"Apakah sudah dipastikan?" Di kantor Kantor Pusat Gen Malaikat, Zhao Qi mengerutkan keningnya sambil menatap Zhao Lian.
"Sudah dipastikan. Ibu Han Sen adalah Luo Lan, cucu satu-satunya Luo Haitang. Saat ini keluarga Ji telah meraih dukungan sebagian dari Luo Haitang." Jawab Zhao Lian.
Alis Zhao Qi berkerut semakin dalam: "Apa aksi yang dilakukan keluarga Ji?"
"Sementara belum ada aksi besar-besaran, tapi menurut informasi yang dikirim kembali oleh Qi Lao, sudah ada semi-dewa dari keluarga Ji yang menuju ke Pembunuh Dewa Perlindungan." Zhao Lian berkata.
"Keluarga Ji benar-benar dapat keberuntungan sampah, ternyata bisa memanfaatkan ini untuk terhubung dengan Luo Haitang. Dengan begitu, ketergantungan mereka pada kita akan berkurang besar-besaran." Zhao Qi dengan ekspresi masam: "Awalnya kukira dengan mendukung Ji Ruozhen naik posisi, kita bisa mendapatkan kepentingan lebih besar di Alliance. Ternyata aku salah hitung."
"Tuan Tujuh, ini bukan salahmu. Siapa sangka Han Sen ternyata cicit Luo Haitang? Ini membuat Luo Haitang yang selalu netral akhirnya condong ke keluarga Ji. Ini di luar perhitungan manusia biasa." Zhao Lian menjelaskan.
Zhao Qi tersenyum dingin: "Tidak ada yang tidak bisa dicapai oleh tenaga manusia di dunia ini. Keluarga Ji ingin melepaskan ketergantungan mereka pada kita dengan memanfaatkan Luo Haitang, mana mungkin kita biarkan mereka berhasil. Pengaruh Luo Haitang di kalangan semi-dewa memang kuat, tapi sekuat apapun dia, dia hanya seorang diri yang tidak bisa kembali ke Perlindungan Suci Tuhan kedua. Percepat percobaan Gen Malaikat tahap empat, mungkin ini akan sangat berguna dalam waktu dekat."
"Gen Malaikat tahap empat membutuhkan darah keluarga kerajaan Shura dalam jumlah besar, tapi pihak sana menginginkan Planet Dan Tong, kita..." Zhao Lian ragu-ragu.
Zhao Qi mengerutkan kening: "Berikan saja! Gen Malaikat adalah fondasi utama kita. Planet Dan Tong yang kecil ini tidak ada artinya. Ketika kita bisa berdiri sendiri di Perlindungan Keempat, itulah permulaan kebangkitan sejati keluarga Zhao."
"Baik." Zhao Lian mengiyakan, lalu berbalik pergi meninggalkan kantor Zhao Qi.
"Para orang tua itu, aku akan membuat kalian tahu bahwa yang usang harus tersingkir. Teknologi adalah fondasi utama satu-satunya yang bisa mendorong evolusi manusia. Kalian akhirnya akan tersingkir." Sorot mata Zhao Qi berkilauan dengan fanatisme.
……
Sepanjang perjalanan Han Sen tidak menemukan keanehan lagi. Dengan Silver Fox kecil di sisinya, makhluk mutan biasa pun tak berani mendekat. Perjalanan mereka berlangsung tanpa hambatan.
Iblis wanita kecil itu terlihat sangat patuh dan pendiam. Luka di tubuhnya sembuh sehari demi hari, kini hampir tidak ada masalah lagi.
Saat tidur di tengah malam, Han Sen merasakan iblis wanita itu diam-diam melayang di sampingnya. Han Sen yang selalu waspada terhadapnya langsung meningkatkan kewaspadaan saat menyadari makhluk itu mendekat saat ia tertidur.
Tapi Han Sen tetap berpura-pura tidur, mengawasi gerak-gerik iblis wanita itu dengan indra keenamnya. Pedang supernatural Waspada telah siap di tangan kirinya, menunggu untuk menghantam jika diperlukan.
Iblis wanita itu melayang di sisi Han Sen, berputar-putar di atap kepalanya beberapa kali, lalu mendarat di tangan Han Sen. Ia menyelinap ke bawah telapak tangannya, memperlakukan telapak tangan Han Sen seperti selimut, dan tertidur di sana.
Han Sen tak bisa menahan diri untuk tidak tertegun sejenak. Dalam hatinya, ia menghela nafas lega. Matanya yang terbuka memandangi iblis kecil yang tidur di bawah telapak tangannya, sorot matanya berubah lebih lembut.
Tapi belum beberapa hari, Han Sen menyadari dirinya terlalu naif. Iblis kecil ini jelas-jelas datang untuk balas dendam - rakus tapi malas, tidak patuh pada perintah. Selain bisa bertingkah manja, sama sekali tidak mau membantu Han Sen bekerja dengan jujur.
