Singa Berambut Merah, Makhluk Batu Bermulut Besar, Kelelawar Hitam, dan Banshee Pedang Melengkung - di bawah aura Dongxuan, setiap gerakan empat makhluk Dewa super ini terprediksi oleh Han Sen.
Setiap serangan, setiap putaran badan, bahkan setiap ayunan kaki mereka, semuanya dalam kendali penuh Han Sen. Seolah mereka bergerak mengikuti rute yang telah dirancangnya. Sensasi ini membuat Han Sen hampir merintih karena kepuasan.
Sejak aura Dongxuan mencapai penyempurnaan, ini pertama kalinya Han Sen menggunakannya sepenuh tenaga. Dengan koordinasi Teknik Terbang, di dalam radius aura Dongxuan, Han Sen bagaikan Tuhan yang sedang mempermainkan takdir.
Empat Makhluk Dewa Super yang kuat tetap tidak mampu menjebak Han Sen. Meski terlihat Han Sen sudah dikepung dengan keras, sorot matanya tetap jernih bagai air. Langkah demi langkah ia melangkah sesuai rencana, sambil terus mengamati keempat Makhluk Dewa Super ini melalui aura Dongxuan.
Dari keempat Makhluk Dewa Super tersebut, tiga di antaranya memiliki tubuh yang dipenuhi Kekacauan. Hanya sang banshee yang menggunakan sepasang pedang melengkung itu yang memiliki aliran aura dalam tubuhnya - tanda bahwa hanya dialah anak dewa super generasi kedua.
Tak ada secuil pun niat membunuh dalam pandangan Han Sen. Ia terus berlari-lindak di antara hutan duri batu dan tembok batu, merobek jejak cakar merah dan kilatan hitam satu per satu.
Sementara itu, pedang-pedang melengkung sang banshee terus meninggalkan luka tak dalam tapi juga tak dangkal di tubuh Han Sen, satu demi satu.
Tiba-tiba, Han Sen menyamping dengan gesit, rambut merah singa yang seperti cambuk melilit banshee pedang melengkung yang mendekat ke arahnya. Kelelawar hitam yang terjun cepat, cakar cahayanya mencabik dinding batu yang tiba-tiba muncul di depan Han Sen.
Empat makhluk Dewa Super tanpa sadar telah dipancing Han Sen ke posisi saling berhadapan, ternyata berubah menjadi situasi saling menyerang.
"Sekarang! Si Perak Kecil, hujat habis-habisan!" teriak Han Sen sambil memanggil malaikat kecil.
Boom!
Si Perak Kecil yang selama ini tiarap di bahu Han Sen akhirnya bergerak, menyemburkan petir ke arah banshee pedang melengkung yang terikat rambut merah. Seketika banshee itu menjerit kesakitan, raganya mati rasa sulit bergerak.
Sorot api spiritual hijau kebiruan berkedip di pupil malaikat kecil, pedang besar transparannya menghujam keras ke leher pucat kehijauan sang banshee.
Dang!
Han Sen yang telah merencanakan ini begitu lama, mengira pasti bisa membunuh banshee pedang melengkung. Tapi saat pedang besar malaikat kecil itu menghantam, tiba-tiba terlihat perisai cahaya muncul di sekujur tubuh banshee.
Pedang besar malaikat kecil menghantam perisai itu. Meski berhasil menghancurkan perisai cahaya hingga berkeping-keping, tenaga serangannya sudah berkurang separuh. Banshee pedang melengkung memanfaatkan waktu saat perisai menahan serangan untuk memulihkan diri dari mati rasa. Dengan menyilangkan dua pedang di depan dada, dia berhasil menahan sabetan keras malaikat kecil.
Han Sen mengerutkan kening. Dari bayangan bangunan, seekor kumbang dengan cangkang berpendar cahaya suci merangkak keluar. Sepasang mata kecilnya yang bundar mengawasi Han Sen dengan tajam.
Bentuk kumbang itu mirip kepik, namun cangkangnya seperti giok memancarkan cahaya suci aneh. Di permukaannya terdapat banyak pola mistis yang terlihat sangat ganjil.
Tubuh Si Perak Kecil memancarkan cahaya petir yang intens, mengeluarkan kilatan-kilatan listrik beruntun yang berusaha memecahkan kepungan empat Makhluk Dewa Super. Namun sebelum kilatan listrik itu menyentuh tubuh para makhluk suci tersebut, tiba-tiba muncul perisai cahaya di udara yang berhasil menghalangi serangan itu sepenuhnya.
"Creek... creek..." Kumbang Cahaya Suci mengeluarkan suara melengking aneh. Cahaya suci di tubuhnya berkedip-kedip, memberikan aura pelindung yang samar pada keempat makhluk suci itu. Lapisan perisai cahaya misterius terlihat mengelilingi tubuh mereka.
