Wajah Han Sen tetap tenang, jari tengah dan ibu jari kanannya mengatup, Jing Dongxuan dalam tubuhnya beroperasi, tiba-tiba memunculkan koin emas di antara dua jarinya lalu melemparkannya ke monyet itu.
Krek!
Koin emas itu menempel di dahi monyet, membuat tubuhnya gemetar lalu plung! bertekuk lutut di tanah, kedua tangannya menopang tubuh agar tidak terjungkal.
Houzi Berambut Merah gemetar ketakutan hendak berteriak, baru membuka mulut, Han Sen langsung memantulkan koin emas ke mulutnya. Seketika mulut houzi itu tertutup rapat, kepalanya tertunduk berat hingga wajahnya menempel tanah, terlihat seperti sedang bersujud.
Han Sen meliriknya sebentar, lalu tak lagi menghiraukannya. Ia berbalik melangkah ke arah seberang.
Kekuatan koin yang disimulasikan Han Sen dari kodok emas, meski karena baru membuka kunci gen pertama dan tak bisa meniru sempurna - jauh lebih rendah dari versi asli kodok emas - tetap cukup untuk menekan houzi itu. Daya hancurnya bahkan melebihi Jurus BIG THUNDER FIST.
Setelah membuat houzi itu tumbang tanpa darah, Han Sen berjalan ke sisi lain pasar. Ia ingin mencari tahu apakah masih ada barang berguna yang tersisa.
Belum beberapa langkah, tiba-tiba seorang makhluk roh menghadang jalan Han Sen.
“Mungkinkan ini majikan monyet itu yang datang mencari masalah?” Han Sen mengerutkan kening sambil menatap makhluk roh itu, hatinya mulai siaga.
Makhluk roh itu berwujud pria, tapi kedua telinganya panjang seperti sirip ikan, hanya ada satu mata merah di tengah otaknya yang mencolok.
“Dengan hormat, bagaimana saya harus memanggil Yang Mulia?” Di luar dugaan Han Sen, makhluk roh itu ternyata memberi penghormatan dengan sangat sopan.
“Namaku Sanmu. Ada yang bisa kubantu?” tanya Han Sen.
“Baru saja melihat tenaga yang Yang Mulia gunakan untuk memberi pelajaran monyet berbulu merah, sepertinya memiliki kemampuan menekan. Saya ingin meminta bantuan untuk menggunakan tenaga itu. Sebagai imbalan, saya bisa membayar dengan gen makhluk roh. Bagaimana pendapat Yang Mulia?” Makhluk roh itu berbicara dengan penuh kesopanan.
Han Sen awalnya mengira makhluk roh ini datang untuk cari masalah, tapi ternyata justru seperti ini, membuatnya agak terkejut.
“Kira-kira bantuan apa yang bisa saya berikan?” tanya Han Sen.
“Aku ingin menjinakkan seekor makhluk angin topan, sayangnya makhluk itu terlalu buas dan terus-menerus menolak untuk tunduk padaku. Kuharap Yang Mulia bisa membantu menekannya sebentar agar aku bisa menjinakkannya.” kata makhluk roh itu.
“Tidak masalah, tapi level berapa kamu sebagai makhluk roh? Berapa gen makhluk roh yang bisa kamu bayarkan?” tanya Han Sen dengan penuh minat.
“Namaku Yu Yan, seorang Ksatria yang memiliki gen makhluk roh elemen api. Aku bisa membayarmu sepuluh poin gen makhluk roh elemen api.” jawab makhluk roh itu.
“Baik, tapi kukatakan dulu - jika kamu sendiri gagal menjinakkannya, itu bukan urusanku. Imbalan tetap harus aku ambil.” Han Sen menatap Yu Yan.
“Tentu, aku bisa membayar gen makhluk rohnya dulu.” Yu Yan mengulurkan jarinya, sepercik nyala api keemasan membakar di telapak tangannya, lalu disentilkannya ke hadapan Han Sen。
Han Sen mengulurkan tangan menangkapnya, semburan api keemasan itu langsung melebur ke dalam telapak tangannya, berubah menjadi arus hangat yang menyatu ke dalam seluruh pori tubuh.
“Gen api level Ksatria +1.”
Yu Yan memberikan sepuluh gen api kepada Han Sen secara berturut-turut, semuanya disimpan rapi oleh Han Sen.
Meski gen api ini tidak bisa meningkatkan kekuatan fisik Han Sen, namun di kemudian hari daya tahan Han Sen terhadap kekuatan elemen api akan menjadi lebih kuat dibanding orang biasa. Efisiensi penggunaan kekuatan api-nya juga akan meningkat.
