Bukan hanya Yi Dongmu yang ahli teknik pembunuhan siluman, Han Sen juga merupakan pembunuh ulung yang mahir.
Pada saat tongkat kerajaan hampir mencap dahi Han Sen, dia memiringkan kepala untuk menghindari cap tersebut lalu melompat bangkit. Telapak tangannya yang muncul tiba-tiba seperti ular berbisa langsung menyambar dada Kaisar Darah Hantu.
Kaisar Darah Hantu menyeringai dingin penuh cibir, seolah telah mempersiapkan diri. Tangan yang dipenuhi kuku sepanjang pisau belati itu mencengkeram pergelangan tangan Han Sen. Kuku tajamnya menembus baju zirah, langsung mengoyak daging di pergelangan tangan hingga darah segar seketika menggenangi armor.
"Racun darah hantu-Ku sudah merasuk dalam tubuhmu. Aliran darahmu mana mungkin luput dari kendaliku? Berani mencoba membunuh Kaisar ini, itu sama saja mencari mati." Kaisar Darah Hantu mengerahkan tenaga, hendak memutus pergelangan tangan Han Sen seketika.
“Benarkah？” Sorot mata sinis terpancar dari Han Sen. Dengan gerakan cepat, dia mengeluarkan peri mini dari telapak tangannya yang langsung menyemburkan kabut putih ke arah Kaisar Darah Hantu yang berada sedekat jarak sejengkal.
Seketika itu juga, tubuh Kaisar Darah Hantu membeku menjadi balok es raksasa.
“Bunuh!” Han Sen memanggil malaikat kecilnya dari kejauhan. Dengan sekali sabetan pedang, malaikat itu membelah tubuh Kaisar Darah Hantu yang terkunci es menjadi dua bagian.
Tubuh Kaisar Darah Hantu berubah menjadi bintang-bintang cahaya yang beterbangan sebelum akhirnya terserap kembali ke dalam Batu Jiwa.
Begitu Kaisar Darah Hantu mati, energi darah iblis dalam tubuhnya langsung kacau dan diusir oleh Han Sen menggunakan simulasi cahaya suci. Tanpa ragu, Han Sen langsung menerjang ke arah Kuil Roh.
Banshee bersenjata pedang melengkung menjerit sambil menyerbu ke arahnya. Namun sorot mata biru Han Sen yang memancarkan aura mistis tiba-tiba membuat sang banshee membeku selama sekejap mata.
Dalam sekejap waktu Han Sen membeku itu, gemuruh petir bergema di seluruh tubuhnya. Sebuah pukulan menghantam perisai cahaya di luar tubuh banshee pedang melengkung, namun kekuatan gemuruh petir menembus masuk. Tenaga petir yang mengamuk berubah menjadi bulan perak berputar, langsung dihujamkan ke dalam tubuh banshee pedang melengkung.
Aduh!
Petir pontang-panting di tubuh banshee pedang melengkung, raganya gemetar, darah dan amarah kacau-balau. Tak bisa mengontrol, tubuhnya terjatuh ke belakang.
Sorot mata malaikat kecil membara aura pembunuhan. Kedua sayapnya mengepak, merobek udara. Pedang besar transparan di tangannya dengan keras melirik tajam, sabetan pertama membelah perisai cahaya. Sabetan berikutnya memenggal kepala banshee pedang melengkung ke langit, darah menyemprot ke segala penjuru.
"Pemburuan Banshee Kejam selesai. Tidak memperoleh roh binatang. Daging bisa dimakan. Dapat mengumpulkan Esensi Gen Kehidupan. Penyerapan akan menambah 0 hingga 10 point Super Gen Tuhan secara acak."
Han Sen memanggil Elang Kucing Spiritual dan menyuruhnya menelan daging Banshee Kejam, sementara dirinya sendiri terus bergerak lincah menerjang Kuil Roh.
Sekarang situasi di dalam perlindungan telah berubah menjadi tiga lawan empat. Malaikat Kecil dan yang lain dengan mudah menahan empat Makhluk Dewa Super, sementara Han Sen memimpin dari depan dan menerobos masuk ke dalam Kuil Roh.
Di dalam kuil tersebut terdapat patung dewa yang menyerupai Asura-Yasha. Di tengah dahinya terdapat Batu Jiwa berwarna darah gelap. Namun saat Han Sen melihat batu itu, ia merasa ada sesuatu yang tidak beres.
Batu Jiwa itu sama sekali tidak memiliki vitalitas, juga tidak ada jiwa yang sedang berkembang di dalamnya - sepertinya hanyalah benda mati biasa.
Dengan gesit ia melompat ke patung tersebut, mencabut Batu Jiwa dengan satu tangan. Benar saja, Kaisar Darah Hantu tidak muncul. Saat ia memecahkan batu itu dengan tangan lainnya, tetap tidak terasa aura pembunuhan terhadap Kaisar Darah Hantu.
“Sialan, ini bukan Kuil Roh.” Han Sen diam-diam mengutuk. Jika ini bukan kuil roh sesungguhnya, maka di dalam perlindungan yang luas ini, mencari kuil roh yang sengaja disembunyikan Kaisar Darah Hantu pasti bukan hal yang mudah.
Han Sen melesat keluar dari aula, mengaktifkan aura Dongxuan menyusuri jalan besar perlindungan dengan gesit. Tapi sedetik pun berlalu, sama sekali tidak ditemukan aura Kaisar Darah Hantu maupun Batu Jiwa.
