Han Sen benar-benar geram. Dia yang biasa disebut raja pemanfaatan celah, hari ini malah jadi korban. Hatinya penuh kekesalan, diam-diam mengejar tanpa sepatah kata.
Malaikat kecil terus mengejar di langit, sementara monster raksasa berlari kencang menginjak-injak tanah hingga terbentuk lubang-lubang dalam, membuat lumpur dan batu beterbangan tak karuan.
Untung di depan tidak ada permukiman manusia. Kalau tidak, bahkan Perlindungan Keluarga Kerajaan pun pasti sudah digilas rata.
Han Sen justru jadi pelari paling lambat. Terus tertinggal semakin jauh, baik malaikat kecil maupun monster raksasa, keduanya jauh lebih cepat darinya.
Han Sen mengatupkan gigi mensimulasikan teknik aliran aura anak dewa cahaya, meningkatkan kecepatannya secara signifikan hingga akhirnya bisa mengejar lagi, meski hanya mampu mempertahankan jarak agar tak tertinggal lebih jauh.
Harimau hitam bersayap yang ganas itu terus terbang mati-matian ke barat sambil mencengkeram binatang kecil yang berat, kecepatan terbangnya ternyata tak kalah dari mereka.
Han Sen terus mengejar selama empat hari empat malam, namun harimau hitam bersayap itu masih tetap terbang di depan. Dalam hatinya, Han Sen tak bisa menerima kekalahan ini, energi di kedua ginjalnya mengalir deras - biar mati pun harus bisa mengejar harimau hitam bersayap itu.
Monster besar itu juga pantang menyerah. Binatang kecil di cakar harimau hitam sesekali menjerit keras, tapi ajaibnya belum mati. Vitalitasnya sangat tangguh, pantas disebut anak dewa super generasi kedua yang fokus pada evolusi fisik.
Kalau seperti labah-labah mata hantu yang fisiknya lemah, pasti sudah mati sejak lama. Mana mungkin bisa bertahan sampai sekarang sambil terus menjerit.
Tapi tak seorang pun bisa mengejar harimau hitam bersayap itu. Setelah mengejar selama 7-8 hari hingga melintasi Area Perairan Tiga Sungai, di depan terhampar pegunungan tak berujung. Tak lama setelah memasuki kawasan pegunungan, harimau itu tiba-tiba terjatuh.
Han Sen yang sedang melihat ke depan langsung membeku. Di antara hamparan gunung-gunung yang luas, berdiri sebuah gunung ungu yang luar biasa megah dikelilingi puncak-puncak lainnya. Harimau hitam bersayap itu mendarat di kaki gunung dan kini sedang menyeret makhluk kecil itu naik ke atas.
Gunung ungu itu menjulang gagah menembus langit. Di puncaknya yang tersembunyi di balik lautan awan, berdiri sebuah tempat perlindungan megah bagai istana dewa.
Melihat harimau hitam bersayap itu menuju puncak gunung, hati Han Sen langsung kecut. Tempat perlindungan makhluk aneh yang mampu memelihara makhluk mutan seperti harimau bersayap ini pasti bukan sekadar tempat perlindungan tingkat keluarga kerajaan.
Malaikat kecil juga dipanggil kembali oleh Han Sen, sementara monster raksasa itu masih mengejar dengan gila, tampaknya karena dorongan naluri melindungi anaknya sudah menguasai segalanya.
Istana Ungu tampak samar-samar di antara lautan awan, monster raksasa itu mengejar Harimau Bersayap Hitam yang sedang terbang ke atas.
Gerbang Istana Ungu terbuka otomatis. Harimau hitam itu menyeret anaknya yang terus menjerit masuk, gerbang langsung tertutup rapat mengurung si monster raksasa di luar.
Monster raksasa itu mana mau menyerah. Tubuhnya yang luar biasa besar langsung menghantam gerbang batu ungu itu, berusaha menjebol masuk ke dalam perlindungan.
Dengan panjang tubuh mencapai 100 meter dan tinggi puluhan meter, monster sebesar itu ternyata hanya seimbang tinggi dengan Gerbang Batu Ungu yang megah.
Boom!
Tubuh monster mengerikan itu menghantam Pintu Batu ungu dengan keras, mengeluarkan suara menggelegar yang menakutkan. Namun Pintu Batu ungu itu bahkan tidak bergoyang sedikit pun, seolah kekuatan dahsyat sang monster hanyalah ilusi belaka.
Sang monster sendiri justru terhuyung-huyung mundur beberapa langkah setelah bertabrakan. Setelah mengeluarkan rintihan menyedihkan, ia kembali menghantam Pintu Batu ungu itu dengan amat keras.
