Meski daging Santo Badak banyak, tapi tidak tahan dihabiskan seperti ini. Darah beku sudah habis diminum. Han Sen mengambil labu dari lumpur, labu itu kini seluruhnya merah darah seperti sudah menyerap darah hingga kenyang, kristal darahnya sangat cantik.
Sementara lonceng biru kecil itu dipenuhi pola dan simbol berwarna darah yang mengerikan, sulit dijelaskan seperti apa desainnya sebenarnya.
Miao Jun sudah tidak bisa melanjutkan, perutnya menggembung sambil terengah-engah di tanah. Iblis wanita kecil juga melambat makannya, sepertinya juga hampir tidak bisa melanjutkan. Malaikat kecil sudah berhenti makan.
Han Sen sudah mengisi kantongnya dengan banyak potongan daging. Melihat gunung daging itu hampir habis dimakan, ia tak berani berlama-lama lagi. Menggendong kantong besar, ia memanggil si iblis wanita kecil untuk bersama-sama membunuh keluar.
Tapi si iblis wanita enggan pergi, masih mati-matian makan daging di sana. Han Sen tidak peduli padanya, langsung membawa malaikat kecil berlari kencang keluar.
Makhluk-makhluk mutan di luar melihat Han Sen membawa daging suci, langsung menyerbu ke arahnya. Tapi dengan adanya malaikat kecil di sampingnya, ditambah kekuatan Han Sen sendiri yang jauh lebih unggul dari makhluk mutan itu, mereka bisa dengan mudah membunuh jalan keluar.
Sepanjang jalan membunuh kembali ke posisi Zhou Yu Mei dan mereka, memang mereka semua masih menunggu di sana. Han Sen berbalik melirik, namun menyaksikan area dalam radius 100 li dipenuhi hamparan rumput hijau dan bunga-bunga, terlihat sangat tidak selaras dengan gurun besar ini.
Si Perak Kecil langsung menerjang ke depan begitu melihat Han Sen kembali.
Han Sen mengulurkan tangan hendak memeluknya, tapi makhluk itu malah menyelinap dari sisinya, langsung menggigit kantong, membukanya dalam dua tiga kali gerakan lalu melahap daging di dalamnya.
Han Sen canggung menarik kembali tangannya, wajahnya memerah sambil berdehem dua kali, dalam hati bergumam: "Benar-benar tak berhati nurani, melihat daging langsung lupa siapa yang memberi makan."
Xiao Juzi juga mendekat, tapi hanya mondar-mandir di sekitarnya, mengeong memelas namun takut mendekat untuk makan daging.
Mempertimbangkan mungkin perlu bantuannya di kemudian hari, Han Sen memutuskan untuk membangun hubungan baik dengan Xiao Juzi. Ia mengeluarkan sepotong daging dari kantong dan melemparkannya pada kucing itu.
Xiao Juzi langsung melompat gembira, menyambar daging itu lalu mulai mengunyah dengan lahap.
"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa banyak sekali makhluk mutan menerobos ke sana? Dan bagaimana tiba-tiba muncul padang rumput dan oasis di sana?" tanya Zhou Yu Mei yang mendekat.
"Badak putih itu sudah mati, para makhluk mutan berebutan memakan daging dan darahnya. Inilah bagian yang berhasil kurebut." Han Sen tidak menjelaskan secara detail. Hal semacam itu terlalu sulit dipahami dan bisa dianggap sebagai rahasia besar. Informasi seperti ini tentu tidak akan diomongkan sembarangan tanpa harga selangit.
"Itu daging badak putih?" Zhou Yu Mei terlihat sedih sejenak, tapi hanya berduka selama tiga detik untuk sang badak. Kemudian matanya yang lebar tiba-tiba melotot dengan sikap menggemaskan: "Kakak, bolehkah kau berikan sedikit dagingnya padaku? Aku juga ingin mencicipi."
Zhou Yu Mei paham betul bahwa Santo Badak itu bukan makhluk biasa. Bahkan makhluk darah ilahi sekalipun tidak bisa menandinginya. Pasti dagingnya adalah barang luar biasa.
Mengingat Han Sen bahkan rela memberikan sepotong pada Xiao Juzi, tentunya dia tidak akan pelit untuk memberikannya pada dirinya.
“Makan daging boleh, tapi tandatangani ini dulu, baru kamu bisa makan sebanyak yang kamu mau.” Han Sen kembali mengeluarkan surat hutang untuk ditandatangani Zhou Yu Mei.
“Pelit banget sih.” Zhou Yu Mei yang sudah terlalu banyak utang langsung menandatangani namanya setelah memastikan tidak ada masalah dalam surat hutang tersebut.
Usai menandatangani, Zhou Yu Mei langsung berlari gembira ke kantong daging. Dia merasa cuan gila karena daging spesial ini tak bisa dibeli dengan uang, tapi dia bisa memakannya hanya dengan modal utang receh.
