Han Sen dan Qu Lanxi melanjutkan perjalanan. Setelah belasan kilometer, tetap tak ada satu pun Kumbang Cangkang Besi yang dijumpai. Kepiting Pohon yang diburu justru semakin banyak. Han Sen memperoleh tiga roh binatang kepiting pohon - roh zirah level purba.
Akhirnya mereka memilih menghindar setiap melihat Kepiting Pohon lagi. Kantong sudah tak muat menampung lebih banyak hasil buruan yang melimpah ini.
Di perjalanan juga bertemu sekumpulan ular sisik darah, Han Sen langsung menghindari dari jauh. Jumlahnya terlalu banyak, kalau benar-benar bertarung akan sangat berbahaya.
"Aneh, benar-benar tidak ada seekor pun kumbang yang ditemui." Han Sen juga bergumam dalam hati. Secara prinsip, di hutan duri yang paling banyak adalah kumbang, bisa dikatakan ada di mana-mana.
Tapi perjalanan mereka sudah mencapai 20-30 li. Meski masih di area pinggiran hutan duri, tapi tidak masuk akal sama sekali tidak bertemu seekor kumbang pun.
"Kumbang?" Saat Han Sen sedang berpikir, tiba-tiba mendengar Xiao Fengfeng menggonggong keras ke suatu arah. Setelah melewati semak-semak, Han Sen dan Qu Lanxi menemukan banyak kumbang.
Kumbang-kumbang hitam seukuran tinju itu merangkak cepat di tanah, bagai sungai hitam yang mengalir deras. Rombongan besar kumbang itu semua merayap ke satu arah, persis seperti sedang melakukan migrasi besar-besaran.
"Apa yang sedang dilakukan kumbang besi ini?" Han Sen menatap Qu Lanxi.
Qu Lanxi menggelengkan kepala halus: "Aku hanya tahu kumbang besi di hutan duri sangat banyak. Meski hidup berkoloni, belum pernah kudengar mereka punya perilaku aneh seperti ini."
"Ayo kita ikuti dan lihat." Han Sen sangat tertarik dengan gerakan aneh makhluk mutan ini. Seringkali ada harta berharga yang muncul - dia sudah mengalami beberapa kali di Perlindungan Kedua.
Mengikuti aliran kumbang besi ke dalam, belum sampai beberapa li, terlihat lembah di depan yang sempit di luar namun luas di dalam, mirip bentuk labu.
Kumbang-kumbang besi yang bergerak seperti air pasang ini berduyun-duyun dari segala penjuru menuju lembah, membanjiri area dalam lembah.
Karena kumbang besi di sekitar lembah sangat padat, mereka tak bisa maju lagi. Dari sini juga tak bisa melihat jelas situasi di dalam lembah.
“Kamu dan Xiao Fengfeng tunggu di sini, aku akan memanjat dinding tebing di sebelah sana untuk melihat situasi.” Han Sen menunjuk ke sisi berlawanan lembah.
“Berhati-hatilah.” Qu Lanxi berpesan.
Han Sen menyelinap sendirian mengelilingi tebing. Setiba di area tanpa kumbang cangkang besi, ia segera mengaktifkan Teknik Terbang, melayang rapat di sepanjang dinding tebing. Dalam sekejap ia sudah mencapai puncak, lalu diam-diam menyusup ke area uji coba tertutup lembah, ingin mengetahui apa sebenarnya yang dilakukan gerombolan kumbang ini.
"Jangan-jangan ada buah gen level tinggi yang matang di sana," batin Han Sen sambil sudah menyelinap ke tepi tebing. Ketika ia mengintip ke dalam lembah, napasnya langsung tertahan.
Tampak sekumpulan tumbuhan mirip mawar tumbuh subur di lembah. Ratusan bunga merah menyala mekar dengan intensitas cahaya maksimum. Seluruh kumbang cangkang besi itu seperti tertarik magnet, menerjang ke arah tumbuhan tersebut.
Tapi di area pinggir tumbuhan itu, terdapat sebuah retakan besar. Di dalam retakan itu, mayat kumbang besi yang mati sudah tak terhitung jumlahnya, bagaikan sungai mayat serangga.
Bahkan gerombolan kumbang besi masih terus merangkak masuk, seolah tak memahami arti maut. Begitu seekor kumbang besi terjatuh ke dalam retakan besar itu, entah karena tenaga apa yang melukainya, setelah merayap beberapa langkah di antara tumpukan mayat dan cairan mayat, langsung menemui ajalnya. Cairan mayat mengalir dari tubuhnya, menjadi bagian dari sungai bangkai serangga itu.
