Han Sen langsung menyetujui dengan kegembiraan. Tidak perlu mati-matian plus dapat keuntungan seperti ini? Tentu saja setuju.
Han Sen memandang daging buah Qingkong di luar Banshee Transenden, tiba-tiba teringat sesuatu.
Dulu saat Badak Suci masuk ke Perlindungan Suci Tuhan ketiga, daging dan darah lamanya terlepas. Sekarang Banshee Transenden ini naik level ke Perlindungan Suci Tuhan ketiga, berarti daging buah Qingkong di luarnya pasti akan tertinggal. Bisa jadi sama seperti daging Badak Suci, ini adalah suplemen besar!
Han Sen menatap penuh harap menunggu banshee keluar, bersiap menerima buah Kongqing. Sekalipun dirinya tak bisa memakannya, memberikannya kepada Elang Kucing Spiritual tetaplah ide bagus.
Tumbuhan rambat yang menggantungkan buah Kongqing merapat kembali ke puncak gunung. Menyambut matahari terbit, ia memancarkan aura jernih. Seiring waktu, Han Sen jelas melihat bayi di dalam buah itu perlahan membesar.
Tak seperti Badak Suci yang metamorfosisnya mengguncang langit bumi, proses perubahan banshee ini berlangsun tenang. Ia hanya diam menunggu buah itu matang sempurna.
Mungkin selama sepuluh ribu tahun itu, transformasinya telah terserap secara bertahap, tak seperti Badak Suci yang memaksakan perubahan secara brutal.
Semua mengalir secara alamiah. Setelah menunggu dua hari, di pagi itu akhirnya Han Sen menyaksikan buah Kongqing terbelah. Sosok banshee mirip bayi pun keluar dengan anggun.
Ukurannya hampir sama dengan iblis wanita kecil, tapi tidak memiliki sayap. Pada tubuh telanjangnya, hanya terdapat tanda berbentuk tunas muda berwarna ungu kemerahan di dahinya. Selain itu, tak terlihat keistimewaan lainnya.
Banshee transenden berjalan langkah demi langkah di udara, terus mendekat hingga berada di hadapan Han Sen. Cahaya transenden dari tubuhnya berkilauan bagai titik-titik, melayang jauh ke kehampaan angkasa.
"Keluarkan Santo Roh itu." Mengambang dalam jarak kurang dari dua kaki dari Han Sen, banshee transenden itu berkata padanya.
Han Sen merasa waspada, tapi tetap mengeluarkan labu kering dan meletakkannya di telapak tangan. Matanya terus mengawasi ketat gerak-gerik banshee itu. Jika sang makhluk mencoba merebut, pertempuran besar tak terhindarkan.
Namun banshee transenden justru mendarat di telapak tangan Han Sen. Dengan jari kecilnya yang ramping dan putih pucat, ia menggoreskan setetes darah transparan yang hampir tak kasat mata ke permukaan labu.
Darah yang lebih murni dan jernih daripada air menetes ke labu, langsung diserap oleh labu.
Setelah menyerap darah Banshee Transenden, labu yang sebelumnya mengering dan menguning mulai memancarkan kilauan lincah, warna emas kusamnya perlahan menjadi hidup kembali.
Meski tampak tak ada perubahan signifikan, kini labu ini semakin memancarkan vitalitas dan aura kehidupan yang tak lagi terkungkung seperti sebelumnya.
Han Sen merasa bahagia, sebelumnya sempat khawatir ada tipu muslihat dari Banshee Transenden, ternyata dia benar-benar ingin membantu perkembangan labu.
Han Sen dulu selalu merasa ada yang kurang dari labu ini, bahkan aliran energi internalnya berkembang sangat perlahan. Kini baru tahu pondasi dasarnya sejak lahir sudah cacat, sehingga hanya bisa bermetamorfosis dan tumbuh secara bertahap.
Kini dengan setetes darah murni banshee transenden ini, aura kehidupan di dalam labu langsung bereaksi seperti tanah kering yang disirami hujan, melahap darah murni banshee transenden itu dengan penuh kerakusan.
Serat-serat emas yang muncul di permukaan labu semakin banyak, warnanya pun semakin hidup. Dulu terlihat seperti labu emas biasa, kini meski masih berwarna keemasan, penampakannya seolah labu hidup yang baru dipetik dari pohon labu, memancarkan kesegaran yang prima.
Banshee transenden itu menatap labu di tangan Han Sen dengan wajah penuh harapan, seolah menyimpan sesuatu yang dinantikan, meski tak jelas apa yang diinginkannya.
Han Sen yakin pasti ada maksud tersembunyi di balik permintaan banshee transenden terhadap labu ini. Pasti ada tujuan khusus yang tidak diungkapkannya, namun Han Sen sendiri belum bisa menebak apa sebenarnya tujuan itu.
