“Awalnya aku adalah diriku sendiri. Tapi sepuluh ribu tahun lalu aku menelan Benih Suci Qingkong untuk terlahir kembali, memecahkan belenggu genetik dan memasuki Perlindungan Suci Tuhan ketiga. Tapi kini...” Suara perempuan itu terdiba sedih, “...aku tak tahu lagi, apakah aku masih tetap aku.”
Han Sen langsung berdebar hatinya. “Jangan-jangan kau sama seperti Makhluk Dewa Super itu?”
Yang dimaksud Han Sen adalah makhluk seperti Phoenix Api Hitam - Makhluk Dewa Super yang diparasiti tumbuhan merambat Qingkong.
Buah Qingkong sepertinya bergerak, lalu terdengar suara perempuan itu berkata dengan sedih: "Setelah sepuluh ribu tahun, pohon Qingkong berbuah, mereka bisa terlahir kembali, gennya juga bisa berevolusi lebih lanjut. Tapi siapa yang tahu, apakah mereka masih sama seperti sekarang nanti?"
Han Sen berpikir cepat: "Emosi Buah Qingkong ini tampak tidak stabil. Jika bisa memancing emosinya, mungkin ada kesempatan untuk melarikan diri."
Memikirkan hal ini, Han Sen pun berkata: "Kalau kau merasa menyesal seperti ini, kenapa tetap merancang untuk memaksa mereka menelan Benih Suci Qingkong?"
Suara perempuan itu menjawab: "Jika aku dilahirkan, aku bisa langsung membuka pintu ke Perlindungan Suci Tuhan ketiga, lepas dari Perlindungan Suci Tuhan kedua. Pohon Qingkong ini akan mati. Jika tidak menanam benih sekarang, tak akan ada lagi Pohon Suci Qingkong di dunia."
“Aku adalah diriku sendiri, sekaligus Kong Qing Teng yang suci. Meski merdeka, sulit bagiku mengendalikan naluri Kong Qing Teng untuk melestarikan gen.” Buah Kong Qing menghela nafas pelan.
Han Sen sejenak terdiam, tak tahu harus berkata apa. Nyatanya saat ini, dirinya memang tak bisa lagi disebut sepenuhnya dirinya yang dulu. Di era sepuluh ribu tahun silam, dia hanyalah Makhluk Dewa Super. Kini separuh gen dalam tubuhnya berasal dari Kong Qing Teng.
Makhluk Dewa Super hasil asimilasi hewan dan tumbuhan, bahkan di Alliance sekalipun, ini merupakan hal yang sulit dibayangkan.
"Apa asalmu di era sepuluh ribu tahun silam?" Han Sen tak kuasa bertanya. Makhluk tingkat Super seperti ini pasti memiliki latar belakang khusus.
"Di masa lampau aku adalah Banshee Transenden. Kini, aku tetap Banshee Transenden." Suara itu semakin tegas: "Semua yang ingin kau tahu telah kujawab. Sekarang, serahkan dia padaku!"
"Aku benar-benar tak mengerti apa yang kau inginkan! Jika tahu, tentu sudah kuberikan! Katakanlah, sebenarnya apa yang kau mau?" Han Sen mencoba meraba-raba situasi.
“Yang kuminta tentu adalah Santo Roh Tumbuhan di tubuhmu, apa ada barang lain di tubuhmu yang layak kuambil?” Banshee Transenden berkata.
“Santo Roh Tumbuhan?” Hati Han Sen berdebar, ia mengeluarkan labu itu dan memegangnya sambil bertanya pada banshee: “Apakah ini yang kau maksud?”
“Ya.” Banshee Transenden menjawab, tumbuhan rambat itu serentak bergerak maju hendak melilit labu di tangan Han Sen.
“Tunggu!” Han Sen menyembunyikan tangannya dengan gesit menghindar sambil berseru lantang: “Setidaknya jelaskan mengapa kau menginginkannya?”
Banshee Transenden tampak sedikit kesal: “Santo Roh Tumbuhan ini entah kenapa tidak berkembang sempurna. Tentu saja aku akan membantunya tumbuh kembali agar kesuburan sejatinya bisa terwujud.”
Han Sen tertegun sejenak, tak menyangka Banshee Transenden ternyata memiliki niat seperti ini. Tapi dia teringat saat pertama kali mendapatkan labu itu, pohon labu beserta labu kecil ini sudah kering dan hampir mati. Penjelasan Banshee Transenden sepertinya masuk akal, tidak seperti dipalsukan.
"Kamu bilang labu ini sama sepertimu, terlahir dari menyerap Makhluk Dewa Super?" Han Sen teringat kerangka monster mengerikan di bawah pohon labu itu.
Jika labu ini bisa melahirkan seekor monster mengerikan, tentu akan menjadi hal yang menarik.
