Han Sen mengamati dari kejauhan. Bunga itu masih dalam keadaan kuncup, kelopaknya setengah terbuka, namun sudah terlihat sangat mencolok warnanya.
Tak berapa lama, langit mulai gelap dan bulan pun terbit. Di bawah sorotan cahaya bulan, bunga yang mirip mawar itu perlahan mulai merekah, terlihat begitu cantik hingga membutakan mata di bawah sinar rembulan.
Di bagian tengah bunga tersebut, benang sari keemasan tumbuh menjulang ke arah bulan, tampak misterius namun mempesona seperti batu giok alami yang jernih dan berkilauan, memancarkan aura keemasan di bawah cahaya bulan.
Aroma manis semakin pekat, bahkan Han Sen yang berada 200 hingga 300 meter jauhnya seolah tenggelam dalam wangi bunga, sangat ingin menerobos dan menjilat putiknya beberapa kali untuk memastikan ada madu di dalamnya.
Tiba-tiba, keributan muncul dari sarang lebah di bawah. Kawanan lebah bersayap emas yang tiarap di luar sarang mulai bergerak. Tak lama, seekor Ratu Lebah sepanjang satu kaki lebih menyembul keluar, seluruh tubuhnya seperti diukir dari kristal emas, dengan empat sayap sehalus es.
"Ratu Lebah!" Hati Han Sen berdesir. Ia segera mengaktifkan aura Dongxuan untuk mengamati Ratu Lebah tersebut. Anehnya, energi dalam tubuh makhluk itu berkecamuk dalam kekacauan - ternyata ini adalah generasi pertama dewa super.
Sedikit kekecewaan menyelimuti Han Sen, namun matanya tetap mengawasi ketat gerak-gerik sang Ratu Lebah, berusaha menebak tujuan kemunculannya yang mendadak ini.
Terlihat sang Ratu Lebah terbang menuju bunga di atas tanah, mendarat di putik bunga, dan tampaknya sedang menghisap nektar di dalamnya.
Han Sen sampai menelan ludah melihatnya, sangat ingin ikut menerobos dan menghisap beberapa teguk, namun akhirnya dia berhasil menahan diri.
Biasanya Ratu Lebah tidak keluar sendiri untuk makan nektar. Dengan banyaknya pekerja yang mengumpulkan madu untuknya, seharusnya tidak perlu keluar. Fakta bahwa dia muncul sendiri menunjukkan keistimewaan nektar bunga ini.
Tapi benda langka seperti ini pasti dijaga oleh lebih dari satu Makhluk Dewa Super. Anehnya, meski Ratu Lebah sudah lama memakannya, tidak terlihat Makhluk Dewa Super lain yang muncul, membuat Han Sen mulai mencurigai sesuatu.
Saat Han Sen masih bingung apakah harus merebut nektar dari Ratu Lebah, tiba-tiba dilihatnya kantung madu sang ratu telah penuh. Sang ratu pun langsung kembali ke sarangnya.
Tak lama kemudian, Ratu Lebah merangkak keluar lagi dari sarang. Ia kembali masuk ke bunga untuk mengumpulkan nektar. Begitu berulang beberapa kali. Hingga bulan melewati tengah langit, kelopak bunga mulai perlahan menutup. Barulah sang ratu berhenti keluar.
"Jangan-jangan Ratu Lebah tidak memakan nektar itu, tapi menyimpannya?" Han Sen tiba-tiba tersadar. "Biasanya ratu lebah selalu menikmati yang terbaik. Tapi anggota ini malah tidak mau memakannya sendiri. Mungkin ia ingin memberikannya kepada keturunannya? Apakah di sarang itu ada bayi lebah super dewa?"
Memikirkan hal itu, Han Sen sangat ingin membongkar sarang tersebut. Meski tidak ada anak dewa super generasi kedua di dalamnya, setidaknya madu ratu lebah itu pasti memiliki efek yang luar biasa.
Namun Han Sen tetap bersabar, tidak langsung bertindak, mempersiapkan untuk mengamati situasi lebih lanjang.
Ini adalah gerombolan makhluk mutan, berbeda dengan membunuh makhluk mutan biasa. Hanya mengandalkan malaikat kecil saja belum tentu cukup. Si iblis wanita tidak terlalu patuh pada perintahnya. Bagaimana jika si iblis wanita menerobos masuk dan menghabisi madu ratu lebah? Itu jelas kerugian lebih besar daripada keuntungan.
Apalagi Si Perak Kecil juga seorang foodie. Dengan dua foodie ini, Han Sen harus berhati-hati dalam kalkulasi. Jangan sampai mengeluarkan darah-darah tapi diri mereka sendiri tak mendapat keuntungan, malah semua dihancurkan oleh keduanya.