Boom!
Di kehampaan tiba-tiba terjadi gemetar sejenak. Sebuah pintu kayu kuno perlahan muncul dari kekosongan, membuka celah kecil. Tekanan mengerikan langsung meluap dari dalamnya, hampir membuat langit dan bumi berubah warna.
Cahaya suci dari tubuh banshee transenden menyebar masuk ke dalam pintu kayu kuno itu. Sepertinya ada siluet manusia mengikuti cahaya tersebut. Di balik kekacauan di balik pintu, mulai terlihat sosok yang mirip manusia.
Di bawah tekanan dahsyat itu, Han Sen ternyata langsung limbung dan terhimpit ke tanah. Tapi pengalaman serupa pernah dialaminya sebelumnya, jadi tidak ada perlawanan khusus.
Bahkan Makhluk Dewa Super pun tak mampu bertahan terhadap tekanan dari lapisan atas ini, apalagi dia yang masih manusia biasa belum mencapai Tingkat Manusia Surgawi.
"Simpan Santo Roh itu." Kilasan aneh muncul di mata banshee transenden saat suara samarnya terdengar di telinga Han Sen.
Meski Han Sen tidak mengerti maksud sebenarnya Banshee Transenden, dia tetap langsung menyimpan labu ke dalam tasnya. Saat menegakkan kepala, dia melihat Banshee Transenden telah melayang menuju pintu kayu kuno di kehampaan.
Boom!
Pintu kuno itu terbuka lebar, mengeluarkan sosok perempuan berambut hijau bak elf. Keanggunan alamiah yang dipancarkannya mustahil dimiliki gadis manusia biasa.
Sekilas pandang saja, siluetnya langsung terpateri di otak. Ungkapan "seluruh keanggunan alam semesta terpusat pada satu insan" jelas merujuk pada perempuan semacam ini.
Perempuan itu melangkah keluar pintu. Melihat Banshee Transenden yang sedang melayang di udara, ia menunjukkan senyuman samar: "Bersediakah kau mengikuti jejakku menapaki jalan evolusi?"
"Dengan senang hati." Banshee Transenden yang diselimuti cahaya hijau transenden itu mendekati sang perempuan, menjawab dengan tenang.
Wanita itu tersenyum tipis, mengulurkan telapak tangan untuk membiarkan banshee mendarat di genggamannya. Saat hendak berbalik kembali ke dalam pintu kayu kuno, matanya tanpa sengaja menyapu pandang ke bawah. Seketika gerakannya terhenti, tubuh yang sudah setengah berbalik kembali menghadap ke arah Han Sen di bawah.
Banshee di tangannya langsung tegang melihat sang wanita memperhatikan Han Sen. Sorot mata makhluk itu memancarkan secuil kecemasan.
Namun wanita itu justru menunjukkan ekspresi terkejut saat mengamati Han Sen. Sorot matanya tertambat pada noktah merah yang memikat di dahi pemuda itu.
"Santo Fan Da Di ternyata pernah turun ke dunia? Ini menarik..." gumamnya lirih. "Tapi setelah kutemukan, tentu takkan kubiarkan begitu saja."
Han Sen yang terkungkung tekanan di tanah tak mendengar sepatah katapun. Berbeda dengan banshee di tangan sang wanita yang setelah mendengar ucapan itu, terlihat lega sekaligus heran memandangi Han Sen di bawah.
Awalnya dia mengira wanita itu memperhatikan Santo Roh dalam labu, tapi ternyata yang menjadi perhatiannya justru Han Sen.
Banshee transenden sendiri tidak menyadari bahwa Han Sen hanyalah manusia biasa yang bahkan belum mencapai Tingkat Manusia Surgawi - apa yang layak diperhatikan oleh makhluk mengerikan semacam ini?
Han Sen yang sedang terhimpit rasa sakit tiba-tiba merasakan tekanan di tubuhnya berkurang. Begitu kebebasannya pulih, dia langsung bangkit berdiri.
Mengira sang wanita sudah masuk ke dalam pintu kayu bersama banshee, dia menengadah dan terkejut mendapati wanita itu masih berdiri di depan pintu. Sepasang matanya yang jenius itu masih mengawasinya tajam, hampir membentuk lengkungan bulan sabit.
"Mulai sekarang, kamu hanya milikku." Han Sen yang sedang diliputi keraguan - mengira wanita itu menemukan labunya - terperanjat mendengar pernyataan tak terduga itu. Sebelum sempat bereaksi, wanita itu sudah menunjuk ke arahnya.
Boom!
Seberkas aura menghancurkan kehampaan, langsung menerjang dahi Han Sen.
