Sebuah dandelion bercahaya telah melayang di dekat retakan tenda. Dengan ekspresi serius, Han Sen mengamati dandelion itu. Awalnya ia mengira ini sejenis makhluk mutan khusus.
Namun setelah diamati lebih seksama, Han Sen menyadari itu benar-benar tumbuhan. Tapi mengapa selama perjalanan siang tadi mereka sama sekali tidak melihat tanaman jenis ini?
Sekarang Gurun Hitam dipenuhi oleh dandelion bercahaya ini, pandangan tak sampai ke ujungnya. Cahaya redup bertebaran di mana-mana seperti gugusan bintang, persis galaksi di langit malam.
Dengan tiupan angin, "galaksi" ini perlahan mengalir, begitu indah hingga sulit dipercaya.
Zhou Yu Mei yang sudah sedikit tenang mendekat. Melihat pemandangan luar biasa di luar, matanya membelalak. Untungnya Han Sen menutupi mulutnya, kalau tidak pasti dia sudah berteriak kaget.
Tenda juga diselimuti tanaman ini dari atas, membuatnya terlihat seperti kastil kecil yang berkilau dari kejauhan.
Tapi sepertinya tanaman ini tidak memiliki sifat agresif. Tenda pun tidak mengalami kerusakan apa pun.
Zhou Yu Mei ingin melepaskan tangan Han Sen yang menutup mulutnya, namun Han Sen justru menekan lebih keras tanpa memberinya kesempatan. Saat dia diam-diam kesal, tiba-tiba terdengar suara samar yang datang dari kejauhan.
Seperti gemuruh kuku yang berat, setiap langkah memiliki interval tertentu. Terdengar seperti berjalan sangat lambat, namun dengan langkah demi langkah, suara itu semakin jelas.
Sorot mata Han Sen tertancap di cakrawala. Dalam malam yang menyatukan langit dan daratan, seekor makhluk aneh yang seluruh tubuhnya memancarkan kilatan suci melangkah di atas hamparan dandelion bercahaya malam, bagai berjalan melintasi galaksi di kehampaan.
Zhou Yu Mei juga menyaksikan makhluk mutan yang diselubungi cahaya suci itu - seekor badak putih sebesar gunung kecil. Setiap langkahnya membuat gurun seolah bergetar, sementara dandelion bercahaya di bawah kakinya menyebar dan menari-nari.
Badak putih itu berjalan langkah demi langkah. Zhou Yu Mei langsung menunjukkan ekspresi panik, ingin bangkit dan kabur. Aura mengerikan yang dipancarkan badak itu begitu intens, hanya dengan berjalan perlahan saja sudah terasa seperti gunung raksasa yang menindih, membuat orang hampir tidak bisa bernapas karena ketakutan.
Tapi Han Sen justru merangkul Zhou Yu Mei erat-erat dengan satu lengan, mengontrolnya dalam pelukan, sementara tangan satunya menutup mulut gadis itu agar tidak bersuara. Matanya tak lepas mengawasi badak yang memancarkan cahaya suci itu.
Hanya dalam hitungan detik, badak itu sudah sampai di depan tenda. Melihat kaki depan raksasa bagai pilar langit itu terangkat dan melangkah ke arah mereka, bayangan besar menyelimuti seluruh bagian atas tenda. Mata Zhou Yu Mei membelalak lebar, tubuhnya gemetar tak terkendali.
Jika kuku sebesar itu benar-benar menginjak, pastilah mereka akan remuk menjadi bubur daging.
Xiao Yin Yin dan Xiao Juzi sama sekali tidak bersuara sambil merapatkan diri di dalam tenda, jelas sangat takut pada badak putih sebesar gunung kecil di luar.
Boom!
Kuku depan raksasa itu melewati tenda Han Sen dan mendarat di gurun, membuat dandelion bercahaya di sekitarnya menyebar terbang sementara tenda bergetar hebat.
Boom! Boom!
Badak putih yang mumpuni itu berjalan perlahan, empat "pilar langit" kakinya bergantian melintas di samping atau atas tenda. Saat terdekat, kukunya hampir menginjak tali pengikat tenda, meninggalkan jejak lubang pasir besar di sebelahnya yang membuat jantung Zhou Yu Mei hampir copot.
Syukurlah akhirnya badak putih sebesar gunung kecil itu berlalu, seolah sama sekali tidak menganggap penting tenda ini. Ia menginjak-injak dandelion bercahaya sambil perlahan menghilang di ujung galaksi.