Setelah mengamati situasi beberapa hari berturut-turut, setiap kali bulan mulai terbit, ratu lebah akan keluar mengumpulkan nektar dari bunga mawar di puncak gunung tanah. Proses ini berlanjut selama beberapa hari. Nektar dalam bunga mawar itu seolah tak ada habisnya, bagaimanapun ratu lebah mengumpulkannya, setiap hari ternyata masih ada nektar di dalamnya.
“Mawar itu sebesar apapun, di dalamnya pasti jumlah nektarnya terbatas. Bagaimana mungkin sang Ratu Lebah bisa memanen setiap malam tanpa henti seperti ini? Pasti ada keanehan di dalamnya.”
Han Sen ragu sebentar, lalu memanggil sayap besar dan terbang ke atas. Di bawah selubung malam, ia memandangi bagian dalam bunga raksasa. Benar saja, di antara putik masih banyak nektar yang sedang dihisap oleh sang Ratu Lebah.
Hampir tengah malam, nektar telah habis dipanen sang Ratu. Bunga itu perlahan menutup diri, menyerupai kuncup yang siap mekar.
Namun keesokan harinya, ketika Han Sen kembali melihat, putik bunga itu kembali dipenuhi nektar. Sungguh membuatnya mengernyitkan dahi.
“Sebenarnya ada apa ini?” Bergolak berbagai pemikiran di hati Han Sen. Dia bukan tipe sembrono. Selagi belum memahami mekanisme di balik fenomena ini, tak mungkin dia asal bertindak.
Siang hari, Han Sen tiba-tiba mendengar suara Bzzzt. Awalnya tidak ambil pusing. Serangga di sini sangat banyak, terdengar suara kepakan sayap Bzzzt pun wajar.
Tapi tak lama kemudian, suara Bzzzt itu semakin keras bagaikan baling-baling helikopter.
Han Sen menegakkan kepala melihat ke atas. Tampak awan hijau seperti sesuatu terbang mendekat. Suara Bzzzt ternyata berasal dari awan hijau itu.
Setelah diamati, "awan hijau" itu ternyata kumpulan lalat kepala hijau seukuran tinju yang sedang menerjang sarang lebah dengan keganasan.
Lebah-lebah di sarang langsung panik. Berkelompok mereka menyelinap keluar dari sarang untuk menghentikan serbuan lalat kepala hijau ke dalam sarang lebah.
Seketika area itu dipenuhi warna emas dan hijau. Lebah sayap emas dan lalat kepala hijau bertempur sengit. Terlihat banyak yang jatuh ke tanah, entah sudah berapa yang mati.
Han Sen terkejut, kemampuan bertarung lalat hijau jelas kalah dibanding lebah sayap emas. Jumlah yang mati sangat banyak, tapi dengan kuantitas yang masif, mereka semua tanpa takut mati menyusup masuk ke sarang lebah. Terlihat sama sekali tak berniat bertarung, hanya ingin masuk ke sarang lebah untuk menyantap madu.
Meski tangguh, jumlah lebah sayap emas relatif sedikit. Walau terus mengawal sarangnya, tetap ada banyak lalat hijau yang berhasil menyusup masuk.
Akhirnya bahkan Sang Ratu Lebah keluar. Dalam sekejap, semua lalat hijau yang masuk ke sarang dibasmi habis. Setelah terbang keluar dari sarang, ia menggetarkan sayap dengan gesit. Gerakan tubuhnya yang lincah tak terhitung berapa banyak lalat hijau yang berhasil dibunuh.
Tapi jumlah lalat hijau sungguh terlalu banyak, bagai belalang yang tak habis dibasmi. Sekalipun Sang Ratu Lebah, ada area yang tak terjangkau. Banyak lalat hijau berhasil menyelinap masuk ke sarang lebah.
Han Sen awalnya mengira lalat kepala hijau itu menerobos masuk untuk mencuri nektar bunga. Tapi segera ia menyadari kekeliruannya. Lalat-lalat yang berhasil masuk itu tak lama kemudian muncul kembali, cakar mereka menggenggam kepompong lebah berwarna emas muda, berusaha kabur dengan gesit.
"Lalat-lalat ini tidak mencuri madu, tapi malah mencuri kepompong lebah untuk apa?" Kebingungan Han Sen semakin bertambah.
Kawanan lebah yang menyaksikan kepompong mereka dicuri langsung mengamuk lebih dahsyat. Mereka membunuh satu per satu lalat yang keluar dari sarang, namun kepompong-kepompong itu ikut terjatuh ke tanah bersama bangkai lalat.
Segera saja lebih banyak lalat berdatangan, mengambil kepompong-kepompong itu dan melanjutkan pelarian.
