Han Sen dan Ji Qing duduk berhadapan di meja. Sepanjang perjalanan masuk, banyak orang yang memberi salam pada Ji Qing, terlihat seperti sudah akrab dengannya.
Dari sini terlihat, di tengah medan gaya terdapat sebuah podium pertarungan. Di atasnya dua orang sedang berhadapan, tapi mereka tidak sedang berkelahi melainkan memainkan Hitam-Putih.
Ji Qing sendiri adalah jagoan Hitam-Putih. Latihan jalan realitas-ilusi ini sebenarnya merupakan bentuk latihan permainan psikologis, bukan sekadar mengandalkan tenaga fisik untuk menang.
Ketangguhan jiwa adalah kekuatan sesungguhnya. Kalau tidak, meski memiliki kekuatan dahsyat sekalipun, hanyalah pihak yang lebih lemah yang membawa senjata api, tak pantas disebut orang kuat sejati.
Ji Qing yang ahli di bidang ini sengaja membawa Han Sen ke sini untuk bermain, ingin menguji sampai di mana ketahanan mental pemuda itu.
"Kak Qing, lama tak kelihatan. Kok malah bawa cowok baru? Pacar barukah? Gonta-ganti pacar cukup cepat ya?" Seorang remaja bergaya trendy mendekat dengan santainya, langsung duduk di sebelah sambil melontarkan canda genit pada Ji Qing.
"Tu Bin, jangan asal menggigit orang. Ini kakak iparku Han Sen, kamu pasti pernah dengar kan? Pahlawan besar yang mengalahkan anggota keluarga kerajaan Shura Yu Jialan, berbeda dengan kalian para pemalas yang hanya makan dan menunggu mati." Ji Qing mengatupkan bibirnya. Ekspresi wajahnya serius meski sorot matanya dipenuhi senyum.
Tu Bin ini adalah putra menteri keuangan. Meski penampilannya agak preman, sebenarnya dia bukan pengganggu sungguhan. Pemuda ternama di lingkaran ini yang kemampuan Hitam-Putih-nya hampir menyamai Ji Qing.
Hubungan mereka memang kerap memanas. Meski tak ada dendam besar, persaingan alami antar pejuang selevel membuat keduanya sering bentrok di arena ini. Hasil pertarungan mereka selalu imbang - tak ada yang mau mengakui kekalahan.
Bukan permusuhan abadi, hanya rivalitas sesaat di dalam lingkaran ini. Begitu keluar pintu, semua kembali normal. Tak ada dendam tersisa, masing-masing melanjutkan aktivitas seperti biasa.
"Waduh, aku benar-benar tak mengenal sosok besar. Ternyata ini Pahlawan Besar Han, maafkan ketidaksopanan saya." Ucapan Tu Bin terdengar berbasa-basi, sulit dibedakan apakah pujian atau sindiran.
"Pergi sana main sendiri, jangan mengganggu di sini." Ji Qing menatap Tu Bin sambil berkata.
"Kalau Kak Ji datang sendirian, pasti sudah kutinggalkan. Tapi hari ini Pahlawan Han datang, kalau tak meminta petunjuk, bukankah itu melewatkan kesempatan emas?" Tu Bin memandang Han Sen dengan ekspresi seolah tersenyum tapi juga menangis: "Bagaimana, Pahlawan Han? Main beberapa ronde? Beri petunjuk pada anak buah ini."
"Sudahlah, aku sudah lama tak main ini." Han Sen menjawab santai.
Tu Bin hendak berbicara lagi ketika tiba-tiba terdengar keributan di pintu masuk arena. Suara gaduh itu sangat keras, sepertinya terjadi sesuatu.
"Ribut apa ini?" Teriakan Tu Bin yang kesal terputus, tapi tak ada yang menghiraukannya.
Meski yang datang ke sini umumnya remaja, tapi tak ada satu pun yang tidak punya latar belakang. Meski latar belakang Tu Bin cukup bagus, namun masih banyak orang di sini yang latarnya jauh lebih tebal darinya.
Han Sen dan Ji Qing ikut melihat ke arah sana. Tampaknya kerumunan orang sedang berduyun-duyun ke tempat itu sambil berteriak-teriak memanggil nama seseorang.
Karena terlalu banyak orang menghalangi pandangan, Han Sen pun mengaktifkan aura Dongxuan untuk melihat langsung sumber keributan itu.
Begitu melihat sumbernya, Han Sen tertegun sejenak. Keributan ini ternyata dipicu oleh seorang yang sangat dikenalnya - Yi Dongmu dari keluarga Yi. Ternyata anggota ini juga datang ke sini, dan tampaknya sangat populer di antara hadirin.
