Han Sen berjalan menuju sungai sambil membawa ember. Tujuannya bukan sekadar pura-pura, tapi untuk melakukan beberapa percobaan.
Meski masih punya dua tetes air kristal, Pohon Kuno Darah Naga menyerap satu tetes hanya dalam dua hari. Dua tetes tersisa ini entah akan bertahan berapa hari.
Maka Han Sen bersiap sejak dini, berencana mencari beberapa tanaman genetik lain untuk diuji – bisakah kristal hitam menyerap energi kehidupan mereka dan mengkristalkan tetes air baru?
Tanaman genetik di area perlindungan semuanya sudah ada pemiliknya. Tentu Han Sen tak mungkin mengambilnya untuk percobaan.
Untungnya Han Sen pernah mendengar dari Qu Lanxi bahwa Sungai Yulin ini berasal dari hutan belantara berduri, yang kadang menghanyutkan benih-benih gen ke tepian sungai lalu tumbuh di sana.
Namun sebagian besar benih gen yang muncul hanya kelas biasa. Tanaman genetik yang tumbuh pun tidak dirawat dengan baik, sehingga biasanya tidak mungkin berbuah dan tidak berguna. Orang lain pun malas melakukan transplantasi.
Sebenarnya, tujuan Han Sen mengambil air di tepi Sungai Yulin adalah untuk mengincar tanaman genetik liar yang tumbuh di sana.
Sambil membawa ember berjalan perlahan ke tepi sungai, luka di tubuh Han Sen belum sembuh total. Dia juga tidak boleh terlalu memaksakan diri. Tanpa terburu-buru, dia memanggil Miao Jun dan mengendarai kucing mutan yang sedang dalam status pertempuran itu menuju Sungai Yulin.
Tidak berjalan lama, terlihatlah sungai yang berkilau seperti pita giok. Sungai Yulin itu lebarnya mencapai tiga hingga empat zhang, alirannya tidak terlalu deras. Di kedua tepinya tumbuh banyak tanaman yang menghijau lebat, diselingi beberapa bunga liar.
Meski tanamannya banyak, sebagian besar hanyalah tumbuhan biasa, bukan tumbuhan gen.
Meski Han Sen tidak mengenali mana yang termasuk tumbuhan gen, namun kemampuan persepsinya terhadap aura kehidupan masih tersisa. Bahkan tanpa mengenali pun, cukup mudah membedakannya.
Sekalipun itu tumbuhan gen biasa yang paling primitif dan tumbuh liar, energi vitalnya tetap jauh lebih kuat dibanding tumbuhan biasa.
Han Sen turun dari punggung Miao Jun. Ia menyusuri tepian sungai perlahan ke arah bagian bawah. Miao Jun yang telah kembali ke status hewan peliharaan, mengikuti di sisinya dengan langkah santai.
"Miao Jun, Miao Jun, andai tahu situasi di sini akan sesulit ini, aku pasti membawa Taiyin, Taiyang, dan Dewa Laut bersama. Meski kemampuan bertarung mereka di Perlindungan Ketiga terbatas, setidaknya bisa membantu pekerjaan ringan, mengurut bahuku dan memijat punggungku, menemani obrolan juga hal yang baik." Han Sen berbicara sambil berjalan, kini hanya Miao Jun yang mendengarkannya.
"Meong!" Miao Jun mengeong ke arah Han Sen, seolah menyetujui ucapannya.
Han Sen tertegun sejenak. Entah ilusi atau tidak, ia merasa Miao Jun kini lebih spiritual dibanding masa lalu yang tak pernah meresponsnya.
Tapi logikanya mustahil. Miao Jun hanyalah hewan peliharaan dari Perlindungan Pertama dengan kemampuan dan kesadaran yang sangat terbatas.
Alasan Han Sen membawanya lebih karena kebiasaan setelah lama bersama, bukan karena kehebatan atau kecerdasan istimewa.
Tidak berjalan jauh, Han Sen menemukan tumbuhan dengan vitalitas yang sangat kuat. Ia segera mendekat dan berjongkok untuk mengamati lebih detail.
Tampak seperti sayuran liar yang tumbuh di tepi sungai. Memiliki tujuh delapan helai daun bergerigi sepanjang 30 cm, dengan tiga batang seukuran kelingking di tengahnya. Di ujungnya mekar tiga bunga putih kecil yang mengeluarkan aroma liar seperti bunga dan rumput liar.
