"Tidak..." Han Sen mengawasi ikan transparan yang perutnya menghadap ke atas, sudah tak bernyawa itu, menangkap sesuatu yang tidak beres.
Jika benar ikan transparan itu telah dibunuhnya, seharusnya ada petunjuk pemburuan. Tapi sekarang, dia sama sekali tidak mendengar apapun.
"Jangan-jangan ikan itu pura-pura mati?" Han Sen mengamati dari kejauhan, tapi hanya melihat panah Bijih Baja Z itu menembus diagonal tubuhnya, menusuk raga dan insang. Bagaimana mungkin masih hidup?
Kalau ini pura-pura mati, vitalitas ikan transparan ini harus sekuat apa?
Han Sen perlahan mendekati tepi kolam, kali ini Si Perak Kecil tidak menghentikannya. Han Sen memanggil Tyranno Thrust Api, bersiap untuk menyelami kolam.
Meski ikannya sudah mati, panah Baja Z terlalu berat. Mayatnya tidak bisa mengapung, terpaksa mencari cara mengeluarkannya dari air.
Tapi saat ujung Tyranno Thrust Api Han Sen baru menyentuh air, kabut putih langsung mengepul bagai bara api masuk air. Ujung senjata legendaris ini ternyata mulai meleleh, membuat Han Sen kaget dan segera menariknya kembali.
Syukurlah hanya ujung sekitar 10 sentimeter yang meleleh. Bagian yang terkena air benar-benar hancur. Jika Han Sen menurunkannya lebih dalam lagi, mungkin senjata roh binatang ini sudah hancur total.
"Ada apa ini? Tyrannosaurus Thrust Api seharusnya tidak kalah dengan panah Bijih Baja Z, kenapa panah Bijih Baja Z tidak bermasalah besar, tapi Tyrannosaurus Thrust Api langsung meleleh begitu menyentuh air? Jangan-jangan air ini punya efek penangkal khusus untuk roh binatang?" Pikiran Han Sen berkelebat. Ia memanggil senjata level darah suci lain untuk mencoba, dan benar-benar hancur begitu menyentuh air itu.
Sementara panah Bijih Baja Z yang dimasukkan tidak mengalami masalah berarti. Meski perlahan terkikis, laju korosinya jauh lebih lambat dibanding roh binatang.
"Air yang aneh!" Han Sen terkagum-kagum, tapi sudah punya rencana.
Ia memanggil kembali panah Bijih Baja Z, mengikatkan tali penahan beban di belakangnya, membidik posisi ikan kecil transparan itu, lalu melepaskan panah ke bawah. Rencananya, begitu panah mengenai ikan itu, ia akan menarik tali untuk mengungkap semua hal.
Asalkan ada kekuatan tarikan ini, meskipun talinya putus, ikan kecil transparan itu seharusnya bisa ditarik ke permukaan air. Setelah itu akan lebih mudah ditangani.
Tapi saat Han Sen melepaskan panahnya, ikan transparan yang sempat dikira mati itu tiba-tiba bergerak lagi. Badannya berkelit menghindari panah Bijih Baja Z.
Panah Bijih Baja Z yang menancap di tubuhnya, karena terlalu lama terkena korosi ditambah gerakan tiba-tiba ikan itu, akhirnya patah dan terdesak keluar dari tubuhnya.
Ikan transparan itu berenang memutar beberapa kali di air. Lubang bekas panah di tubuhnya sembuh sempurna tanpa meninggalkan jejak sama sekali.
"Ternyata memang belum mati. Vitalitas anggota ini sungguh luar biasa kuat." Meski masih punya panah Bijih Baja Z, Han Sen kini tak berani sembarangan menembak lagi.
Ikan transparan yang pernah dirugikan oleh panah Bijih Baja Z kini selalu menghindar saat melihat panah. Kecepatannya di dalam air begitu tinggi, mustahil untuk ditembak.
Han Sen memperkirakan panahan pertamanya yang begitu mudah mengenainya itu karena ikan kecil itu sama sekali tidak menganggap serius panah Bijih Baja Z, sehingga bahkan tidak berusaha menghindar.
Sekarang setelah tahu panah Bijih Baja Z bisa melukainya, secara alami dia takkan lagi diam membiarkan Han Sen menembaki secara acak.
Si Perak Kecil memiringkan kepalanya sambil mengawasi Han Sen, sorot mata setengah terpejamnya seolah memancarkan cemohan, membuat pipi Han Sen memerah karena malu.
"Andai dari awal aku mengikat tali pada panah pertama," gumam Han Sen dengan frustasi, mengelilingi kolam berkali-kali tanpa menemukan cara untuk menaklukkan ikan transparan ini.
