"Chu Ming, bercanda apa pagi-pagi begini? Cepat mandi dan siap-siap kerja!" Qu Lanxi berjalan keluar dari pondok kayu sambil berbicara. Matanya langsung menatap ke arah Pohon Naga Darah, lalu ia terkesiap membelalakkan mata dan membiarkan bibir mungilnya menganga lama tak tertutup.
“Pohon darah naga... bagaimana bisa bertunas...” Qu Lanxi barulah menyadari setelah beberapa saat, lalu dengan bersemangat berlari ke depan pohon darah naga. Matanya menatap cabang tua yang sudah mengering itu, dimana ternyata muncul beberapa tunas-tunas muda.
Meski hanya ada beberapa tunas di satu cabang tua ini, maknanya sungguh luar biasa. Ini membuktikan pohon darah naga purba tidak mati, dia masih bertahan hidup.
Selama masih hidup, berarti bisa ditanam kembali. Ada kesempatan untuk menumbuhkan buah darah naga.
Han Sen juga keluar dari pondok. Melihat tunas baru di cabang tua itu, vitalitas di dalamnya memang telah bangkit - benar-benar kayu kering bertemu musim semi lagi.
Qu Lanxi dan Chu Ming berdiskikan dengan penuh semangat, sangat gembira dengan kebangkitan pohon darah naga purba ini.
Han Sen mendekati pohon itu. Tangannya meraba batang pohon darah naga purba, merasakan vitalitas di dalamnya. Tanpa disadarai, alisnya berkerut halus.
Vitalitas Pohon Kuno Darah Naga memang telah bangkit, mungkin akan ada lebih banyak cabang tua yang bertunas. Namun setetes air di dalamnya sudah terkuras habis. Sekadar bertunas tidak akan membuatnya berbuah.
Benih gen biasa umumnya bisa berbuah dalam beberapa bulan per musim. Makhluk purba bisa berbuah sekali dalam 1-10 tahun.
Benih gen bermutasi ini baru bisa berbuah setelah lebih dari seratus tahun. Meski pohon darah naga ini hidup kembali, dulu makhluk roh tua itu hanya menanamnya selama 80-90 tahun. Masih diperlukan setidaknya belasan tahun lagi hingga pohon ini berbuah.
Sekarang meski hidup kembali, jika tidak dirawat hingga masa berbuah, kebangkitannya sia-sia. Tidak lama lagi akan layu kembali.
Belum dua hari, Pohon Kuno Darah Naga mengalami kebangkitan menyeluruh. Cabang-cabang tua semua mengeluarkan tunas baru, sepertinya akan mulai tumbuh kembali.
Namun setelah dua hari berikutnya, Qu Lanxi dan Chu Ming menemukan tunas-tunas muda itu mulai menguning dan layu, beberapa bahkan mulai rontok.
“Sial! Pohon Kuno Darah Naga ini kenapa mau mati lagi?” Chu Ming panik.
Qu Lanxi tersenyum pahit sambil berkata: “Meski tak tahu karena alasan apa Pohon Kuno Darah Naga ini hidup kembali, tapi tanpa pasokan nutrisi, dia tetap akan mati lagi. Kecuali kita bisa mendapatkan darah Ular Sisik Darah untuk menyiramnya, kalau tidak pohon ini akan cepat layu.”
Mendengar ini, Chu Ming langsung seperti bola karet yang kempes, berkata dengan frustasi: “Ini bukan sukacita palsu? Di mana kita bisa cari darah Ular Sisik Darah? Makhluk roh senior itu kan setara level Ksatria dengan Qingming Knight, punya bentuk immortalitas sempurna, tapi tetap tewas di hutan belantara duri. Kalau kita berburu ular itu di sana, pasti mutlak tak mungkin selamat.”
Qu Lanxi jelas-jelas juga kecewa: "Kudengar di dalam Hutan Duri terdapat misteri besar, bahkan Tuan Ksatria Qingming, bangsawan makhluk roh itu pun tidak berani menyelami lebih dalam. Selama bertahun-tahun makhluk roh tua itu masuk-keluar Hutan Duri, hanya berjalan di area pinggiran, namun akhirnya tetap mengalami musibah."
Chu Ming mengangguk: "Aku juga dengar dari para makhluk roh, di dalam Hutan Duri terdapat sesuatu yang mistis. Bahkan jika makhluk roh masuk sekalipun, sangat sulit untuk bertahan hidup. Meskipun Batu Jiwa berada dalam perlindungan, tetap bisa meledak tanpa alasan."
Keduanya sama-sama bingung. Berburu ular bersisik darah di Hutan Duri jelas merupakan tindakan yang tidak rasional. Apalagi mereka memang tidak memiliki kekuatan sehebat itu.
Tapi melihat pohon gen bermutasi yang baru saja beregenerasi di pekarangan rumah mereka, harus menyaksikannya mati kembali. Harapan yang baru muncul akan sirna lagi, membuat hati mereka tersiksa.
