Pada malam hari, setelah makan malam dengan Ji Yanran, Han Sen menarik Ji Yanran duduk di sofa sambil berkata penuh semangat: "Sayang, belakangan ini aku baru saja mempelajari sebuah kemampuan super yang sangat-sangat hebat."
"Kemampuan super apa?" Ji Yanran memandang Han Sen dengan penasaran.
Hal-hal seperti kemampuan super bagi manusia modern sudah dianggap normal, namun Ji Yanran sangat penasaran kemampuan macam apa yang bisa membuat Han Sen segembira ini.
Han Sen mendekatkan telinganya dengan misterius: "Mengambil benda dari jarak jauh."
Ji Yanran terkejut setelah mendengarnya: "Bagaimana kamu bisa melakukannya? Apakah evolusioner sudah bisa melakukan telekinesis?"
Kemampuan seperti ini memang tidak aneh di kalangan Evolusioner, tapi bagi evolusioner level bawah, ini benar-benar hal yang sulit dipahami mengingat mereka belum memiliki kemampuan pelepasan tenaga ke luar tubuh.
"Jangan buru-buru, aku belum selesai bicara. Kemampuan mengambil benda dari jarak jauhku ini bukan yang biasa. Ayo, kamu berdiri di sini..." Han Sen menarik Ji Yanran dan menyuruhnya berdiri di dekat dinding seberang sofa, lalu ia sendiri kembali duduk di sofa.
"Mau ngapain sih?" Ji Yanran juga penasaran, sebenarnya apa yang hendak dilakukan Han Sen.
"Kamu berdiri di sana, aku duduk di sini. Percaya tidak, cukup dengan mengulurkan tanganku seperti ini di udara, aku bisa merekamu pakaian dalam dari jarak tiga meter tanpa sedikitpun merusak atau membuat helai benang bajumu berkurang." Han Sen berkata dengan sangat serius.
"Lagi mau main akal apa nih? Sebenarnya ada konspirasi apa?" Ji Yanran tentu saja tidak percaya akan hal seperti ini. Menurut penjelasan Han Sen, itu bukan lagi disebut mengambil benda jarak jauh, melainkan lebih tepat disebut perpindahan ruang.
Kekuatan seperti itu bahkan jarang dimiliki para evolusioner tingkat lanjut, apalagi Han Sen yang masih sekedar evolusioner biasa. Mustahil ia memiliki kemampuan sehebat itu.
“Saya hanya bertanya, percaya atau tidak?” Han Sen bertanya dengan sangat serius.
“Tidak percaya.” Ji Yanran mencibirkan bibir, mengawasi Han Sen dengan penuh kewaspadaan. Dia tahu pasti ada konspirasi licik dari Han Sen.
Han Sen langsung memicingkan mata sambil tersenyum: “Kalau begitu, ayo kita bertaruh. Jika aku berhasil, bagaimana kalau hari ini kamu menggigitku?”
“Menggigitmu untuk apa...” Ji Yanran belum selesai bicara sudah memerah wajahnya, baru tersadar dan mencibir: “Aku takkan terjebak tipuanmu, tidak mau main!”
Sambil berkata demikian, Ji Yanran hendak kembali. Han Sen tertawa: “Berarti kamu percaya aku bisa merebut pakaian dalammu dari jarak tiga meter?”
“Tidak. Siapa tahu ada lagi konspirasi licik darimu.” Ji Yanran bukan wanita yang mudah percaya buta, tentu tak mempercayai hal mustahil semacam itu.
“Kalau tidak percaya, kenapa tidak bertaruh? Kecuali kamu tidak yakin dengan penilaianmu sendiri.” Han Sen mencibirkan bibir: “Masih menyebut diri kapten kapal, tak punya sedikit pun kepercayaan diri?”
Ji Yanran meski tahu Han Sen sedang memancingnya, tetap tidak senang dengan ekspresi jijik di wajahnya. Ia menggigit bibir sambil mengawasi ketat Han Sen: "Kamu benar-benar tidak akan mendekat?"
"Jika pantatku meninggalkan sofa ini, itu berarti aku kalah." Han segera menjawab.
"Kamu tidak akan merusak bajuku?" Ji Yanran melihat seragam militernya yang putih sempurna - jaket putih, celana putih, sepatu bot putih. Mustahil Han Sen bisa langsung mengambil pakaian dalamnya.
"Bahkan sehelai rambut pun tidak akan kusentuh. Jika aku mengacak-acak rambutmu, langsung anggap aku kalah." Han bersikap tegas.
"Kamu tidak pakai peralatan khusus kan?" Ji Yanran masih merasa pasti ada konspirasi tersembunyi.