"Memang tidak adil. Pria tampan selalu jadi pusat perhatian di mana-mana," gerutu Han Sen dalam hati. Padahal dirinya adalah pahlawan nasional, tapi nyaris tak ada yang mengenalinya di sini. Sedangkan Yi Dongmu si wajah putih itu malah begitu diminati.
Tapi Han Sen sejenak berpikir ulang, kemudian merasa tidak benar, sambil meraba pipinya bergumam dalam hati: "Tidak mungkin, aku juga pria tampan. Kalau soal ketampanan, mana mungkin kalah dengan Yi Dongmu si wajah putih itu. Kenapa aku tidak dapat perlakuan khusus seperti dia? Apakah remaja zaman sekarang lebih suka tipe sok keren ala wajah putih, tidak menyukai pria secantik diriku yang sesungguhnya?"
Han Sen sedang larut dalam kekesalan diri, tiba-tiba melihat Ji Qing dan Tu Bin juga berdiri, terlihat bersemangat menyaksikan Yi Dongmu yang berjalan menuju podium pertarungan di bagian tengah.
"Qing, lihat apa?" tanya Han Sen bingung sambil menatap Ji Qing.
"Tentu saja melihat Yi Dongmu, siapa lagi?" jawab Ji Qing yang terus mengamati Yi Dongmu yang telah duduk di meja sebelah podium pertarungan. Ia pun ikut duduk setelah sebelumnya berdiri mengamati.
"Apa istimewanya dia?" tanya Han Sen yang masih tak paham.
Meski Han Mu mengakui Yi Dongmu memang agak sedikit keren, di mata orang luar mungkin sedikit lebih tampan darinya, tapi tak perlu berlebihan seperti ini. Ji Qing toh adalah putri keluarga Ji, masak iya dia juga penggemar fanatik Yi Dongmu?
Ji Qing membuka mulut belum sempat bicara, Tu Bin di sampingnya sudah tak sabar langsung berkata: "Wahai Pahlawan Besar Han, meski kau sudah mengalahkan orang Shura dan mengharumkan nama Alliance kami, tapi ucapanmu ini sungguh tak enak didengar. Yi Dongmu itu adalah dewa di Wujian Guan, mengalahkan semua lawan di sistem galaksi pusat. Di kalangan kami, Dewa Yi belum pernah kalah. Walau kemampuan bertarungmu hebat, kalau bicara teknik Hitam-Putih, mungkin kau masih kalah dari Dewa Yi. Yang bisa mengalahkannya cuma Dewa B saja."
Ji Qing sebenarnya juga ingin berkomentar, tapi mendengar ucapan Tu Bin, matanya tiba-tiba berbinar.
Jika jagoan biasa di Wujianguan ini, belum tentu bisa mengalahkan Han Sen. Kalau Han Sen naik ke atas ring melawan Yi Dongmu, pasti bisa memaksa Han Sen menunjukkan kekuatan aslinya. Dengan begini kita bisa melihat sebenarnya seberapa tinggi level kemampuan Han Sen.
Tentu saja, Ji Qing tidak menganggap Han Sen bisa menang dari Yi Dongmu. Dia hanya ingin melihat sampai sejauh mana kemampuan Han Sen.
Memikirkan ini, Ji Qing seketika memicingkan mata indahnya sambil mencibir: "Tu Bin, ucapanmu ini tidak enak kudengar! Kakak iparku bahkan bisa mengalahkan keluarga kerajaan Shura, masa tidak bisa mengalahkan Yi Dongmu?"
Meski mulutnya berkata begitu, dalam hati Ji Qing diam-diam bertobat: "Maafkan hamba, Dewa Yi. Ini terpaksa kulakukan. Tanpa begini, tidak ada cara memaksa Han Sen bertindak. Sebenarnya aku mendukungmu."
Mendengar ini, Tu Bin benar-benar naik pitam. Yi Dongmu di Wujianguan adalah makhluk setara Tuhan, apalagi Tu Bin sendiri adalah teman dekat Yi Dongmu.
Tu Bin langsung melompat berdiri, menepuk-nepuk tangan sambil berseru lantang: "Semua harap tenang, tenang dulu semuanya."
Seketika semua orang memandang ke arah ini, tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Orang yang cukup akrab dengan Tu Bin bertanya: "Bin, apa-apaan ini?"
Tu Bin melompat ke atas kursi, menunjuk Ji Qing dengan jarinya: "Ji Qing, nona besar kita, atau kakak Qing kita, baru saja mengatakan bahwa kakak iparnya, Han Sen ini - pahlawan besar yang mengalahkan Yu Jialan dari keluarga kerajaan Shura - bisa mengalahkan Dewa Yi dalam Hitam-Putih!"
"Siuuu!" Medan gaya langsung dipenuhi siulan, jelas hanya sedikit yang percaya pada kemampuan Han Sen.