Siapa sangka Banshee Transenden membantah pernyataan Han Sen: "Dia berbeda denganku. Dia adalah Santo Roh Tumbuhan murni yang asal-usulnya luar biasa, jauh melampaui levelku."
"Apa sebenarnya asal-usulnya?" Han segera mengejar dengan pertanyaan.
Labu itu pasti tidak akan dia serahkan. Barang ini setiap hari dia mainkan di tangannya, bahkan jika bukan makhluk hidup, sudah timbul ikatan emosi. Apalagi di dalamnya mengandung Santo Roh, semakin mustahil untuk diserahkan.
Ditambah sifat keserakahan Han Sen, kecuali nyawanya terancam, sama sekali tak mungkin menyerahkan harta berharga seperti ini.
"Tidak jelas, aku hanya bisa merasakan aura suci tumbuhan murni dalam tubuhnya. Asal-usulnya sulit ditebak," jawab banshee transenden.
"Kalau dia bukan anggota klan dan spesies yang sama denganmu, kenapa kau urusi?" Han Sen menatap banshee transenden.
Banshee transenden tampak kesabaran habis, tak menjawab pertanyaan Han Sen. Berkata dengan nada dingin: "Ini tak ada hubungannya denganmu. Serahkan saja padaku!"
Tanaman rambat kembali menjerat labu di tangan Han Sen, tapi dia mundur beberapa langkah, kembali menghindar.
Banshee Transenden langsung marah besar. Tumbuhan rambat panjang seperti naga muncul dari tanah di sekitarnya, berdistorsi dan saling bertautan di langit, siap menjatuhkan diri untuk mengikat Han Sen dengan erat.
"Bukankah kamu baru saja berkata begitu lahir akan langsung masuk ke Perlindungan Suci Tuhan ketiga? Lalu bagaimana membantunya tumbuh lagi? Pasti tidak bisa sukses dalam waktu singkat kan?" teriak Han Sen keras sambil bersiap memanggil Malaikat Kecil untuk bertempur.
Jika negosiasi gagal, tidak ada pilihan selain bertarung habis-habisan. Bagaimanapun, labu itu pasti tidak akan diserahkannya.
Jika benar-benar bertarung mati-matian, Banshee Transenden belum tentu bisa menahannya. Bisa saja justru berhasil membunuh balik Makhluk Dewa Super yang hampir memasuki Perlindungan Suci Tuhan ketiga.
Tapi Han Sen agak waspada terhadap empat makhluk dewa super di sana. Mereka diparasiti oleh Benih Suci Aoki, meski sekarang sudah berakar di puncak gunung, tapi tak ada yang bisa memastikan apakah mereka akan dikendalikan Benih Suci Aoki untuk ikut bertempur jika benar-benar terjadi pertikaian.
Han Sen sudah bersiap untuk bertempur. Namun banshee transenden itu mendengar ucapannya, tiba-tiba berhenti sejenak sambil berpikir: "Ucapanmu memang ada benarnya. Aku yang akan segera dilahirkan ini sudah sulit bertahan lebih lama, benar-benar tidak bisa terus menjaganya tumbuh."
Han Sen cepat-cepat menambahkan: "Bagaimana kalau aku yang menjaganya? Lihatlah, selama ini aku selalu merawatnya dengan sangat baik, seolah-olah menganggapnya seperti putra kandung sendiri. Makanan dan minuman terbaik tak pernah putus, bahkan memberinya darah berharga makhluk dewa super untuk diminum..."
Han Sen langsung menggerakkan lidah tiga inci-nya yang tak kenal lelah, memuji diri mereka seolah-olah ada di langit dan tak ada di bawah tanah, menderita sengsara sebagai ayah sekaligus ibu, susah payah membesarkan labu hingga sebesar ini, hampir menyebut diri sebagai ayah 24 bakti.
Banshee transenden sepertinya mulai tergugah oleh ucapan Han Sen. Bayi dalam buah Kong Qing ternyata membuka mata, sepasang mata seperti batu permata hijau kristal tanpa secuil kotoran mengawasi ketat Han Sen.
Banshee transenden memandang Han Sen, lalu beralih ke Si Perak Kecil yang tengkurap di bahunya, serta posisi kerang dan iblis wanita di kantong pakaiannya.
Beberapa saat kemudian, Banshee Transenden perlahan berkata: "Baiklah, biarkan kamu yang merawatnya hingga lahir. Tapi pondasi bawaan-nya cacat, gen-nya tidak lengkap. Meski menyerap darah Makhluk Dewa Super sebanyak apapun, tetap sulit lahir. Tunggulah sebentar, setelah aku lahir akan memberinya satu tetes darah murni transenden untuk menebus pondasi yang cacat itu."