Tetap tidak ada reaksi sama sekali. Pintu Batu ungu itu bagaikan gembok langit-bumi yang tak tergoyahkan, betapapun keras sang monster menghantam, tak sedikit pun mampu menggerakannya.
Setelah berulang kali menghantam, tubuh monster itu sudah berlumuran darah. Namun Pintu ungu tetap kokoh seperti semula, tidak bergeser sedikit pun dari awal sampai akhir.
Han Sen merasa ngeri di hatinya. Untuk makhluk dengan fisik sekuat ini, mungkin kebanyakan Makhluk Dewa Super sekalipun - bahkan anak dewa super generasi kedua - bukanlah lawannya.
Tapi monster mengerikan ini bahkan tidak bisa menghancurkan pintu perlindungan, sungguh mengerikan sang tuan yang menguasai tempat ini.
Han Sen mengerutkan kening halus, langsung terbang ke langit untuk mengintip pemandangan dalam perlindungan dari udara, mencoba melihat makhluk-makhluk mengerikan apa yang ada di dalam.
Tapi saat terbang ke langit, yang terlihat hanyalah kabut tebal menyelimuti luar perlindungan, sama sekali tidak bisa melihat isinya, membuat hatinya semakin gelisah.
Dengan kemampuan visual dan persepsinya yang tajam, kabut itu tetap tidak tertembus. Jelas kabut ini mengandung keanehan, kalau tidak mustahil terjadi situasi seperti ini.
Langsung memanggil topeng mata hantu, mengerahkan teknik aliran aura Labah-labah Mata Hantu sepenuhnya, kembali mencoba mengamati bagian dalam perlindungan.
Kali ini meski belum melihat jelas keadaannya, Han Sen berhasil menangkap beberapa gumpalan aura kehidupan yang menyala-nyala seperti kobaran api merah.
“satu... dua... tiga... empat... lima...” Han Sen menghitung satu per satu, menemukan setidaknya ada lima makhluk mengerikan level Super God di dalamnya.
Ini masih yang bisa dilihat Han Sen. Dia tidak yakin apakah masih ada makhluk mengerikan lain yang tak terlihat olehnya.
"Apa harus diurungkan begitu saja?" Han Sen mengatupkan giginya. Jelas-jelas makhluk Super God di dalam sudah di luar kemampuannya, tapi mundur begitu saja membuatnya tak rela.
Super God generasi kedua yang susah payah didapatkannya direbut begitu saja. Sungguh tak rela untuk mundur.
"Tak peduli! Ayo kita jelajahi tempat perlindungan makhluk aneh super ini. Lihat apa hebatnya! Meski kalah, mustahil mereka bisa membunuhku. Sekalipun tak bisa merebut kembali buruanku, setidaknya kita buat kekacauan besar!" Dengan gigit gigi, Han Sen menerjang ke arah Pintu Batu Ungu itu.
Sekarang monster raksasa dan dia bisa dibilang satu garis pertempuran. Anggota ini lumayan jadi sekutu. Han Sen ingin mencoba apakah bisa membantunya menjebol Pintu Batu Ungu.
Setelah masuk, setidaknya makhluk raksasa itu bisa mengalihkan satu dua makhluk Dewa Super, memberi Han Sen lebih banyak ruang gerak. Mungkin juga bisa mendapat keuntungan.
Meski kemungkinannya kecil, Han Sen sudah sangat puas asal bisa membuat sedikit masalah untuk tempat perlindungan makhluk aneh ini.
Di depan Pintu Batu ungu, makhluk raksasa masih menghantam mati-matian. Darahnya sudah menyiprat di permukaan pintu, tapi tak ada kerusakan sama sekali.
Han Sen memanggil Tyrannosaurus Thrust Api, langsung menusukkannya ke celah pintu untuk mencoba menembus pintu ungu ini.
Namun gesekan antara senjata dan pintu batu memercikkan api membara. Meski Han Sen mengerahkan sekuat tenaga, mata bor tak bisa menembus sedetik pun.
Bahkan serpihan batu terkecil pun tidak terkelupas. Kekerasannya di luar bayangan.
Boom!
Monster mengerikan melihat Han Sen tidak bisa mengebor pintu batu, kembali menghantam dengan keras. Mulutnya menyemprotkan darah, mengeluarkan raung kesakitan.
"Ini bukan cara yang efektif. Bahkan jika akhirnya bisa menerobos, mungkin separuh nyawa sudah habis. Masuk ke dalam hanya akan menjadi santapan?" Han Sen mengatupkan gigi, melompat gesit dari atas masuk ke dalam Perlindungan.
Kabut tebal menyelimuti area atas Perlindungan, sama sekali tidak bisa melihat situasi di dalamnya. Tapi saat ini Han Sen tidak punya pilihan lain. Dia harus menerobos masuk dan membuka gerbang dari dalam untuk memasukkan monster itu.
