Setiap hari Han Sen pergi ke tepi sungai mengambil air, tapi sebenarnya lebih banyak mencari tumbuhan gen liar di pinggir sungai.
Awalnya di area dekat masih bisa menemukan beberapa batang, tapi belum beberapa hari, sekitar sini sudah habis. Han Sen terpaksa menunggangi Golden Roar ke bagian bawah sungai yang berjarak puluhan kilometer.
Meski begitu, tumbuhan gen yang bisa ditemukan semakin hari semakin sedikit.
Tapi dalam jarak 30-40 li ini, Han Sen justru menemukan 41 tumbuhan gen. Selain akar air ungu yang dijaga kodok itu, sisanya adalah gen biasa. Setelah diserap, menghasilkan tetesan air berukuran berbeda sebanyak 40 tetes.
Adapun akar air itu, Han Sen sama sekali belum menemukan kesempatan untuk menyerang. Setiap kali lewat, dia selalu melirik dua kali, tapi kodok itu terus ada di situ. Beberapa kali Han Sen bahkan melihatnya merangkak keluar dari dalam air.
Itu adalah kodok besar hijau-kuning dengan tubuh penuh tonjolan seperti koin tembaga. Setelah naik ke darat, ukurannya terlihat jauh lebih besar dibanding saat di air, hampir sebesar sepakbola.
Suatu kali Han Sen menyaksikan kodok koin tembaga itu mengalami pecah di tonjolan tubuhnya, mengeluarkan darah beracun hijau-kuning yang mengalir ke akar tumbuhan air dan diserap olehnya.
Tak lama kemudian, Han Sen melihat ternyata di batang air tersebut muncul bunga kecil berwarna ungu muda, membuatnya langsung terkejut.
Bunga yang mekar di batang air menunjukkan ada kemungkinan tumbuhnya buah gen, ini bukan lagi sekadar tumbuhan gen liar biasa.
"Entah berapa lama batang air ini akan berbuah, dan berapa lama lagi sampai matang sempurna. Kuharap tubuhku sudah pulih total sebelum buah itu matang," gumam Han Sen dalam hati.
Mungkin karena Han Sen ternyata berhasil menghidupkan Pohon Kuno Darah Naga hanya dengan menuangkan air sungai, sikap Chu Ming berubah 180 derajat. Bisa dibilang sekarang dia selalu menuruti perkataan Han Sen.
Berbekal pengalaman pertama, Han Sen tak berani lagi menuangkan setetes air langsung ke bawah. Efek yang dihasilkan memang terlalu mencengangkan.
Pohon Kuno Darah Naga dalam semalam menyerap habis semua vitalitas dalam butiran air, seolah tumbuh beberapa bulan dalam satu malam. Pertumbuhan eksplosif semacam ini sungguh mengerikan, yang sejak awal sudah menimbulkan kecurigaan. Jika terjadi beberapa kali lagi, orang lain pasti akan mencurigai Han Sen.
Berdasarkan ukuran butiran air, Han Sen membaginya menjadi puluhan bagian. Setiap hari ia mencampur satu bagian ke dalam ember air sungai untuk menyiram Pohon Kuno Darah Naga, tetap mempertahankan pertumbuhan subur pohon tersebut.
Hanya dalam beberapa hari, Han Sen sudah memperoleh pengalaman. Ia mulai memahami hubungan antara takaran butiran air dengan pertumbuhan Pohon Darah Naga.
Dari pengamatan dan perhitungan Han Sen, setiap tiga butiran air yang dihasilkan Pohon Pedang Giok Hitam masing-masing mewakili energi vital kehidupan selama satu tahun.
Jika Pohon Kuno Darah Naga langsung menyerap satu tetes, maka pertumbuhan satu tahun bisa diselesaikan dalam semalam.
Sedangkan tanaman gen biasa liar yang kemudian diserap Han Sen membentuk butiran air dengan ukuran berbeda, mewakili waktu dari satu bulan hingga beberapa bulan.
Waktu ini bukan berarti tumbuhan-tumbuhan tersebut tumbuh selama beberapa bulan, melainkan periode pertumbuhan dari berkecambah hingga fase matang. Lama masa pertumbuhan menentukan seberapa besar vitalitas yang terkristalisasi dalam bentuk tetesan air.
Seperti halnya Giok Hitam Pedang, yang membutuhkan tiga tahun untuk matang dan berbuah. Ia hanya bisa mengkristalkan tiga tetes air yang masing-masing mewakili satu tahun energi vital. Bahkan jika terus tumbuh selama 17-18 tahun dan diserap oleh kristal hitam, tetap hanya akan menghasilkan tiga tetes setahun.
Tetesan air yang dihasilkan kristal hitam tampaknya merupakan manifestasi energi vital primordial. Ini tidak berkaitan langsung dengan berapa tahun usia genetik suatu tumbuhan.
Tentu saja, jika benih genetik baru saja berkecambah dan belum mencapai fase matang, kristal hitam yang menyerapnya hanya akan memproduksi sangat sedikit tetesan kehidupan.