"Entah tanaman gen level berapa itu, ternyata memiliki daya tarik begitu kuat bagi kumbang besi. Sampai-sampai mereka tahu jelas di depan ada maut, tetap nekat menerobos tanpa takut mati." Han Sen terkejut, menatap dengan seksama rumpukan tanaman mirip mawar itu.
Tapi setelah diperhatikan lebih dalam, ternyata di antara rumpun mawar itu terdapat siluman seseorang, hanya terhalangi oleh rumpun mawar yang lebat, tak jelas siapa sebenarnya orang itu.
Han Sen merasa kebingungan, berganti posisi untuk mencoba melihat jelas siapa di dalam sana dan apa yang sedang dilakukannya.
Karena rumpun mawar di sana terlalu lebat, Han Sen mengamati lama namun tetap tak bisa melihat jelas identitas orang tersebut, hanya samar-samar melihat sosok manusia duduk bersila di tengahnya.
Tapi setelah berputar-putar sekian lama, Han Sen justru menyadari satu hal: yang menarik serangga besi ini datang bunuh diri seharusnya bukanlah rumpun mawar itu.
Di sekeliling rumpun mawar, Han Sen melihat banyak lilin kecil yang menyala, aroma yang dikeluarkan dari pembakaran lilin-lilin inilah yang tampaknya menjadi fondasi utama daya tarik bagi serangga-serangga besi tersebut.
Sedangkan retakan besar di luar, jika diamati lebih dalam, masih bisa terlihat jejak buatan manusia. Seharusnya ini adalah mahakarya yang setengah alami dan setengah buatan manusia.
Adapun mengapa kumbang cangkang besi mati di dalam, kemungkinan besar adalah hasil rekayasa manusia.
"Manusia atau makhluk roh? Atau mungkin sejenis makhluk mutan humanoid?" Di hati Han Sen seperti digaruk kucing kecil, ingin melihat jelas sosok di balik rumpun mawar itu.
Tapi jarak di sini memang terlalu jauh. Han sama sekali tidak bisa melihat jelas. Baik aura Dongxuan maupun indra kedelapan tidak cukup untuk menjangkau jarak sejauh itu.
"Seharusnya aku lebih cepat melatih Jing Dongxuan dan Teknik Kulit Es dan Tulang Giok sampai tingkat kedua," gumam Han dengan frustasi.
Namun tak lama kemudian wajah Han berbinar. Ia menyadari lilin aromatik itu hampir habis terbakar. Jika benar orang di balik rumpun mawar itu meminjam lilin untuk memancing kumbang cangkang besi, pasti dia akan keluar untuk mengganti lilin.
Han Sen berpikir begitu, lalu dengan sabar menjaga dari samping, menunggu hingga lilin itu habis terbakar untuk melihat siapa sebenarnya yang akan keluar dari sana.
Lilin-lilin itu memang sudah tinggal sedikit, tapi masih membutuhkan waktu lebih dari satu jam sebelum perlahan mulai padam. Meski lilin hampir habis, sosok yang duduk di tengah semak mawar tetap tak bergerak, seolah tak berniat keluar.
Bahkan setelah lilin benar-benar habis, tak ada tanda-tanda aktivitas. Saat aroma pembakaran mulai menghilang, kumbang besi mulai sadar kembali. Perlahan mereka berhenti menerjang ke dalam lembah, beberapa bahkan mulai merangkak keluar.
"Sepertinya dia takkan muncul," Han Sen mengerutkan kening diam-diam. Tanpa kehadiran sosok itu, ia pun tak berani terbang keluar untuk mendekati semak mawar.
Bisa memiliki taktik seperti ini, di tempat seperti hutan duri yang mampu menarik banyak kumbang besi datang untuk mati, pasti merupakan sosok hebat dengan rencana besar. Han Sen tidak berani mendekat terlalu dekat, khawatir keberadaannya ketahuan.
Kumbang besi di lembah hampir semuanya sudah pergi, namun siluman itu masih belum bergerak. Han Sen mengira kesempatannya telah hilang, baru saja bersiap untuk meninggalkan tempat ini dan bergabung dengan Qu Lanxi, tiba-tiba mendengar suara gerakan dari semak mawar di sana.
Han Sen cepat-cepat merunduk lagi dan memandang ke arah semak mawar di lembah. Terlihat seorang perempuan berdiri dari antara bunga mawar. Setelah melihat jelas sosok itu, mata Han Sen membelalak dan mulutnya menganga, beberapa saat tidak sadar.
