Sang Ratu Bunga melangkah perlahan mendekati Han Sen. Saat sudah hampir berhadapan muka, Han Sen tetap tak menunjukkan niat untuk menyerang, benar-benar berniat menerima serangannya secara pasif.
"Hmph! Sekarang boleh sombong, nanti pasti kamu menangis!" Sang Ratu Bunga menggeretakkan gigi putihnya sambil menatap wajah Han Sen yang tampak ilahi. Tangannya menyala dengan bunga cahaya yang langsung dilemparkan ke tubuh Han Sen.
Para makhluk roh semuanya mengawasi ketat Han Sen, menunggu apakah dia akan menghindar. Namun mereka menyaksikan Han Sen tetap berdiri di tempat tanpa bergerak sedikit pun, cahaya suci putih menyala-nyala di sekujur tubuhnya bergoyang lembut, kokoh bagai gunung, dengan gemilang menerima hantaman bunga cahaya itu.
Anehnya bunga cahaya itu tidak meledak di tubuh Han Sen, melainkan berubah menjadi cap bunga bercahaya yang langsung menindih tubuhnya.
"Kesepakatan seratus pukulan, jangan bergerak sembarangan!" Sang Ratu Bunga khawatir Han Sen ingkar janji, sepasang tangan halusnya yang mampu menumbuhkan bunga menari gesit, terus-menerus mencetak Cap Bunga Seratus ke arah Han Sen.
Seketika tubuh Han Sen dipenuhi bunga-bunga cahaya yang bermekaran, satu per satu Cap Bunga Seratus memancar di sekujur tubuhnya, hampir mengubur Han Sen di bawah tumpukan bunga-bunga indah nan mempesona.
Saat Bunga Seratus Teratai dicetak, tampak begitu ringan dan indah. Tapi begitu menyentuh tubuh Han Sen dan mekar, bagaikan gunung-gunung yang memuntahkan aura mengerikan, laksana pegunungan besar menindih raga Han Sen.
Bukan hanya Han Sen, bahkan para makhluk roh penonton yang sekadar merasakan aura mengerikan tak bertepi itu, sudah merasa sesak napas seolah terhimpun beban berat.
Setelah mencetak tiga puluh tujuh Bunga Teratai, wajah Sang Ratu Bunga dipenuhi senyum bangga: "Kaisar Boneka, ini baru tiga puluh tujuh pukulan. Masih maukah Kau meneruskan?"
Wajah Han Sen tampak serius, seluruh otot menegang, seolah berusaha keras melawan tekanan mengerikan itu.
Mendengar kata Sang Ratu, Han Sen mencibirkan bibir: "Lepaskan semua jurus andalanmu. Trik kecil begini takkan sanggup mengalahkanku."
“Bagus, aku ingin lihat sampai kapan kamu bisa bersikap keras kepala.” Sang Ratu Bunga mencibirkan bibir melihat sikap Han Sen yang mulai melelahkan, lalu kembali menghujani Han Sen dengan rangkaian cetakan bunga.
Bunga-bunga yang bermekaran di tubuh Han Sen semakin banyak, aura mengerikannya pun kian menjadi-jadi. Seluruh raga Han Sen telah terkubur di balik hamparan kelopak, tak tersisa sedikit pun yang terlihat.
Hanya terlihat sosoknya bersama bunga-bunga yang memancar itu gemetar hebat, seolah takkan sanggup lagi menahan tekanan dahsyat yang setiap detik bisa menjungkalkannya ke tanah.
“Sang Kaisar Boneka benar-benar hebat, ternyata bisa menerima begitu banyak Cetakan Bunga tanpa terjungkal. Tapi dia terlalu arogan meminta 100 pukulan dari Sang Ratu Bunga. Kelihatannya sudah limbung.” Seorang makhluk roh yang paham bahaya teknik itu berkomentar prihatin.
“Ini namanya mati di bawah peoni, jadi hantu pun tetap genit. Sang Kaisar Boneka memang punya selera humor, sayangnya Ratu Bunga sama sekali tidak berniat mengalah.” Makhluk roh di samping terkekek.
“Sebenarnya apa kehebatan Cap Bunga itu? Kalian yang tahu, ceritakanlah!” Seru banyak makhluk roh yang tidak paham tentang Cap Bunga.
Makhluk roh pertama tadi langsung bersemangat: “Bahkan Cap Bunga pun kalian tidak tahu? Di era dulu, Ratu Bunga menggunakan sepuluh capnya untuk menekan Kaisar Liehuo hingga naik ke peringkat keempat. Peristiwa besar itu tak ada yang tidak tahu di seluruh Spirit Base pertama. Setelah dikalahkan, Kaisar Liehuo pernah mengucapkan sebuah kalimat pujian untuk Cap Bunga. Justru karena kalimat itulah, Ratu Bunga dan Cap Bunga baru benar-benar dikenal luas oleh para makhluk roh.”