"Istriku tercinta, aku hanya duduk di sini tanpa bergerak, menggunakan kedua tanganku ini merebut pakaian dalammu dari jarak tiga meter. Jika berhasil, kalau kamu merasa aku pakai taktik curang, silakan ingkari. Setuju?" Han Sen membentangkan kedua tangan yang kosong melompong.
"Baiklah! Duduklah di sana dan coba rebut... pakaian dalamku..." Ji Yanran sungguh tidak percaya Han Sen bisa melakukan hal seperti itu.
"Perhatikan baik-baik! Jurus rahasia turun-temurun keluarga Han - Ilmu Besar Merebus Pakaian Dalam dari Kejauhan..." Dengan wajah penuh konsentrasi, Han Sen menggerak-gerakkan kedua tangannya yang kosong di udara.
Pandangan Ji Yanran mengikuti gerakan telapak tangan Han Sen. Ia bertekad mengawasinya ketat. Jika terlihat menggunakan cara mencurigakan, akan langsung membongkar tipu muslihatnya tanpa ampun.
Tanpa disadari, tatapannya yang mengikuti gerakan itu tak terhindarkan bertemu dengan sorot mata Han Sen.
“Men...curi...pakaian dalam...dari jarak jauh...” Han Sen berpura-pura berteriak keras, sambil menggerakkan telapak tangannya seolah hendak menyambar pakaian dalam Ji Yanran dari udara.
Sorot mata Ji Yanran yang terkunci dalam kontak mata dengan Han Sen perlahan menjadi kosong dan ragu, duduk membeku dengan mata membelalak.
“Lepaskan pakaian dalammu dan berikan padaku.” Han Sen terkekeh, duduk di sofa sambil mengeluarkan perintah.
Ji Yanran benar-benar patuh, langsung mulai melepaskan pakaian. Jaket putihnya terlepas, memperlihatkan lekuk tubuh yang luar biasa indah dan pakaian dalam putih.
Menyaksikan jari Ji Yanran perlahan mengait dan menarik pakaian dalamnya, mata Han Sen langsung terpana. Ia menelan air liur berkali-kali, namun demi kebahagiaan malam ini, ia menahan niat untuk menghukum mati Ji Yanran di tempat.
Tapi baju atas Ji Yanran terlalu panjang, hanya memperlihatkan sepasang kaki jenjang. Sama sekali tidak melihat bagian lain.
Ji Yanran mengirimkan pakaian dalam putih ke tangan Han Sen. Barulah Han Sen memerintahkan lagi: "Kembali dan kenakan bajumu dengan benar."
Ternyata Ji Yanran sangat patuh. Ia berjalan kembali ke tepi dinding dan mengenakan kembali pakaiannya, lalu berdiri di sana seperti sebelumnya.
Sorot mata aneh di pandangan Han Sen perlahan menghilang. Ekspresi mata Ji Yanran berangsur pulih dari kekosongan.
"Ba..." Han Sen meraih pakaian dalam itu sambil berteriak kencang, langsung membuat Ji Yanran tersadar sepenuhnya.
Ji Yanran sama sekali tidak menyadari bahwa dirinya sebelumnya dikendalikan Han Sen. Ia mengira selama ini terus mengawasi Han Sen. Ketika melihat pakaian dalam putih di tangan Han Sen, ekspresinya berubah drastis. Dengan panik ia meraba-raba jaket luarnya - jaket masih ada. Tapi ketika meraba bagian dalam, pakaian dalamnya benar-benar hilang.
"Kamu... bagaimana kamu melakukannya..." Sikap Ji Yanran seolah melihat hantu.
“Bagaimana melakukannya tidak penting, yang penting adalah, Sayang kamu kalah.” Han Sen langsung melemparkan pakaian dalam di tangannya, tubuhnya sudah berada di depan Ji Yanran, memeluknya dengan posisi menyamping lalu melemparkannya ke sofa.
“Tidak sah... tidak sah... kamu curang...” Wajah kecil Ji Yanran memerah karena malu, kedua tangannya menghalangi Han Sen agar tidak berhasil, ingin mengambek.
“Sudah kuduga kamu akan tidak mau mengakui kekalahan, jangan salahkan aku kalau harus kejam menghancurkan bunga indah.” Han Sen seperti harimau lapar menerjang maju.
“Jangan nakal, aku baru belajar tarian belakangan ini, lihat bagaimana caraku menari.” Melepaskan diri dari cakar sihir Han Sen, Ji Yanran berdiri sambil berkata.
“Bagus, tarian apa?” Han Sen bertanya penasaran.
“Lihat saja nanti pasti tahu.” Ji Yanran menggerakkan lekuk tubuhnya yang cantik sambil mulai menari.
Sorot mata Han Sen segera tertarik sepenuhnya pada Ji Yanran, tak berkedip sama sekali menyaksikannya menari.
