Dinosaurus biru memperlihatkan sikap cinta-takut pada tulang itu, menjaga jarak beberapa meter di belakang Han Sen, seolah ingin mendekat tapi ragu.
Setelah mempelajari cukup lama tanpa menemukan asal-usul tulang tersebut, Han Sen sekadar melemparkannya ke arah dinosaurus: "Bukannya kamu mau ini? Ambil saja."
Dinosaurus itu menjerit "Auu!" sambil melesat puluhan meter, bersembunyi di balik istana sambil mengintip tulang yang tergeletak di tanah.
Han Sen menggeleng heran, dalam hati berkomentar: "Kecerdasannya memang agak rendah, masih didominasi naluri hewan daripada kemampuan berpikir."
Tiba-tiba ia tersenyum licik: "Justru bodoh itu bagus, mudah ditipu. Kalau terlalu cerdas seperti iblis wanita yang tak berhati nurani itu, malah sulit dikendalikan."
Memandang dinosaurus biru dengan perspektif baru, Han Sen mulai merasa makhluk itu terlihat lebih menyenangkan.
Sekarang kekuatan Han Sen sendiri agak lemah. Jika bisa menipu dinosaurus biru ini untuk menjadi preman, nanti saat berburu makhluk mutan akan lebih mudah.
Tapi Han Sen merasa agak aneh, kenapa makhluk ini sama sekali tidak memusuhinya, malah sangat memusuhi Qu Lanxi. Padahal Qu Lanxi sendiri adalah wanita cantik, seharusnya lebih mudah didekati.
"Jangan-jangan... aku memang pria rupawan langka di dunia, bahkan makhluk mutan pun tak mampu menolak daya tarikku?" Han Sen mengeluarkan cermin kecil Ksatria Baju Perang Serangga dan mulai mengamati wajah tuanya. Semakin lama dilihat, semakin yakin memang begitu.
Dinosaurus biru mengintip keluar, mendekat sedikit ke arah sini. Tapi tetap menjaga jarak dari tulang itu, masih terlihat agak takut.
"‘Itu’... namamu apa ya... Wangcai... Iya... Wangcai saja..." Han Sen dengan senyum palsu mendekati tulang, mengambilnya sambil memainkannya berkata: "Wangcai, jangan takut, ini cuma sebatang tulang, tidak ada bahayanya, sini sini, cepat mendekat. Kalau tidak, tulang besar wangi ini akan kugigit."
Han Sen pura-pura mau menggigit tulang itu, tapi Dinosaurus biru tetap dingin. Mata besarnya mengawasi mulut Han Sen, seolah menunggu dia menggigit.
Hati Han Sen langsung frustasi. Orang ini meski kecerdasannya rendah, tapi sangat pengecut. Rupanya menipunya tidak semudah itu.
Melihat tulang di tangannya, kalau benar-benar harus mengunyah, Han Sen sungguh tidak tega. Tulang ini tidak ada dagingnya, terlihat sangat keras. Buat apa dia menggigitnya?
Namun melihat dinosaurus biru menatap penuh harap di sana, Han Sen dengan gigih menjulurkan lidahnya menyentuh tulang itu pelan-pelan, tak berani benar-benar menggigit.
"Wangi sekali, enak bukan main, Wangcai, lihatlah, sama sekali tidak ada masalah." Han Sen tersenyum dipaksakan sambil berkata pada dinosaurus biru.
Dinosaurus biru melihat Han Sen menjilat tulang itu, sepertinya mulai merasa nyaman, mendekati tulang tersebut dengan tetap berhati-hati.
Setelah proses penjelasan bertahap dari Han Sen, akhirnya dinosaurus biru mendekati potongan tulang itu. Meski masih agak takut, pada akhirnya tak tahan godaan dan menjulurkan lidahnya menjilat tulang.
Dengan cepat, dinosaurus biru menghilangkan rasa takutnya dan mulai menjilat-jilat tulang itu berkali-kali.
"Benar, seperti ini baru benar." Han Sen tersenyum lebar. Saat ia sedang menghitung cara memanfaatkan tulang ini untuk menipu dinosaurus biru agar tinggal dan berbakti untuknya, tiba-tiba dinosaurus itu membuka mulut lebar. Kres! Tulang itu langsung digigitnya.
"Hey hey, jangan kamu habiskan semuanya! Beri aku sedikit!" Han Sen langsung panik. Jika dinosaurus itu menelan semuanya, apa lagi yang bisa digunakan untuk memancingnya? Harus disisakan sedikit sebagai umpan.
Dinosaurus biru sama sekali tidak peduli. Dengan gigi kres-kres mengunyah tulang, tak lama kemudian seluruhnya telah ditelannya. Bahkan serpihan tulang pun tak tersisa untuk Han Sen.