Tapi begitu Zhou Yu Mei menggigit, wajahnya langsung menghijau. Dia memuntahkan daging itu lalu berlari ke Han Sen sambil menunjuk marah: “Kamu bohong! Ini jelas-jelas bukan daging badak putih!”
“Aku tidak menipu, ini benar-benar daging badak putih. Kalau tidak percaya, tanya saja Xiao Juzi. Tidakkah kau lihat dia makan dengan lahap? Kalau bukan daging badak putih, mana mungkin dia jadi serakus ini?” Han Sen menunjuk Xiao Juzi.
Zhou Yu Mei berpikir, memang benar. Xiao Juzi yang biasanya bahkan enggan makan daging level darah suci, mana mungkin merengek minta daging pada Han Sen kalau bukan karena keistimewaan daging ini.
"Tapi... tapi..." Zhou Yu Mei terbata-bata, tak bisa melanjutkan kalimatnya.
Melihat senyum licik di wajah Han Sen, Zhou Yu Mei tiba-tiba tersadar. Dengan wajah geram dia berlari hendak merebut surat perjanjian dari tangan Han Sen: "Kau menipuku! Kau tahu daging itu tidak bisa dimakan tapi tetap memaksaku menandatangani surat utang. Kembalikan!"
“Di mana aku menipumu? Aku tidak memaksamu membeli, kamulah yang ngotot mau makan, bagaimana bisa menyalahkanku?” Han Sen tentu tidak akan mengembalikannya, langsung menyimpan surat hutang itu.
Zhou Yu Mei masih ingin merebut, tapi tangannya langsung diputar paksa oleh Han Sen, membuatnya membelakangi Han Sen dengan pantat kecil yang bulat dan montok terangkat di hadapannya.
Han Sen menampar pantat gemuk itu, membuat Zhou Yu Mei menutupi pantatnya sambil berlari beberapa langkah sebelum baru bisa menstabilkan diri. Dia melototi Han Sen dengan malu dan marah, tapi tak berani mendekat lagi.
Zhou Yu Mei tak berani lagi mengusik Han Sen, berusaha memindahkan potongan besar daging ke arah Xiao Juzi, tapi kerah bajunya diremas kuat oleh Han Sen yang mengangkatnya.
“Untuk apa ini?” Zhou Yu Mei berkata dengan amarah.
“Aku yang harusnya bertanya, ngapain kau mengangkut dagingku?” Han Sen mencibirkan bibir.
“Aku sudah membeli dagingmu, terserah aku mau apain!” Zhou Yu Mei berkata dengan penuh kebencian.
“Aku hanya bilang kau boleh makan sepuasnya, bukan mengambil seenaknya. Pernah lihat prasmanan yang boleh dibawa pulang?” Han Sen tersenyum bahagia.
“Kau...tidak bermoral...Xiao Juzi...gigit dia...” Zhou Yu Mei gemetaran menahan amarah, hendak memerintahkan Xiao Juzi membalas dendam untuknya.
Xiao Juzi menerjang ke Han Sen dengan ganas, tapi Han Sen tetap kaku berdiri di tempat, menyaksikan Xiao Juzi langsung menerjang ke tubuhnya.
“Meong...” Tubuh besar Xiao Juzi mendarat anggun di depan Han Sen, lalu menggesek-gesekkan kepala berbulunya sambil memicingkan mata manja ke badan Han Sen, terus mengiau sambil menggesek.
“Sayangku, Xiao Juzi yang paling patuh.” Han Sen membelai kepala Xiao Juzi sambil memberikan sepotong daging. Xiao Juzi langsung mengeong gembira dan mulai menyantap makanannya sambil tiarap di samping Han Sen.
Zhou Yu Mei hampir meledak amarahnya, kepalanya pusing dan penglihatan berkunang-kunang: "Pengkhianat... Xiao Juzi kau pengkhianat... Bagaimana mungkin kau bisa terbujuk oleh anggota jahat ini semudah ini..."
"Bukan pengkhianat, ini namanya burung bijak memilih pohon." Han Sen berkata dengan penuh kebanggaan, tangannya terus membelai kepala Xiao Juzi di sampingnya.
Meski tahu Xiao Juzi ini memang licik, pasti habis makan daging langsung kabur kembali ke Zhou Yu Mei, tapi untuk sekarang mengganggu Zhou Yu Mei di gurun besar yang membosankan ini memang hal yang cukup menarik.
Zhou Yu Mei tercekat tak bisa bicara, tapi memang tak bisa berbuat apa-apa.
Tiba-tiba, Zhou Yu Mei tenanglah, menunjuk dahi Han Sen dengan senyum dingin: "Aku perempuan baik tak mau berkonflik dengan pria, apalagi jenismu yang ambigu, sudah berusia sepantasnya masih menorehkan bedak merah di dahi. Aku Zhou Yu Mei bahkan tak sudi marah padamu."
"Bedak merah apa?" Jantung Han Sen berdebar kencang, tangannya segera meraba dahinya sendiri.
