping Han Sen, berkata dengan wajah sombong.
Han Sen memandang Zhou Yu Mei sambil tersenyum tanpa bicara. Meski usianya sudah awal dua puluhan, wataknya masih seperti anak kecil.
Melihat Zhou Yu Mei, Han Sen merasa seperti menyaksikan anak kecil yang suarik menarik kuncir rambut cewek karena sukanya saja.
"Tidak perlu. Sepertinya aku juga tidak punya waktu untuk belajar jurus aslimu." Han Sen berkata datar. Dia sudah bisa mengendalikan BIG THUNDER FIST dengan sempurna. Begitu tenaga pulih, dia berencana mencoba berburu iblis kecil.