Bagi kebanyakan orang yang tidak mempelajari kekuatan elemen api, gen ini memang tak berguna. Tapi Han Sen mampu menyimulasikan berbagai jenis kekuatan elemen, jadi gen makhluk roh seperti ini tetap berharga baginya.
Setelah membayar gen makhluk roh, Yu Yan membawa Han Sen meninggalkan pasar menuju sebuah manor di sekitar Perlindungan Qingming. Dari skala manor ini yang cukup besar, dengan berbagai makhluk mutan berkeliaran bahkan beberapa berlevel purba, terlihat bahwa Yu Yan adalah makhluk roh berstatus cukup tinggi.
Di dalam sebuah kerangkeng, Han Sen melihat hewan angin puyuh yang disebut Yu Yan. Makhluk itu mirip serigala raksasa dengan seluruh tubuhnya berwarna hijau kebiruan, sesekali mengeluarkan bilah-bilah angin yang menghantam kerangkeng hingga berbunyi nyaring.
Han Sen menembakkan satu koin emas ke tubuh hewan angin puyuh. Terjebak dalam kerangkeng, makhluk itu tak bisa menghindar sehingga koin itu langsung menempel di tubuhnya. Postur pemarahnya langsung tertekan, tapi ternyata tidak sampai roboh, malah semakin menggeram ke arah Han Sen siap menerjang keluar dari kerangkeng.
Han Sen harus menembakkan tujuh koin emas berturut-turut barulah tubuh hewan angin puyuh itu menjadi sangat berat, gerak-geriknya berubah sangat sulit, dan tak lagi bisa seagresif sebelumnya.
"Memang, menggunakan Jing Dongxuan tingkat pertama untuk menyimulasikan kekuatan koin emas, efeknya jauh lebih buruk dibandingkan kekuatan koin asli. Kalau itu kodok koin emas, mungkin hanya butuh dua koin saja untuk menekan makhluk purba seperti ini. Sepertinya harus membuka beberapa kunci gen dulu." Han Sen bergumam dalam hati.
Yu Yan sangat gembira, membuka kerangkeng dan segera hendak mencap tanda penguasaannya di dahi Serigala Angin Kencang itu.
Namun meski sudah ditekan, Serigala Angin Kencang itu tetap enggan menyerah, menolak menerima cap kekuasaan Yu Yan.
Yu Yan memegang cambuk yang tiba-tiba menyala api berkobar-kobar saat dicambukkan, meninggalkan bekas hitam yang menyala pada tubuh sang serigala.
Baru beberapa kali cambukan, kulit Serigala Angin Kencang itu sudah terkoyak dengan luka bakar yang mengerikan di sekujur tubuhnya.
Tapi sifat Serigala Angin Kencang memang sangat pemarah, dengan susah payah menahan diri untuk tidak tumbang, terus menggeram gila ke arah Yu Yan dan Han Sen. Meski tak bisa melawan, sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda mau dijinakkan.
Cambukan Yu Yan terus menerjang, sementara Serigala Angin Kencang tak bisa bergerak. Akhirnya, setelah seluruh tubuhnya menghitam oleh sambaran api, binatang itu tak lagi sanggup bertahan dan rebah di tanah. Napasnya tersengal-sengal, nyaris tak bernyawa, tapi tetap enggan menyerah. Tergeletak di tanah, ia mengeluarkan lolongan parau ke arah dua manusia itu.
Yu Yan yang sudah lelah memukul akhirnya menghela napas: "Serigala Angin Kencang ini terlalu liar. Sepertinya tidak ada kesempatan untuk menundukkannya. Pantas disebut makhluk mutan dari semak duri."
"Dia berasal dari semak duri?" Han Sen memandang serigala yang nyaris tak bernyawa itu dengan sorot mata yang sedikit terkejut.
"Ya, kami menemukannya di tepi hutan belantara berduri. Makhluk purba yang mampu membuka empat kunci gen sangat langka. Dengan pengorbanan besar, menyebabkan belasan makhluk purba tewas atau terluka, baru bisa menangkapnya hidup-hidup. Tapi sampai sekarang sulit dijinakkan. Sepertinya tidak ada kesempatan lagi, terpaksa harus dibunuh untuk diambil daging dan darahnya. Sayang sekali," kata Yu Yan sambil memandang makhluk purba Angin Topan yang sudah sekarat tapi masih menggeram rendah ke arah mereka.
Hati Han Sen berdebar. Ia menatap makhluk itu dan bertanya: "Kalau boleh tahu, apakah makhluk ini dijual?"
"Karena tidak bisa dijinakkan, tentu bisa dijual. Tapi tergantung harga yang kamu tawarkan," jawab Yu Yan sambil tersenyum.
"Bagaimana jika ditukar dengan ini?" Han Sen mengeluarkan sebutir buah koin tembaga.