Bahkan dengan ofensif luar biasa dari malaikat kecil sekalipun, setelah berhasil menembus perisai cahaya, kekuatannya sudah tidak cukup untuk melanjutkan pembantaian terhadap para makhluk suci tersebut.
"Sial! Kok bisa ada Makhluk Dewa Super kayak gini?" gumam Han Sen dalam hati. Andai bukan karena kehadiran makhluk ajaib ini, pasti dia sudah sukses membunuh banshee pedang melengkung tadi.
Melihat situasi sudah tak bisa dilanjutkan, Han Sen terbang keluar dari lingkaran pertempuran dan langsung menyerbu ke arah Kuil Roh. Jika tak bisa membunuh banshee pedang melengkung, meraih Batu Jiwa tetaplah prioritas utama.
Malaikat kecil dan Si Perak Kecil berhasil menahan beberapa makhluk suci level tinggi itu, memberi kesempatan Han Sen menuju Kuil Roh. Namun baru melangkah dua langkah, bayangan hitam tiba-tiba menyambar. Han Sen refleks menoleh, merasakan hawa dingin di lehernya.
Tangannya meraba leher dan langsung berlumuran darah. Rompi zirah di lehernya sudah terkelupas, meninggalkan goresan merah di kulit. Andai tak bereaksi cepat, mungkin saat ini kepalanya sudah berpindah dari tubuhnya.
"Berani-beraninya merusak tempat perlindungan Kaisar! Nyawamu memang kuat." Dari kejauhan, Kaisar Darah Hantu berbaju hitam itu mengawasi Han Sen dengan mata merah darah yang menyipit. Wajahnya dipenuhi aura dingin khas dunia arwah.
“Nyawaku memang selalu besar.” Han Sen berkata sambil mengayunkan langkah, terus melesat menuju Kuil Roh.
Sorot darah berkilat di pupil Kaisar Darah Hantu. Raganya bergerak, lalu tiba-tiba menghilang.
Pletak!
Meski sudah siaga penuh, Han Sen tak menyadari bagaimana Kaisar Darah Hantu menyelinap ke belakangnya. Kuku runcing bagai pisau belati menyambar punggungnya.
Di jarak sedemikian dekat, meski berusaha menghindar sekuat tenaga, rompi zirah Han Sen terkoyak. Luka sepanjang 30 cm menganga di punggungnya.
"Bagaimana dia bisa mendekatiku?" Han Sen mengerutkan kening diam-diam. Ia bingung, mengapa aura Dongxuan tak bisa mendeteksi pola pergerakan Kaisar Darah Hantu. Seolah sang Kaisar berpindah tempat secara instan.
Tapi Han Sen tahu ini mustahil. Bahkan sosok sekuat Nyonya Sekejap pun tak bisa menggunakan teleportasi secara sembarangan. Kaisar Darah Hantu ini jelas tak lebih kuat dari Nyonya Sekejap. Bagaimana mungkin dia bisa menggunakan teleportasi dengan mudah seperti itu, tanpa tanda-tanda sebelumnya sama sekali?
Tiba-tiba, Han Sen merasakan sesuatu yang tak beres. Tubuhnya mulai terasa tumpul dan lamban, sementara Kaisar Darah Hantu itu hanya berdiri di samping mengawasinya dengan senyum dingin, tanpa melanjutkan serangan.
Hati Han Sen berdesir. Tangannya buru-buru meraba lukanya. Alangkah terkejutnya ketika darah yang tadinya merah segar kini berubah menjadi zat hitam kental. Seketika itu juga dia menyadari bahaya besar yang mengintai.
Kemampuan regenerasinya sangat hebat, ditambah lagi bisa menggunakan teknik penyembuhan mandiri dengan cahaya suci. Luka biasa sebenarnya tak masalah. Tapi kali ini, darahnya seolah terkontaminasi racun mematikan dari Kaisar Darah Hantu.
“Kamu sudah terkena Darah Hantu-ku, dalam seperempat jam darahmu akan mengkristal menjadi batu, itulah akhir hidupmu.” Kaisar Darah Hantu berkata dengan senyum dingin: “Jika kamu mau membawa makhluk-makhluk Super God itu tunduk padaku, aku akan membiarkanmu hidup.”
“Benarkah hanya dengan tunduk padaku kau bisa selamat?” Han Sen bertanya dengan wajah penuh ketakutan, menatap Kaisar Darah Hantu seolah-olah sangat ketakutan.
“Tentu saja.” Kaisar Darah Hantu menjawab dengan suara berhawa dingin.
“Baik, aku bersedia tunduk padamu, cepatlah netralkan racun Darah Hantu di tubuhku!” Han Sen berteriak ketakutan.
“Terima dulu cetak cap jiwa dari aku.” Kaisar Darah Hantu mengulurkan tangan mengeluarkan tongkat kerajaan.
Han Sen mengatupkan gigi, berlutut dengan satu lutut di hadapan Kaisar Darah Hantu, membiarkan batu permata tongkat kerajaan itu mencap dahinya.
