Setelah bangun tidur, Han Sen kembali masuk ke akademi pelatihan virtual. Melihat Qin Xuan sudah online, ia langsung mengajak lawan tersebut bertarung.
"Pelatih, aku sudah memutuskan untuk mempelajari Pisau Dominasi Hati Kaisar." Qin Xuan langsung mengatakan pada Han Sen.
“Bagus.” Han Sen memuji lembut. Dalam kesannya, Qin Xuan selalu menjadi wanita serba bisa. Segala hal di tangannya akan berubah mudah dan sederhana. Perasaan menguasai situasi dengan elegan seperti mengangkat besi ringan itu, bahkan pada pria sekalipun sangat langka. Baginya, Jalan Pedang Kekaisaran sangat cocok untuk Qin Xuan.
Keduanya memulai pertarungan lagi. Hanya saja di podium penonton kini muncul seorang pria paruh baya tampan berwibawa.
Qin Xuan selalu merasa kakek buyutnya adalah sosok yang sulit ditaklukkan. Di usia senjanya, saat menggunakan avatar virtual masih sengaja diatur menjadi pria paruh baya tampan, bahkan kerap menggoda wanita-wanita cantik. Terkadang hal ini membuat Qin Xuan merasa kesal.
Setidaknya Qin Xuan tak berani memberitahu orang lain bahwa pria ini adalah Tai Yeye-nya. Ucapan semacam ini sungguh sulit diungkapkan.
Setelah pertarungan usai, Qin Xuan ragu beberapa saat sebelum berkata pada Han Sen: "Pelatih, ada seorang teman yang ingin bertarung denganmu satu ronde. Boleh tidak?"
“Boleh.” Han Sen dengan lancar mengiyakan. Bagaimanapun dia juga sedang berlatih, tidak masalah berlatih dengan siapa pun.
“Baiklah, akan kuminta dia mengundangmu.” Qin Xuan menghela nafas lega. Untung pelatih tidak menanyakan siapa orang itu, kalau tidak dia benar-benar sulit menjawab. Berbohong tidak baik, mengungkapkan kebenaran pun terlalu sulit diucapkan.
Setelah menunggu sebentar, Han Sen melihat ID bernama "Tuan Pemilik Tiga Istana Enam Paviliun dan Tujuh Puluh Dua Selir" mengajak berteman. Tanpa ragu dia memilih setuju sambil tersenyum.
Salah satu alasan utama Qin Xuan enggan memperkenalkan ini sebagai kakek buyutnya adalah ID tersebut.
Setelah berteman, lawan langsung mengirim undangan pertarungan. Han Sen segera menyetujui. Bagaimana mungkin dia menyangka bahwa lawan yang dihadapinya sekarang adalah makhluk mengerikan berlevel semi-dewa?
Qin Xuan bersiap masuk untuk menyaksikan pertarungan, tapi tiba-tiba dikeluarkan secara paksa.
"Lawan telah mengaktifkan mode menolak tontonan, Anda tidak dapat memasuki ruangan pertarungan." Mendengar peringatan sistem itu, Qin Xuan membeku. Ada apa ini? Ternyata dia dikurung di luar.
"Tai Yeye, sebenarnya apa yang kamu lakukan sih?" Qin Xuan buru-buru mengirim pesan ke Qin Tai Xuan.
"Sistem pesan teman Anda telah diputus, harap hubungi kembali nanti."
Qin Xuan kembali mendengar peringatan sistem, merasakan seluruh dirinya tidak baik-baik saja. Dia benar-benar tidak tahu apa yang diinginkan kakek buyutnya ini.
Saat Han Sen melangkah ke arena pertarungan, seluruh raganya gemetar. Aura berbahaya yang belum pernah dia rasakan sebelumnya menyebar dalam tubuhnya. Kemampuan persepsi bahayanya membuatnya merasa sedang berhadapan bukan dengan manusia, melainkan binatang buas prasejarah yang mengerikan.
Jika ini terjadi di dalam sanctuary, Han Sen mungkin sudah berbalik dan kabur tanpa ragu. Perasaan mengerikan itu membuat seluruh tubuhnya gemetar tak terkendali.
Bukan karena takut, melainkan respons alamiah raga terhadap bahaya ekstrem. Han Sen belum pernah mengalami reaksi sekuat ini sebelumnya.
Han Sen mengendalikan secara paksa tubuhnya yang bergetar, melangkah demi langkah mendekati lawan sambil mengamati tatapan pria paruh baya itu.
Sebenarnya Han Sen paham betul, meski dia berbalik kabur pun takkan ada gunanya. Seseorang yang mampu memicu reaksi fisiologis sehebat ini, andai bertemu di dunia realitas atau shelter, bahkan kesempatan kabur pun tak akan dimilikinya.
