"Benar-benar tidak ada cara sama sekali?" Han Sen mengerutkan kening bertanya.
Orang-orang yang terjebak selama ini, bahkan ada yang sudah puluhan tahun, jika mereka benar-benar tidak punya petunjuk, Han Sen memperkirakan dirinya juga akan sulit menemukan akar masalahnya.
Wang Jiangang merenung sejenak: "Bukan berarti sama sekali tidak ada cara. Selama kami terjebak di sini, kami menemukan satu kemungkinan, tapi kemungkinan ini hampir sama dengan tidak ada."
"Maksudnya bagaimana?" tanya Han Sen dengan bingung.
Wang Jiangang menunjuk ke arah Pohon Raja Setan Malam: "Pada malam hari, serangga setan malam akan mengirim nektar yang mereka kumpulkan ke Pohon Raja itu untuk memberi makan monster-monster di dalamnya. Dari pengamatan kami, monster-monster itu sepertinya memiliki kemampuan mengendalikan pohon dan serangga setan. Mungkin dengan membunuh monster-monster itu, kita bisa kabur dari hutan ini. Tapi monster-monster itu sendiri sangat kuat, ditambah kami sama sekali tidak berani mendekati Pohon Raja Setan Malam. Kalau tidak, kami akan cepat menua dan mati. Jadi solusi ini sama saja dengan tidak ada."
“Lalu sebenarnya monster macam apa itu?” Mendengar ini, Han Sen justru penasaran bertanya.
"Pohon Raja Setan Malam berbeda dengan pohon setan biasa. Buah yang dihasilkannya tidak mengandung larva setan, melainkan makhluk mengerikan menyerupai kelelawar. Setiap buah berisi satu ekor. Pada malam hari mereka keluar untuk memakan nektar yang diantarkan serangga setan, gerakannya sangat cepat sampai-sampai kami hampir tak bisa melihat orbit pergerakannya." Liu Fang menjelaskan.
Setelah mengobrol lebih lama dengan mereka, Han Sen memutuskan menunggu malam untuk menyaksikan sendiri kehebatan monster-monster hasil kesuburan Pohon Raja Setan Malam.
Tibalah malam hari. Awalnya Han Sen berencana meninggalkan Zero di markas dan pergi sendirian mengamati pohon raja itu. Namun Zero diam-diam mengikuti dari belakang Han Sen, tak peduli bagaimana Han Sen membujuknya, tetap tak berguna.
Han Sen terpaksa membawanya bersama. Lagipula, Han Sen hanya ingin mengamati situasi dari kejauhan, jadi tidak ada masalah besar.
Bunga-bunga bercahaya bermekaran di mana-mana, diselimuti ribuan serangga malam yang beterbangan. Meski gelap, jarak pandang justru sangat jelas. Han Sen membawa Zero menuju lokasi Pohon Raja Setan Malam.
Para penghuni markas telah melihat terlalu banyak pendatang baru yang terjebak di sini. Mereka tahu percuma melarang mereka pergi. Tak ada yang berkomentar, kecuali Liu Fang yang terus-menerus mengingatkan: "Jangan mendekati Pohon Raja Setan Malam dalam radius seribu meter!"
Han Sen mengangguk setuju. Dengan Zero di sampingnya, ia menyusuri jalur terbang serangga malam menuju Pohon Raja Setan Malam. Tak lama, mereka telah berada di sekitar lokasi itu.
Di tubuh raksasa bak bukit itu, kuntum-kuntum raksasa bunga bercahaya merekah. Di pusat setiap mahkota bunga, seekor kelelawar hitam tergantung terbalik seperti buah yang ranum.
Jutaan serangga malam menyuapkan nektar ke dalam bunga cahaya malam raksasa. Ketika simpanan nektar mencapai tingkat tertentu, cairan itu mengalir mengikuti kelopak bunga menuju kelelawar-kelelawar hitam, lalu diserap masuk ke mulut mereka.
Setelah mendengar penjelasan Liu Fang dan kawan-kawan, Han Sen terus memantau energi vital dalam tubuhnya dengan saksama. Namun yang aneh, sama sekali tidak terasa adanya kebocoran energi kehidupan darinya.
Seandainya benar seperti yang dikatakan Liu Fang bahwa pohon malam biasa pun menyerap vitalitas - sekecil apapun jumlahnya - aura Dongxuan milik Han Sen seharusnya bisa mendeteksi proses tersebut.
Tapi kenyataannya tidak ada indikasi kebocoran energi vital sama sekali. Hal ini membuat Han Sen tak kuasa mengerutkan keningnya.
Memperkirakan jaraknya dengan Raja Pohon Malam yang sekitar seribu meter lebih, Han Sen ragu sejenak. Ia menyuruh Zero tetap di tempat, sementara dirinya melangkah memasuki zona radius kilometer tersebut.