Han Sen juga menyadari keistimewaan ikan transparan ini - tak mungkin Si Perak Kecil rela berjaga di sini dengan penuh harap kalau bukan makhluk luar biasa. Tapi kesadaran itu tak membantu menyelesaikan kebuntuan strateginya.
Han Sen berminat ingin melempar batu mengisi kolam, membuat air meluap keluar. Tapi baru melempar sepotong batu, ikan kecil itu di dalam air tiba-tiba mengibaskan ekor dengan kuat, memantulkan batu itu seperti memukul bola bisbol. Batu itu kembali terbang sambil membawa banyak percikan air, hampir membasahi Han Sen sekujur tubuh.
Untung Han Sen menghindar cukup cepat, kalau tidak setan tahu konsekuensi apa yang akan terjadi.
"Jawaban apaan itu, aku tidak percaya tak bisa menguasaimu." Han Sen juga menunjukkan sikap keras, memanggil Nyonya Sekejap untuk melihat apakah dia punya cara.
Setelah dipanggil, Nyonya Sekejap mendengar penjelasan Han Sen lalu menatap dengan seksama ikan transparan itu. Wajah dinginnya perlahan menampakkan secuil ekspresi terkejut.
"Kenapa? Ada penemuan apa?" Han Sen melihat ekspresi Nyonya Sekejap tidak beres, segera mengejar dengan pertanyaan.
Nyonya Sekejap tidak langsung menjawab, seolah mengingat-ingat sejenak, baru kemudian merapikan arah pemikirannya, sambil mengawasi ikan transparan di kolam itu berkata: "Di Perlindungan Suci Tuhan ketiga, aku pernah melihat seekor ikan dipelihara di tempat perlindungan seorang Kaisar."
Han Sen memandangi Nyonya Sekejap tanpa berkata-kata, namun di hatinya bergelora rasa penasaran yang besar. Yang membuatnya penasaran sebenarnya bukanlah ikan yang disebutkan sang nyonya, melainkan sosok Nyonya Sekejap sendiri.
Sebelumnya Nyonya Sekejap pernah memberitahunya bahwa dirinya pernah berhasil naik ke Perlindungan Suci Tuhan ketiga, bahkan pernah membunuh anak seorang Kaisar. Kini dia kembali bercerita tentang ikan yang dilihatnya di tempat perlindungan sang Kaisar.
Jika dia hanyalah makhluk roh biasa yang naik level dengan cara normal, mana mungkin memiliki kesempatan seperti ini? Membunuh anak Kaisar saja seharusnya sudah mustahil membuatnya bertahan hidup, tapi dia hanya dijatuhkan ke Perlindungan Kedua.
"Wanita ini bukan wanita biasa," gumam Han Sen dalam hati sambil bergolak berbagai pemikiran.
Nyonya Sekejap tidak tahu apa yang dipikirkan Han Sen di hatinya, melanjutkan: "Ikan itu panjangnya tiga chi tiga, seluruh tubuhnya transparan tanpa cacat, bak kristal giok, hanya di tulang punggungnya terdapat tiga urat darah, bernama Ikan Tulang Tiga Kehidupan. Meski bernama ikan, tapi bukan benar-benar makhluk mutan, melainkan Santo Roh air yang bisa menghidupkan mayat hidup dan memulihkan tulang putih. Selama kau belum mati, sekalipun lukanya sebesar langit, cukup memakan satu ekor maka raga akan pulih seperti semula."
Setelah jeda sebentar, Nyonya Sekejap melanjutkan: "Dan Ikan Tulang Tiga Kehidupan hanya hidup di Kolam Pelebur Tulang. Air Kolam Pelebur Tulang bisa melebur segala kejahatan Tianxia, orang hidup jika menyentuhnya meski setetes, akan langsung berubah menjadi tumpukan tulang putih. Jika roh binatang yang menyentuh, maka akan segera melebur seperti air, Tianxia tidak ada sesuatu pun yang bisa memecahkannya."
"Kau bilang ini adalah Kolam Pelebur Tulang, dan ikan kecil di dalamnya adalah Ikan Tulang Tiga Kehidupan?" tanya Han Sen dengan penuh keheranan.
"Terlihat agak mirip, tapi kolam tulang asli jauh lebih mengerikan. Jika kita dengan konstitusi fisik seperti ini berdiri di tepi kolam tulang sejati, kabut laut yang dikeluarkan air kolam tulang saja sudah bisa mengubah kita menjadi tulang putih." Nyonya Sekejap kembali melirik ikan kecil transparan itu. "Dan ikan transparan ini dibandingkan dengan Ikan Tulang Tiga Kehidupan asli juga terlihat sedikit berbeda, aura kehidupannya tidak murni, tidak suci sempurna seperti Ikan Tulang Tiga Kehidupan."