Kini Han Sen hanya bisa berlega hati karena pertemuan ini terjadi di jaringan pengawasan virtual, dan lawannya bukan musuh sejatinya.
"Kenapa menghasut Qin Xuan berlatih Pedang Tirani?" Qin Tai Xuan menatap dingin sambil bertanya.
"Karena kupikir dia cocok dengan Jalan Hati Kaisar." Han Sen menjawab langsung dengan pandangan sejajar, tanpa maksuk mengelak. Meski tak secara aktif menyuruh Qin Xuan berlatih, dalam hati memang berharap demikian - dia yakin betul kesesuaian itu.
"Kalau begitu, biar kulihat apakah kau layak merasa seperti itu." Qin Tai Xuan mengayunkan langkah, mengubah telapak tangannya menjadi pisau, lalu menghujamkannya lurus ke arah Han Sen.
Bahkan di dunia virtual, saat Han Sen menyaksikan telapak tangan itu menghujam, seluruh alam semesta seakan mengecil. Seluruh ruang seakan dikuasai oleh telapak tangan itu, membuatnya tak bisa bergerak atau menghindar. Dalam hatinya muncul perasaan tak mampu melawan, hanya bisa menunggu dirinya dihancurkan dengan mudah.
Han Sen tahu ini bukan karena tenaga lawannya jauh melebihi dirinya, melainkan karena aura dan tingkat penguasaan lawan yang jauh lebih tinggi, sehingga membuatnya merasakan hal seperti ini.
Tapi ketahanan mental Han Sen sendiri sangat tangguh. Setelah melalui begitu banyak pelatihan hidup-mati, mana mungkin bisa ditundukkan hanya dengan tekanan aura semata.
Jing Dongxuan beroperasi dengan gila, raga Han Sen gemetar hebat, namun pupilnya memancarkan cahaya ilahi berkilau tanpa secuil ketakutan atau keinginan mundur. Tatapannya mengawasi ketat telapak tangan itu, tubuh berguncang melangkah selangkah.
Tak mundur, tapi juga tak maju. Alih-alih, tubuhnya melirik tajam secepat petir.
Dor!
Tebasan telapak tangan itu nyaris membelah dada hangat Han Sen. Sebuah lengan beserta separuh bahu terpenggal, darah simulasi Sistem mengalir deras. Nilai kerusakan merosot cepat, hampir mencapai titik nadir.
Namun serangan itu akhirnya gagal mengalahkannya. Nilai kerusakan yang tinggal seujung kuku bertahan, tersisa hanya satu digit.
Kilasan aneh muncul di sorot mata Qin Taixuan. Jelas terlihat lawannya bukan bos besar militer, hanya seorang remaja belaka.
Tapi seorang remaja seperti ini, ternyata bisa menghadapi tebasan miliknya dengan strategi seperti ini. Meski berada di komunitas virtual kampus, hal itu tetap membuat Qin Tai Xuan sedikit bergeming.
Jika Han Sen mundur, maka kondisi psikologisnya sudah mengalami kekalahan telak. Jika dia memaksakan diri maju, itu hanya keberanian gegabah di bawah tekanan berat.
Apapun pilihan Han Sen, hasil akhirnya akan sama: langsung dikalahkan tanpa sedikit pun suspense.
Namun di bawah tekanan seperti itu, Han Sen justru mampu membuat penilaian paling tenang yang menguntungkan dirinya, bahkan bisa menjalankannya dengan tegas tanpa terpengaruh perasaan sendiri. Ini membuat Qin Tai Xuan terkejut, bahkan bisa dikatakan sangat mengagumi lawannya.
Di usia segini memiliki ketahanan mental seperti ini, dalam pandangan Qin Tai Xuan hanya bisa digambarkan dengan dua kata: "sangat langka".
"Karena kamu yang menghasut Xiao Xuan Xuan berlatih Jalan Otoriter Hati Kaisar, maka kamu harus bertanggung jawab sampai tuntas." Qin Tai Xuan mengawasi Han Sen, tidak melanjutkan serangan, tiba-tiba mengucapkan kalimat ini.
Han Sen yang sedang bersiap memanfaatkan kesempatan nekat melakukan serangan balik, mendengar kalimat itu langsung membeku. Dalam hatinya tiba-tiba otak macet: "Bertanggung jawab? Bertanggung jawab atas apa?"
"Pisau Dominasi tanpa sarung hanya akan melukai diri sendiri dan orang lain. Karena Kamu yang menyuruhnya berlatih jurus Pisau Dominasi, maka Kamu harus menjadi sarungnya." Qin Xuan berkata dengan tenang namun khidmat.