“Kalimat apa? Jangan bertele-tele, cepat katakan!” Banyak makhluk roh berseru penuh ketidaksabaran.
"Satu bunga satu gunung, satu cap sepuluh tahun. Maksudnya, sepuluh Cap Seratus Bunga yang kukenakan sama dengan tekanan sepuluh gunung. Butuh seratus tahun untuk memecahkan Cap Seratus Bunga-nya." Suara itu melanjutkan cerita lucu era dulu dengan nada berbangga.
"Satu bunga satu gunung, satu cap sepuluh tahun. Bukankah ini berlebihan? Sang Ratu Bunga baru membuka satu kunci gen saja, mana mungkin dayanya sebesar itu?" Sejumlah makhluk roh meragukan.
"Memang ada unsur hiperbola, tapi ini membuktikan kehebatan Cap Seratus Bunga. Di Ling saja hanya bisa menerima sepuluh cap. Kaisar boneka ini sudah kena lebih dari lima puluh cap, tapi belum juga tumbang. Ini sudah luar biasa."
……
Gemetar di raga Han Sen semakin menjadi. Sang Ratu Bunga yang melihatnya seolah akan segera tumbang, dengan gesit mengaktifkan lebih banyak Cap Seratus Bunga. Ia ingin segera mengalahkannya dan meraih kemenangan dalam pertandingan ini.
"Tapi terus-menerus seolah hanya kurang sedikit saja. Setiap kali tinjuku menghantam, kondisi Han Sen semakin memburuk. Namun tinju demi tinju yang mendarat, bunga demi bunga segel mekar, tetap tak mampu menekannya ke tanah. Dia masih limbung, seperti akan tumbang tertiup angin."
"Satu pukulan lagi! Satu pukulan lagi dia pasti jatuh!" Kaisar Matahari Agung gemetar dalam hati, diam-diam mengerahkan tenaga hingga tak sengaja berteriak.
"Ada yang tidak beres!" Ratu Penguasa mengerutkan alis, mata indahnya memancarkan kilasan aneh. Namun sudah terlambat untuk memberi peringatan pada Ratus Bunga yang sedang bertarung.
Ratu Bunga hanya fokus menekan Han Sen secepat mungkin. Tangannya bergerak gesit mencetak Segel Bunga, sama sekali tak menghitung berapa banyak segel yang telah dilepaskan.
Alasan tak dilakukan penghitungan adalah karena jumlahnya terlalu banyak. Dia mengira tak perlu sebanyak itu, sehingga tak sempat menghitung dalam hati.
Tapi siapa yang tahu Han Sen terus tak tumbang. Setiap makhluk roh yang menyaksikan melihat Cap Bunga menghantam tubuhnya, mereka mengira kali ini pasti dia akan ditekan tiarap. Namun setelah berkali-kali berharap, Han Sen tetap limbung berdiri di sana, raganya gemetar hebat.
"Berhenti!"
Saat Ratu Bunga bersiap melepas Cap Bunga lagi, tiba-tiba dia mendengar teriakan Han Sen. Tangannya menghentikan gerakan, tidak jadi melepas Cap Bunga yang sudah terkumpul.
"Kenapa? Mau menyerah?" Ratu Bunga berbangga sambil mengawasi Han Sen, mengira dia tak tahan lagi.
Han Sen bingung antara ingin tertawa dan menangis. Dalam hati bertanya: "Inikah makhluk roh tingkat Kaisar? Bahkan hitungan pukulan sendiri tak tahu? Sudah genap 100 pukulan, malah tanya aku mau nyerah?"
"Ngapain aku nyerah? 100 pukulanmu sudah habis," jawab Han Sen.
“Sudah selesai!” Sang Ratu Bunga sempat tertegun, lalu menghitung dalam hati. Ekspresinya langsung berubah drastis. Setelah berpikir sejenak, ia menyadari dirinya memang sudah mengeluarkan seratus pukulan penuh.
Seratus simbol bunga miliknya ternyata tak mampu menekan Han Sen hingga tiarap, membuatnya hampir tak percaya.
Meski Sang Ratu Bunga baru membuka satu kunci gen, kekuatan satu bunganya takkan sekuat gunung. Tapi daya tekan seratus bunga seharusnya setara dengan gunung kecil. Sangat tak terbayangkan betapa kuatnya tenaga kaisar boneka ini sampai bisa bertahan.
Namun kejutan di wajah Sang Ratu Bunga hanya sesaat. Dengan senyum bahagia ia berkata pada Han Sen: "Baik, seratus pukulanku sudah selesai. Sekarang giliranmu memukulku. Ayo~"
Sang Ratu Bunga berdiri anggun dengan pesona memikat, tapi sama sekali tak berniat meruntuhkan simbol-simbol bunga yang masih mengitari mereka.
