Ratu Lebah melihat sarang lebah direbut, akhirnya mengamuk total. Bagai garis emas, dia menerjang ke kerumunan lalat. Di kehampaan, goresan demi goresan cahaya tercipta. Semua lalat kepala hijau yang ditemuinya langsung tercabik raga. Ratusan lalat kepala hijau berhasil dipenggal.
Meski Ratu Lebah ganas membunuh, lalat-lalat itu tetap tak takut mati. Mereka terus nekat merebut sarang lebah. Karena Ratu Lebah tak punya kemampuan daya pukau area luas, beberapa sarang lebah masih berhasil dirampas lalat.
Hati Han Sen berdebar. Dari kejauhan, dia menguntit seekor lalat kepala hijau yang berhasil membawa sarang lebah. Ingin tahu untuk apa mereka mencuri sarang-sarang itu.
Lalat itu membawa sarang lebah terbang menuju hamparan bunga. Karena level tertinggi lalat ini hanya setara darah suci, Han Sen pun mudah mengikutinya.
Setelah mengikuti lebih dari dua puluh li, terlihat hamparan rawa berlumpur di tengah lautan bunga di depan. Lalat-lalat itu terbang masuk ke dalam rawa yang dipenuhi lumpur dan kelopak bunga berguguran.
Han Sen mengikuti dari jauh dan masuk ke dalam. Tak lama kemudian, di tengah rawa terlihat seekor laba-laba hijau sebesar bola basket. Begitu lalat itu mendekat, sarang lebah langsung dilemparkan ke arah laba-laba yang langsung menyantapnya.
Rawa ini dipenuhi lalat kepala hijau. Entah dengan metode apa, setiap kali laba-laba hijau itu mendekat, lalat-lalat di sekitarnya langsung seperti terhipnosis, patuh pada perintahnya untuk menyerbu sarang lebah dan merampok sarang lebah bagi sang laba-laba.
Han Sen sedikit terkejut dalam hati, menggunakan aura Dongxuan untuk memindai laba-laba hijau itu. Benar saja, ini adalah Makhluk Dewa Super, meskipun masih generasi pertama yang baru mencapai tingkat dewa.
"Jangan-jangan anggota ini juga sedang mempersiapkan kelahiran keturunan? Makanya perlu melahap mangsa?" Pikiran Han Sen dipenuhi keanehan. Jumlah Makhluk Dewa Super yang sedang melahirkan keturunan di Perlindungan Kedua jelas jauh lebih banyak dibandingkan masa Perlindungan Pertama. Banyak makhluk super sedang berusaha keras menghasilkan generasi penerus.
"Tampaknya para makhluk mutan juga giat berevolusi! Hanya saja tidak diketahui sampai tingkat evolusi super seperti apa yang dibutuhkan untuk bermetamorfosis dan terlahir kembali seperti Saint Rhino, mencapai Transendensi di atas Perlindungan Kedua." Han Sen secara samar merasakan, mungkin bahkan anak dewa super generasi kedua pun akan sulit mencapai level itu.
"Lalat hijau kepala membawa banyak feng yong kembali, laba-laba hijau menelannya satu per satu. Tak lama kemudian, Han Sen melihat dari sebuah gua di sebelah laba-laba hijau itu, ternyata muncul seekor laba-laba hijau lain yang merangkak keluar.
Penampilannya mirip dengan laba-laba hijau sebelumnya, hanya ukurannya lebih kecil. Tubuhnya sebesar bola bisbol, seluruhnya hijau zamrud seperti giok, bahkan lebih indah dilihat dibanding yang besar.
"Generasi kedua?" Hati Han Sen dipenuhi kegembiraan luar biasa. Dengan aura Dongxuan ia memindai, memang aura makhluk ini agak aneh. Meski belum menyamai Si Perak Kecil, tapi jauh lebih kuat dari makhluk darah ilahi biasa. Pasti ini super anak dewa generasi kedua.
"Bagus!" Han Sen berseri-seri tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Tanpa keraguan, langsung memerintahkan malaikat kecil menyerang laba-laba besar. Sementara itu, ia memanggil busur silang merak, memasang panah Bijih Baja Z satu per satu, mengintai kesempatan dari samping.
Laba-laba besar sedang memberi makan laba-laba kecil dengan sarang lebah, tiba-tiba melihat malaikat kecil menyerang ke arahnya, langsung menjerit sambil menyemburkan benang putih yang langsung melilit pedang besar malaikat kecil yang sedang diayunkan.
Meski pedang malaikat kecil berhasil memutus benang, namun tenaga pukulannya melemah. Banyak benang menempel di permukaan pedang besar itu.
Cakar laba-laba besar bergerak gesit mengelilingi malaikat kecil sambil terus menyemburkan benang, membentuk jaring-jaring laba-laba yang menciptakan masalah cukup serius. Benang-benang itu sangat kuat dan lengket. Meski sebagian berhasil diputus, tapi banyak yang menempel di tubuh dan pedang malaikat kecil, cukup merepotkannya.