Setelah badak putih itu menjauh, bunga dandelion bercahaya di tanah pun perlahan suram, kehilangan cahayanya, akhirnya melebur seperti hujan salju di gurun, tak menyisakan jejak apapun.
Jika bukan karena lubang pasir besar bekas kuku itu masih ada, hampir terasa seperti ilusi semata.
Zhou Yu Mei yang cemas akhirnya menghela nafas lega, tubuhnya rileks sambil menepuk dadanya. Beberapa kali tadi ia mengira tenda akan diinjak badak putih raksasa itu.
"Kamu mau tidur seperti ini saja?" Han Sen tersenyum bahagia sambil menatap Zhou Yu Mei.
Barulah Zhou Yu Mei menyadari bahwa setelah dia rileks, seluruh tubuhnya bersandar di pelukan Han Sen. Seketika dia merasa malu dan marah, lalu berguling dari tubuh Han Sen ke samping sambil menggigit bibirnya: "Tanpa permisi langsung bersikap fisik, kurasa kau jelas-jelas ingin mengambil keuntungan dariku."
Han Sen hanya tersenyum tanpa membantah. Dia kembali berbaring di kantong tidurnya, namun dalam hati masih memikirkan peristiwa badak putih tadi.
Di siang hari mereka bertemu dengan makhluk seperti Phoenix Api Hitam, kini menyaksikan badak putih bermandikan cahaya suci ini. Semuanya bergerak menuju depan, mungkin benar-benar terjadi sesuatu yang luar biasa di sana sehingga membuat makhluk-mengerikan ini berbondong-bondong ke arah tersebut.
Di tengah gurun ini, Han Sen benar-benar tak ingin menimbulkan masalah. Dengan keberadaan makhluk mengerikan seperti itu, bagaimana jika benar-benar terjadi sesuatu? Dia yakin bisa kabur, tapi bagaimana jika persediaan makanan dan air hancur? Jika mereka tak bisa menemukan sumber air, kemungkinan kematian sangat tinggi.
Tapi jika sekarang berubah arah, dia benar-benar tak tahu apakah bisa keluar. Selain itu, ini juga berbeda dengan tujuannya. Hal ini membuat Han Sen sangat ragu.
Setelah berpikir panjang, Han Sen tetap memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Pertama, mengganti arah belum tentu bisa membawanya keluar. Kedua, mungkin pertemuan-pertemuan itu hanya kebetulan. Dia berniat melanjutkan sedikit lagi ke depan untuk melihat situasi.
Sambil menunggangi Golden Roar, sepanjang jalan terlihat lubang pasir besar bekas jejak kuku badak putih yang diselimuti cahaya suci. Tampaknya makhluk itu terus bergerak lurus ke depan tanpa pernah berbelok.
Dandelion bercahaya di malam hari yang pernah muncul sebelumnya, sekarang sudah tak tersisa jejaknya. Seolah-olah mereka tak pernah ada sejak awal.
"Hanya berjalan setengah hari, terik matahari di langit membuat orang tidak nyaman. Zhou Yu Mei yang sedang menunggangi Xiao Juzi sambil meminum air dari botol, berkata: 'Panasnya aku mati! Andai sekarang turun hujan deras.'"
"Tak lama setelah ucapannya, tiba-tiba langit mendung. Gulungan awan kelam menutupi matahari sepenuhnya. Lapisan awan yang rendah menciptakan tekanan psikologis yang hebat."
"Jreeeng!"
"Hujan deras tiba-tiba mengguyur Zhou Yu Mei hingga basah kuyup. Dengan panik, ia memanggil baju zirah untuk melindungi diri. Namun baru saja zirah terpanggil, awan hujan itu telah berlalu, mengembalikan panorama terik matahari."
"'Keinginan terkabul terlalu cepat dan singkat?' Zhou Yu Mei terdiam membeku, masih membawa botol air yang kini kosong di punggung Xiao Juzi."
Ekspresi Han Sen semakin serius. Di balik awan kelam yang melayang itu, dia merasakan aura kehidupan yang sangat mengerikan. Meski tak melihat wujudnya, pasti ini bukan barang sembarangan.
Yang membuatnya lebih mengerutkan kening, arah pergerakan awan kelam itu sama dengan tujuan perjalanan mereka.
"Apa yang sebenarnya terjadi di sana...?" Han Sen memicingkan matanya menatap ke kejauhan. Tapi yang terlihat hanya hamparan gurun hitam dan langit jernih yang tak berpenghuni.