"Dilihat dari vitalitasnya, ini pasti tanaman gen biasa." Han Sen menekan salah satu daun sambil mengamati kristal hitam di laut jiwanya: "Kristal hitam, kristal hitam, tunjukkan lagi kewibawaan ilahimu. Hidup enak atau tidak kali ini semuanya tergantung padamu."
Saat Han Sen diam-diam berdoa, kristal hitam itu mulai bergetar. Kembali berubah menjadi lubang hitam yang dengan gesit menyerap energi vital dari tanaman gen tersebut.
Hanya dalam sekejap mata, tumbuhan gen itu sudah layu seperti rumput kering, menyusut sangat drastis seolah sudah dicabut dan dijemur di bawah matahari selama beberapa hari.
"Benar-benar berhasil!" Han Sen langsung berseri-seri tak bisa menyembunyikan kegembiraannya, matanya tak lepas mengamati perubahan kristal hitam itu.
Setelah kristal hitam kembali normal, terlihat memang ada tetesan air baru yang dikeluarkan. Namun tetesan ini lebih kecil dari tiga tetesan sebelumnya, kira-kira hanya sepertiga ukurannya. Energi vital di dalamnya juga setara dengan sepertiga dari sebelumnya.
Tapi selama ini bisa berhasil, Han Sen sudah merasa sangat puas. Mana sempat memikirkan masalah jumlah yang sedikit itu.
Dengan penuh semangat Han Sen melanjutkan pencarian tumbuhan gen sepanjang tepi sungai. Karena makhluk mutan dan roh tidak membutuhkannya, banyak tumbuhan gen yang masih tersisa di sana.
Han Sen berjalan sekitar dua tiga li jalan, berhasil menemukan lima tumbuhan gen. Menggunakan kristal hitam untuk menyerap energi vital mereka, berubah menjadi lima tetesan air.
Lima tetesan air ini ukurannya berbeda-beda. Namun yang terbesar hanya setengah ukuran dari tiga tetesan di Pedang Giok Hitam sebelumnya.
Di antara lima tetesan ini, yang terbesar dua kali lipat lebih besar dari yang terkecil.
"Aneh, sebenarnya ada apa ini? Tumbuhan gen biasa yang sama, energi vitalnya juga hampir serupa, mengapa perbedaannya begitu besar di antara mereka?" Han Sen kebingungan, namun sulit memahaminya saat ini.
Melihat kondisi diluar masih terang, Han Sen melanjutkan langkah ke depan, bermaksud mencari beberapa tumbuhan gen lagi.
Baru berjalan dua tiga meter, Han Sen kembali melihat tanaman rambat air tumbuh di tepian sungai, tepat di wilayah yang berbatasan langsung dengan aliran air. Batang dan daun ungu-cokelatnya hanya sepanjang satu meter lebih, menempel di tepian sungai. Saat angin bertiup dan arus air menggelora, sebagian tubuhnya kerap tenggelam.
Meski tampak biasa, Han Sen merasakan energi vital yang istimewa dari tanaman ini, jauh lebih kuat dibanding lima tanaman gen sebelumnya. Dari inti kehidupannya bahkan terpancar getaran aneh yang samar-samar.
"Jangan-jangan ini tumbuhan dari benih gen level purba?" Hati Han Sen berdesir gembira. Saat hendak mendekat, tiba-tiba Miao Jun di samping kakinya berubah ke status pertempuran. Bulunya mengembang sambil menggeram parau ke arah tepian air, seolah memberi peringatan bahaya.
Han Sen langsung menghentikan langkah kakinya, berdiri di sana diam tanpa bergerak, namun matanya terus mengawasi area di sekitar tanaman air rambat.
Meski kemampuannya merasakan melemah akibat luka parahnya, setelah mengamati dengan seksama, ia segera mendeteksi pancaran energi vital yang sangat mengerikan dari dalam air di dekat tanaman rambat ungu itu - intensitasnya jauh melampaui Makhluk Dewa Super manapun yang pernah ia temui di Perlindungan Kedua.
Dengan mata yang menyipit, terlihat bayangan kabur seukuran tinju di air keruh di samping tanaman rambat itu. Tanpa pengamatan mendetail, bayangan ini hampir tak terlihat dan mudah dikira sebagai bayangan daun tanaman air.
Namun setelah diamati lebih cermat, jelas terlihat bahwa itu adalah makhluk hidup. Bentuk bayangannya samar-samar menyerupai katak puru raksasa yang bersembunyi di balik lumpur.
Energi vital yang terpancar dari makhluk itu membuat Han Sen sama sekali tak bisa meremehkannya.