Han Sen sedang frustasi ketika tiba-tiba Dinosaurus Biru itu mendongak ke langit dan mengaum keras. Dari mulutnya menyemburkan cahaya api biru yang mengalir seperti air mancur, membungkus tubuhnya sendiri.
Hanya beberapa saat kemudian, kilatan biru itu telah membungkus seluruh tubuh dinosaurus. Kilatan kuatnya begitu menyilaukan hingga mata manusia tak bisa membuka.
Han Sen bisa merasakan aura mengerikan dari dalam cahaya biru itu. Ia membuka aura Dongxuan untuk memindai cahaya tersebut, namun hanya merasakan kekacauan - tak ada yang terdeteksi selain energi vital yang mengerikan.
Untungnya cahaya api biru tidak bertahan lama, lalu mulai perlahan menyusut. Han Sen melihat langsung dengan matanya, namun cahaya api biru semakin mengecil. Tubuh dinosaurus biru di dalamnya sepertinya ikut menyusut. Cahaya api telah menyusut hingga tinggal setengah meter, tapi Han Sen masih belum melihat tubuh dinosaurus biru.
"Aneh, apa karena memakan sepotong tulang, tubuhnya malah semakin mengecil?" Han Sen merasa heran. Matanya tak berkedip mengawasi ketat cahaya api biru, ingin melihat seperti apa wujud dinosaurus biru sebenarnya.
Cahaya api terus menyusut hingga tinggal 20 sentimeter, tapi tetap tak terlihat siluet dinosaurus biru. Setelah menyusut beberapa sentimeter lagi, Han Sen akhirnya melihat di dalam cahaya api itu terdapat sebuah bola logam biru seukuran tinju.
Tapi kalau disebut bola kurang tepat, lebih mirip sebuah telur.
Cahaya api biru telah sepenuhnya menghilangkan, telur logam biru tergeletak diam di tanah tanpa suara.
"Apakah ini evolusi?" Han Sen terkejut dalam hati. Dia tidak tahu apakah dinosaurus biru itu Makhluk Dewa Super atau bukan. Jika bisa berevolusi, kemungkinan besar bukan Makhluk Dewa Super, mengingat belum pernah ada kabar Makhluk Dewa Super bisa berevolusi.
"Wangcai......Wangcai......Apa kau di dalam?" Han Sen berjongkok di samping telur logam biru sambil memanggil beberapa kali, tapi telur logam biru itu sama sekali tidak bereaksi.
Han Sen mengulurkan tangannya dan mengambil telur itu, merasakan bagian dalamnya. Dia hanya merasakan penuh dengan vitalitas yang luar biasa namun tetap dalam kekacauan, bahkan detak jantung pun tidak ada - hanya gumpalan energi kehidupan kacau-balau.
"Ini evolusi atau terlahir kembali?" Han Sen juga tidak mengerti. Tapi sekarang dia bisa menentukan bahwa dalam waktu dekat seharusnya tidak akan ada dinosaurus meloncat keluar.
Di dalamnya hanya ada kekacauan, sama sekali tidak ada kehidupan yang utuh. Kecuali bisa berubah menjadi kuning telur dan melonjak keluar, ini jelas hanyalah sebutir telur yang belum menetas.
"Bagaimana kalau dihancurkan lalu dipanggang untuk dimakan?" Han Sen menjilat-jilat bibirnya licik sambil menatap telur logam biru itu.
Tapi Han Sen hanya berpikir saja. Anggota ini meski bukan Makhluk Dewa Super, kekuatannya sendiri sudah mengerikan. Jika kali ini evolusinya sukses, kemungkinan besar memang bisa menjadi Makhluk Dewa Super. Sungguh disayangkan jika dimakan.
"Sudahlah, simpan dulu. Bagaimana jika bisa menetas menjadi Makhluk Dewa Super? Kalau begitu benar-benar menghasilkan keuntungan." Han Sen membelai telur logam biru itu: "Wangcai, kau harus cepat keluar ya. Aku masih mengandalkanmu untuk membantuku membunuh monster kecil."
Setelah menyimpan telur logam biru di kantong pakaian yang menempel di tubuhnya, Han Sen berteleportasi kembali ke Alliance. Dia memberi kabar pada Qu Lanxi dan Chu Ming bahwa dinosaurus biru telah pergi.
Dua orang ini barulah kembali masuk ke dalam perlindungan, tapi mereka tidak ada pekerjaan di dalamnya, hanya setiap hari naik untuk memeriksa apakah perlindungan sudah mencapai tepi hutan duri. Jika belum, mereka kembali ke Alliance. Bagaimanapun juga, bertahan di sini percuma.
Han Sen juga sama, namun dia tidak kembali ke Alliance melainkan memasuki Basis Spiritual Kedua.