Meskipun semua ini masih berupa hipotesis dan perhitungan Han Sen, melalui berbagai percobaan berulang, dapat disimpulkan bahwa margin kesalahan tidak akan signifikan.
Pada saat yang sama, penemuan ini juga membuat Han Sen bersukacita hingga tak terkendali. Energi vital kehidupan yang diwakili oleh tetesan air ini tidak memiliki pembedaan level.
Bahkan tetesan air kehidupan yang diserap dari tumbuhan gen biasa masih dapat membuat pohon darah naga - tumbuhan gen bermutasi - tumbuh dengan cepat.
Kemampuan ini sangat menyimpang dan mengerikan. Dengan memanfaatkan kemampuan tetesan air ini, Han Sen dapat menyerap energi vital kehidupan dari tumbuhan biasa untuk membiakkan tumbuhan gen bermutasi yang membutuhkan ratusan tahun untuk matang, bahkan membiakkan tumbuhan gen Darah Suci yang memerlukan ribuan tahun untuk berbuah, tanpa perlu menunggu waktu yang lama.
Tidak diragukan lagi, ini adalah kekuatan mengerikan yang melampaui kodrat. Saat Han Sen menyadari hal ini, tubuhnya gemetar karena kegembiraan.
Han Sung sangat paham: Kemampuan ini mutlak tidak boleh diketahui siapa pun. Jika sampai terdengar kabarnya, bahkan petarung tingkat Kaisar pun akan menangkapnya untuk dipaksa membiakkan benih gen.
Sekaligus, tetes air ini sepertinya juga berpengaruh pada roh binatang peliharaan dan roh binatang mount. Setelah Miao Jun dan Golden Roar mengonsumsi tetes air, keduanya perlahan menunjukkan perubahan. Hanya saja porsi makannya sangat sedikit, transformasinya pun sangat lambat. Untuk sementara sulit diketahui seberapa efektif hasilnya.
Adapun roh binatang tipe baju zirah seperti Raja Semut Iblis, tidak bisa mengonsumsi tetes air. Han Sen pun tak tahu di mana letak masalahnya.
Han Sen sendiri sempat mencoba ingin memakan sedikit tetes air, ingin melihat apakah energi vital di dalamnya bisa membantu lukanya. Namun segera ia mengurungkan niat itu.
Jarinya hanya menyentuh sedikit tetes air, tapi langsung menunjukkan tanda-tanda penuaan. Sungguh mengerikan, sampai-sampai ia tak berani menyentuh tetes air itu lagi.
Sudah dua minggu berlalu, jari yang terkena tetes air itu masih belum pulih. Jelas terlihat lebih tua dibanding jari sebelahnya. Meski tidak terlalu mencolok, tetap saja membuat merinding.
Han Sen dengan berhati-hati mengendalikan dosis air, membiarkan Pohon Kuno Darah Naga tumbuh perlahan hari demi hari.
Qu Lanxi dan Chu Ming meski memiliki kecurigaan bagaimana mungkin Pohon Kuno Darah Naga bisa tumbuh hanya dengan disiram, bahkan ketika mereka mengikuti Han Sen ke tepi sungai dan menyaksikannya mengambil air, tetap tidak menemukan masalah apa pun.
Han Sen sama sekali tidak melakukan apapun terhadap Pohon Kuno Darah Naga selain menuangkan air.
Bahkan ketika Chu Ming yang berebut mengambil air dan menyirami Pohon Kuno Darah Naga sesuai perintah Han Sen, pohon itu tetap tumbuh dengan sehat.
Tak lama kemudian, Qu Lanxi dan Chu Ming menyerah untuk terus terjebak dalam kebimbangan ini, menyimpulkan bahwa Pohon Kuno Darah Naga memang bisa bertahan hanya dengan disiram air sungai - jika tidak, semua ini mustahil dijelaskan.
Tanpa perlu diajarkan Han Sen, mereka sudah dengan sadar merahasiakan persoalan Pohon Kuno Darah Naga. Sebenarnya pohon ini bukan milik mereka. Jika sampai makhluk roh menemukan ada pohon kuno bermutasi tumbuh di sini, sulit menjamin mereka tidak langsung merampasnya.
Bahkan mungkin mereka akan dipaksa bertanggung jawab membudidayakan Pohon Kuno Darah Naga, namun buah yang dihasilkan akan menjadi hak makhluk roh. Ini benar-benar keributan yang mungkin terjadi. Oleh karena itu Qu Lanxi dan kawan-kawan sudah berusaha mati-matian menyembunyikannya, sehingga Han Sen tak perlu banyak bicara.
Setelah sebulan lebih, akhirnya Han Sen berhasil menembus meridian dan mengaktifkan aura Dongxuan. Dengan menyimulasikan cahaya suci, ia memperbaiki raganya. Hanya dalam beberapa hari, fisiknya pulih total.
"Sudah waktunya mengalahkannya Kodok Koin Tembaga." Hati Han Sen dipenuhi kegembiraan. Segera ia berniat menuntaskan urusan itu.