“Sialan!” Han Sen bergumam dalam hati. Tapi setelah menghitung waktu, jika tidak segera pergi, makhluk-makhluk Dewa Super itu mungkin akan segera kembali. Dia paling banyak hanya punya seperempat jam untuk mencari Kuil Roh.
Tapi Han Sen tidak melanjutkan pencarian. Desain Kaisar Darah Hantu pasti menyembunyikan Kuil Roh sesungguhnya dengan sangat terperinci, jelas bukan sesuatu yang bisa ditemukan dalam jangka pendek.
Daripada membuang-buang waktu terakhir, lebih baik saat nilainya tinggi membunuh beberapa ekor Makhluk Dewa Super lagi.
Rambut Merah Singa sedang bertempur sengit dengan Si Perak Kecil, sementara Kelelawar Hitam terus mengganggu Malaikat Kecil. Iblis Wanita itu berkonfrontasi dengan Monster Batu Mulut Besar. Meski kekuatan Malaikat Kecil dan kawanannya lebih unggul, kehadiran Kumbang Santo yang terus-menerus memperkuat perisai cahaya membuat mereka tak kunjung mendapat keuntungan.
Melihat Elang Kucing Spiritual yang sudah melahap separuh lebih daging Banshee Kejam, Han Sen memanggil Lonceng Kematian dan melemparkannya langsung ke genangan darah yang mengalir dari sang banshee.
Lonseng logam biru itu jatuh ke dalam kubangan darah. Seketika, darah mulai mengalir deras ke dalam lonceng kecil itu bagai disedot penyedot debu, hingga habis tak bersisa dalam sekejap mata.
Lonseng logam yang semula biru itu seketika berubah menjadi merah darah. Di permukaannya, simbol-simbol darah berkedip-kedip sementara dentang lonceng samar mulai terdengar.
Tidak ada waktu untuk melihat detail, Han Sen memanggil Tyrannosaurus Thrust Api dan langsung menyerang Kumbang Cahaya Suci itu. Tanpa mengeliminasinya, akan terlalu sulit untuk membunuh Makhluk Dewa Super manapun.
Apalagi Han Sen sudah merasakan dengan jelas bahwa Kumbang Cahaya Suci adalah anak dewa super generasi kedua, dengan aura yang beredar di dalam tubuhnya.
Kumbang Cahaya Suci melihat Han Sen mendekat, langsung berbalik dan kabur, keempat kakinya merangkak dengan cepat.
Han Sen membeku sejenak. Secara logika, dia sedang dalam periode lemah dengan aura yang sudah sangat redup. Sebagai Makhluk Dewa Super, seharusnya Kumbang Cahaya Suci tidak takut padanya.
Tapi kenyataannya Kumbang Cahaya Suci malah menghindarinya, membuat hati Han Sen berdebar penuh pertanyaan.
“Kumbang Cahaya Suci ini terus memberi perisai cahaya pada makhluk suci super lainnya, tapi dirinya sendiri tidak ikut bertempur. Mungkinkah kekuatan dasarnya sebenarnya lemah? Tidak punya kemampuan tempur yang kuat?” Pikiran ini membuat Han Sen bersemangat, mempercepat langkahnya mengejar Kumbang Cahaya Suci.
Kumbang Cahaya Suci berlari semakin cepat, kecepatannya benar-benar level makhluk suci super. Han Sen sementara tidak bisa mengejarnya.
Sambil lari, Kumbang Cahaya Suci menoleh ke belakang sambil menunjukkan ekspresi mengejek ke arah Han Sen.
Saat makhluk itu menoleh, Han Sen memanggil Topeng Mata Hantu. Sorot mata birunya yang mistis langsung membuat Kumbang Cahaya Suci terlihat bingung, tubuhnya berhenti, bahkan cahaya sucinya memudar.
"Mati!" Dengan menguras vitalitasnya, Han Sen melancarkan pukulan BIG THUNDER FIST ke tubuh Kumbang Cahaya Suci.
Dentuman gemuruh petir yang membosankan, satu putaran matahari perak petir dihujamkan ke dalam raga Kumbang Cahaya Suci, langsung membuatnya menjerit creek-creek, kilatan-kilatan petir menyelinap keluar dari celah cangkangnya.
"Malaikat kecil!" Han Sen melihatnya belum mati, segera memanggil malaikat kecil mendekat. Malaikat kecil itu menggenggam erat pedang dengan kedua tangan, menusukkan dengan keras ke bawah, langsung menembus celah cangkang Kumbang Cahaya Suci hingga tembus.
"Pemburuan Kumbang Perisai Cahaya Suci, tidak memperoleh roh binatang, daging bisa dimakan, dapat mengumpulkan esensi gen kehidupan, penyerapan bisa mendapatkan 0 hingga 10 point super gen Tuhan secara acak."
“Lagi-lagi tidak dapat roh binatang, kenapa hari ini hoki-ku sial begini!” Han Sen teringat perjanjian awal dengan Wang Yuhang bahwa dia harus memilih roh binatang terlebih dahulu kali ini, langsung paham: "Jawaban apaan itu, seharusnya tidak perlu bilang mau kasih paman kecil pilih roh binatang duluan. Dengan sialnya dia, mana mungkin bisa dapat roh binatang!"