Han Sen tiba-tiba berkata: "Aku sedikit mengerti cara merawat pohon, boleh mencoba merawat pohon darah naga ini."
Chu Ming langsung mencibir: "Pergi sana! Jangan ikut-ikut mengacau. Kamu pemula yang baru datang ke Perlindungan Ketiga, mana paham menanam pohon gen? Kira ini menanam poplar di Alliance? Cukup gali lubang dan siram air lalu hidup?"
Qu Lanxi memandang Han Sen: "Benarkah kamu bisa merawat pohon?"
Han Sen menjawab: "Dulu aku pernah belajar dari seorang Professor yang meneliti tumbuhan perlindungan. Tapi itu di Perlindungan Pertama, entah apakah berguna untuk pohon gen di Perlindungan Ketiga. Tapi kalian memang tak punya cara lain, lebih baik biarkan aku mencoba. Anggap saja kuda mati diobati seperti kuda hidup."
"Professor yang mana yang kamu maksud?" tanya Qu Lanxi lagi.
"Professor Sun Minghua." Han Sen menjawab langsung. Saat itu ketika melindungi Sun Minghua, dia memang belajar banyak hal darinya, meskipun hanya metode identifikasi tumbuhan. Tentang cara menanam pohon, pasti tidak pernah diajarkan.
Alasan Han Sen ingin mencoba adalah karena ingin mengandalkan tetes air vitalitas yang dikeluarkan kristal mistis.
"Professor Sun Minghua, beliau memang profesor senior yang layak dihormati. Jarang ada profesor yang benar-benar fokus pada ilmu pengetahuan. Tidak kusangka kau adalah muridnya." Qu Lanxi memandangi Han Sen dengan terkejut.
Han Sen cepat-cepat menggelengkan tangan: "Aku bukan murid Professor Sun, hanya belajar sedikit darinya."
Qu Lanxi tidak memperpanjang masalah ini. Dia menunjuk Pohon Naga Darah Purba: "Menurutmu, tanpa darah ular bersisik darah, adakah cara untuk menghidupinya? Jika memungkinkan, meski tidak berbuah pun tidak apa, yang penting bisa bertahan hidup."
“Kakak Lanxi, kamu benar-benar percaya padanya? Mana ada cara menumbuhkan pohon tanpa menyiram darah monster, ini hal yang mustahil.” kata Chu Ming.
“Mengingat kita tidak punya cara lain, tidak ada salahnya memberi Sanshi kesempatan mencoba.” ujar Qu Lanxi.
Han Sen berpura-pura mendekati Pohon Naga Berdarah, mengelilinginya sambil mengamati, lalu berkata pada Qu Lanxi: “Aku akan mencoba sepengetahuan yang kumiliki. Tapi jika aku benar-benar berhasil menghidupkannya, apakah utangku karena menghancurkan Pohon Pedang Giok Hitammu bisa dihapus?”
“Kalau kau benar-benar bisa menghidupkannya, kita tidak perlu bicara soal utang. Bahkan jika nanti bisa dijual dengan harga bagus, kau akan mendapat bagian.” jawab Qu Lanxi.
“Baiklah, aku akan mencoba sebisaku. Semoga ada sedikit hasil.” Han Sen mengangkat ember dan bergegas keluar.
“Mau ke mana?” Chu Ming segera memanggilnya.
“Aku akan mengambil air dari sungai dekat sini, sebentar lagi kembali.” sahut Han Sen.
“Kamu mengambil air untuk apa? Jangan-jangan kamu mengira Pohon Kuno Darah Naga bisa dihidupkan dengan disiram air?” Mata Chu Ming membelalak.
“Benar. Karena tidak ada darah makhluk bersisik darah, terpaksa pakai air saja.” Han Sen tersenyum.
Chu Ming langsung geram: “Ini Bualan! Ini pohon gen bermutasi, bukan pohon Yang di Alliance! Bohong! Ada gunanya disiram air?”
“Kalau tidak disiram, apa kalian punya darah hewan?” Han Sen balik bertanya.
Chu Ming tercekat. Jangankan darah makhluk bersisik darah, darah makhluk biasa pun mereka tak sanggup sediakan.
Simpanan mereka sudah habis untuk Pohon Pedang Giok Hitam. Kini mereka miskin tapi kikuk. Sebelum kebun buah berbuah musim ini, tak ada sisa tenaga untuk membeli darah hewan.
“Kakak Lanxi, kamu biarkan dia berbuat semaunya? Menyirami Pohon Darah Naga, ide gila macam apa itu? Kalau ini bisa hidup, aku Chu Ming bersedia memanggilnya 'Kakek'.” Chu Ming menggerutu sambil melihat Han Sen pergi ke tepi sungai membawa ember.
“Tak ada ruginya memberi kesempatan dia mencoba.” Qu Lanxi tersenyum.