"Anak dewa super generasi kedua yang licik ini, memang tidak ada satu pun yang baik!" gerutu Han Sen dalam hati. Dulu hanya Si Perak Kecil yang merebut barang bagus darinya. Sekarang ditambah lagi si iblis wanita. Kadang Han Sen ingin memanggang daging untuk memperbaiki hidupnya, tapi harus memberi makan kedua 'kalian' ini sampai kenyang dulu, baru gilirannya sendiri.
"Pertama-tama kalian akan kugemukkan sedikit, masalah waktu saja sebelum kubunuh untuk dimakan dagingnya." Han Sen berpikir dengan penuh kebencian di hatinya.
Setelah berjalan selama dua minggu di Gurun Hitam, ketika Han Sen hampir melupakan semua keanehan itu, tiba-tiba terhampar sebuah oasis di hadapannya.
"Tidak mungkin, dari mana ada kebun kelapa di sini?" Ekspresi curiga muncul di mata Han Sen saat melihat oasis tersebut.
Oasis sendiri bukan hal aneh, tapi yang ada di depan ini adalah hamparan pohon kelapa dengan buah-buah sebesar bola basket bergelantungan, terlihat sangat menggoda.
Tapi ini kan gurun besar, bagaimana mungkin pohon kelapa yang biasa tumbuh di area pantai bisa ada di sini? Apalagi ini hamparan kebun kelapa yang luasnya nyaris tak terlihat ujungnya.
Zhou Yu Mei justru sangat antusias, langsung membawa Xiao Juzi berlari ke dalam hutan kelapa. Tampaknya dia ingin memetik kelapa-kelapa itu untuk dimakan. Setelah sekian lama hanya mengonsumsi nutrisi cair, diperkirakan dia sudah sangat jenuh.
"Berhenti! Jangan sentuh barang-barang itu!" Han Sen menghentikan Zhou Yu Mei.
"Kenapa sih? Aku cuma ingin makan kelapa. Di sini kan tidak ada makhluk mutan," balas Zhou Yu Mei sambil menoleh dengan wajah bingung.
"Ini adalah dunia perlindungan. Mana mungkin ada kelapa? Kalau tidak takut mati, silakan saja makan." Han Sen berkata datar. Jika Zhou Yu Mei benar-benar mau memakannya, dia tidak akan mencegah. Lagipula ini bukan urusannya.
Zhou Yu Mei kembali ke samping Han Sen dengan wajah kecewa: "Bagaimana cara mengetahui apakah kelapa-kelapa ini benar-benar bisa dimakan atau tidak?"
“Kamu bisa mencoba memakannya.” Han Sen berkata singkat, lalu langsung berjalan masuk ke dalam hutan kelapa. Golden Roar yang membawa perbekalan mengikutinya dari belakang, dan tak lama kemudian mereka telah melewati hutan kelapa sedalam beberapa kilometer.
Pemandangan yang terlihat membuat hati Han Sen berdebar senang. Sebuah danau hijau zamrud yang sangat besar terbentang di hadapannya. Airnya berkilau seperti batu permata, dikelilingi hutan kelapa yang rimbun.
“Apakah air ini bisa diminum?” Zhou Yu Mei juga tampak bersemangat, menatap Han Sen penuh harap.
“Mungkin tidak bisa diminum.” Han Sen berjalan mendekati tepi danau. Namun setelah mengamati air jernih di danau itu, ia tak bisa menahan diri untuk mengerutkan kening. Ia mengendus-endus dengan hidungnya, lalu mengambil sedikit air dengan botol dan mencicipinya. Seketika wajahnya berkerut pahit: “Ternyata benar, air ini tidak bisa diminum.”
“Ada apa?” tanya Zhou Yu Mei dengan wajah bingung.
“Ini air laut.” Han Sen menyodorkan botol itu kepada Zhou Yu Mei.
Zhou Yu Mei mencicipi sedikit, langsung memuntahkannya. Air itu asinnya luar biasa, memang sangat mirip dengan air laut.
Han Sen tidak menghiraukannya, sorot matanya menatap tajam ke bagian tengah danau. Di sana terdapat pulau kecil di tengah danau, sedikit lebih besar dari stadion sepakbola, dengan sebatang pohon kelapa raksasa tumbuh di atasnya.
Pohon kelapa itu jelas berbeda dengan hutan kelapa di sekitarnya. Tidak hanya tinggi menjulang, seluruh batangnya berwarna putih seperti marmer, seolah diukir dari batu giok.
Namun buah kelapa yang tumbuh di atasnya berwarna hitam legam seperti bola besi kasar.
Han Sen mengamati lebih dekat. Di atas pohon kelapa putih raksasa itu hanya tumbuh tiga buah kelapa, masing-masing sebesar bola yoga. Warna hitam pekatnya memberi kesan sangat berat.
Gemerisik!
Saat Han Sen sedang mengamati pohon kelapa putih giok itu, gelombang tiba-tiba bergemuruh di danau. Sebuah raksasa muncul dari air dengan sepasang mata sebesar roda yang menatap langsung ke Han Sen dan Zhou Yu Mei.