Tapi Zero juga mengikuti langkahnya mendekat. Han Sen pun merasa pasrah. Meski Zero sekarang sudah lebih ceria, tapi begitu dia memutuskan sesuatu, tidak ada yang bisa mengubah isi hatinya.
Dengan Zero di sisinya, Han Sen tidak berani terlalu jauh masuk. Dengan hati-hati dia melangkah maju, memperhitungkan jarak ke Pohon Yeguishu. Sepertinya sudah mendekati cakupan seribu meter.
Tiba-tiba, Han Sen merasakan energi vital dalam raganya seperti meluap tak terkendali. Langsung dia menarik Zero mundur. Setelah mundur belasan meter, aliran energi vital baru mereda dan berhenti keluar dari tubuh.
"Memang ada yang aneh." Han Sen diam-diam terkejut. Dengan tenaganya yang besar, ternyata dia tidak bisa mengendalikan energi vital sendiri. Ini benar-benar sulit dibayangkan.
Han Sen sedang bergolak pikiran, tiba-tiba melihat Zero justru berjalan mendekati Raja Pohon Yeguishu. Langsung panik: "Zero, kamu mau apa? Cepat kembali!"
Tapi Zero sama sekali tidak menoleh, langsung masuk ke dalam cakupan seribu meter pohon raja setan malam. Han Sen hampir-hampir ingin menerobos masuk untuk menangkapnya keluar.
Tiba-tiba dia melihat rambut hitam panjang Zero mulai berubah menjadi ungu. Di kepalanya perlahan muncul sepasang tanduk melengkung ungu, perlahan berubah menjadi tubuh Asura.
Han Sen menatap Zero dengan jantung berdebar kencang, tidak mengerti apa sebenarnya yang terjadi. Kenapa Zero bisa otomatis mendekati pohon raja setan malam? Kenapa bisa berubah menjadi tubuh Asura?
"Zero, kamu sedang apa? Cepat kembali ke sini!" teriak Han Sen dengan lantang ke arah Zero.
Tapi Zero sama sekali tidak menghiraukan Han Sen, terus berjalan lurus ke arah pohon raja setan malam. Rambut panjangnya telah berubah menjadi ungu yang menjuntai ke tanah, sepasang tanduk ungu melengkung memancarkan cahaya ungu redup.
Han Sen segera memanggil topeng mata hantu untuk mengamati aura kehidupan pada tubuh Zero. Anehnya, aura kehidupan Zero berkobar seperti api, namun sama sekali tidak menyebar keluar tubuh maupun menunjukkan tanda-tanda kebocoran.
"Ada apa ini?" Hati Han Sen berdebar kencang. Zero ternyata tidak tersedot aura kehidupannya - hal yang bahkan tidak bisa ia lakukan sendiri.
Han Sen menghentikan langkahnya. Karena Zero sementara tidak dalam bahaya, ia memutuskan untuk tidak menerobos masuk dan menarik paksa Zero keluar. Ia ingin mengamati apa sebenarnya tujuan Zero.
Kekuatan Zero membuat Han Sen terpana. Sudah lama ia tidak menyaksikan transformasi Zero ke wujud Asura. Kini saat menyaksikan status Asura-nya, aura kehidupannya ternyata tidak kalah dengan makhluk dewa super - jauh lebih kuat dibanding wujud manusianya.
Seolah mendeteksi kehadiran Zero, kawanan kelelawar mengerikan dari bunga raksasa sang Raja Pohon Setan Malam berteriak histeris. Dengan wajah yang mengerikan, mereka menerjang Zero bagai kobaran api hidup.
Jumlah kelelawar-kelelawar itu sangat banyak, setidaknya mencapai 200-300 ekor. Melihat energi vital mereka, ternyata setiap ekor mendekati level Makhluk Dewa Super, meski sedikit lebih lemah.
Jika dibandingkan, mereka mirip evolusioner yang menggunakan cairan Asura - tipe yang telah membuka kunci gen.
Serangan massal kelelawar raksasa ini membuat Han Sen cemas, namun di detik berikutnya kekhawatirannya berubah menjadi teror.
Saat kawanan kelelawar mengerikan dengan taring putih berkilau itu hampir menerjang Zero, tiba-tiba tangan halusnya bergerak lincah. Kedua tangannya menggenggam erat kelelawar terdepan, lalu merobeknya menjadi dua bagian. Darah hitam menggenangi lantai.
Han Sen belum pernah melihat penampilan Zero dalam kondisi Asura bertarung sepenuh hati. Kini ia tertegun seperti patung menyaksikan satu per satu kelelawar raksasa itu tercabik-cabik dengan tangan kosong Zero. Tak seekor pun yang mampu melawannya.
Adegan pertempuran liar bak naluri primitif itu menciptakan getaran merinding yang menggigilkan tulang sumsum.