Labah-labah kecil itu dengan penuh semangat mengayunkan cakarnya sambil menjerit-jerit di samping, ternyata ikut menyemprotkan benang sutra bersama induknya. Meski tubuhnya kecil, benang sutra yang dikeluarkannya justru lebih kuat dan lengket daripada induknya.
Han Sen diam-diam mengarahkan busur silang merak ke arahnya, dalam hati berpikir: "Hukum kehidupan memang hukum rimba. Kalian memakan sarang lebah, aku membunuh labah-labah kecil untuk dimakan juga tidak berlebihan."
Sambil membidik, ia menggunakan aura Dongxuan untuk merekam teknik aliran aura makhluk itu.
Memanfaatkan momen ketika labah-labah kecil itu sedang asyik mengeluarkan benang sutra, Han Sen langsung menekan pelatuk berturut-turut. Panah-panah Baja Z berdesingan melesat ke arah labah-labah kecil itu.
Plok!
Labah-labah kecil yang sedang bersemangat menyemprotkan benang sutra itu tiba-tiba terkejut. Seberkas cahaya dingin hitam menembus mulutnya, melubangi tubuh mungilnya dari depan ke belakang.
Memang raganya masih belum bisa dibandingkan dengan tubuh dewasa, dan kekuatan fisik laba-laba itu sendiri ternyata sangat tinggi. Panah Baja Z malah langsung menembus dengan mudah.
Tep tep tep!
Tiga panah berikutnya dari sudut berbeda juga menancap di tubuh Labah-labah Kecil. Awalnya masih meronta, tapi setelah tiga panah ini, langsung menjadi landak dan terjatuh tak bergerak.
"Pemburuan Makhluk Dewa Super Laba-laba Mata Hantu fase bayi. Mendapat Roh Binatang Laba-laba Mata Hantu. Daging bisa dimakan. Dapat mengumpulkan Esensi Gen Kehidupan. Penggunaan akan memberikan 0 hingga 10 point Super Gen Tuhan secara acak."
Han Sen langsung melonjak kegirangan. Tak disangka membunuh laba-laba kecil semudah ini, bahkan dapat roh binatang. Keuntungan di momen ini sungguh luar biasa.
Labah-labah besar melihat anaknya terbunuh, sifat galaknya langsung semakin mengamuk. Dengan mati-matian ia menyerbu ke arah Han Sen, jelas ingin menghabisi pembunuh anaknya ini.
Han Sen tidak kabur. Dari sorot mata majemuk laba-laba itu, ia menyadari fisik Makhluk Dewa Super ini tergolong yang lemah. Diam-diam ia mengoperasikan jurus BIG THUNDER FIST, bersiap untuk memberikan pukulan frontal.
Gaya petir dan dentang lonceng bergemuruh dalam raganya. Begitu laba-laba mendekat, Han Sen akan melepaskan BIG THUNDER FIST sepenuh tenaga untuk mengacaukan aura musuh dan menyetrum seluruh tubuhnya hingga mati rasa.
Tapi saat pandangan Han Sen bertabrakan dengan mata biru majemuk itu, otaknya langsung berkunang-kunang. Aura dalam tubuhnya yang kehilangan kendali pun buyar seketika. Jurus BIG THUNDER FIST otomatis runtuh sebelum sempat digunakan.
Tapi hanya dalam sekejap, Han Sen sudah kembali jernih. Matanya menyaksikan laba-laba besar itu ternyata sudah menembus hingga ke hadapannya, cakar tajamnya menyambar ke arah wajahnya.
Han Sen mengembangkan teknik geraknya, nyaris tak berhasil menghindar dari serangan laba-laba mata hantu ini. Dalam hati bergumam: "Bahaya sekali! Laba-laba ini ternyata bisa mengendalikan otak manusia melalui matanya. Untung energi spiritualku bermutasi setelah ekspedisi ke reruntuhan bangsa kristal waktu itu, kekuatan mentalku jauh melebihi orang biasa sehingga bisa langsung pulih. Kalau tidak, hampir saja aku dibunuhnya."
Malaikat kecil sudah menyergap ke depan, menghentikan gerakan laba-laba mata hantu. Han Sen dengan gesit menjaga jarak sambil menutup matanya, mengandalkan aura Dongxuan untuk merasakan gerak-gerik musuh. Sambil itu, ia terus menembakkan busur silang merak ke arahnya.
Ternyata seperti yang diduga Han Sen, dia tidak menggunakan matanya untuk melihat Laba-laba Mata Hantu, otaknya tidak lagi terkena guncangan, dengan sikap semaunya sendiri terus menembaki Laba-laba Mata Hantu tanpa henti.
