"Berdiri menghadap luar membentuk lingkaran, teruskan maju." Pangeran Duri menahan amarah yang tak tersalurkan karena tak menemukan musuh, akhirnya memaksa diri tenang dan memberi perintah.
Meski panah Han Sen tak bersuara, namun tetap bisa terlihat. Bukanlah panah tak kasat mata yang sesungguhnya.
Pangeran Duri menyuruh para makhluk bermutasi dan makhluk roh menjaga masing-masing arah. Sekalipun Han Sen melepaskan panah lagi, pasti akan terlihat oleh mereka.
Panahnya bisa membunuh makhluk bermutasi, terutama karena menyergap titik lemah mereka. Jika terlihat lebih dulu, dengan reaksi dan tenaga makhluk-makhluk mutan itu, mereka sepenuhnya bisa menghalangi panah, bahkan langsung menghancurkannya pun bukan hal sulit.
Tidak menemukan kesempatan untuk melepas panah lagi, Han Sen terpaksa mundur diam-diam. Mampu membunuh dua makhluk bermutasi sudah merupakan rekam jejak yang cukup bagus, cukup melemahkan kekuatan Pangeran Duri.
Sekarang hanya tersisa lima makhluk bermutasi dan dua roh bangsawan termasuk Pangeran Duri. Dengan personel di tempat perlindungan ditambah ular naga, seharusnya sudah memiliki kemampuan bertarung.
Karena ketakutan akan serangan mendadak Han Sen, kecepatan gerak pasukan Pangeran Duri melambat signifikan. Ketika Han Sen kembali ke perlindungan, mereka bahkan belum keluar dari area puncak gunung hutan pedang.
Han Sen tidak hanya membunuh dua makhluk bermutasi, tapi juga menyaksikan kekuatan makhluk mutan dan roh bangsawan yang datang kali ini. Setelah kembali, dia melakukan penyesuaian persiapan secara spesifik.
“Lima makhluk bermutasi dan dua roh bangsawan, ditambah 200-300 makhluk purba. Personel kita memang sedikit, tapi seharusnya ada kesempatan untuk menang.” Huang Lao merenung sambil berkata.
“Kalau kita hanya bertahan di kota, masih ada keunggulan. Asalkan kota tidak ditaklukkan, makhluk purba itu tidak akan jadi ancaman besar. Yang dikhawatirkan adalah jika kota berhasil ditembus...” seseorang berkomentar.
“Jumlah personel masih terlalu sedikit. Meski kota kecil ini tidak luas, untuk menjaga empat sisi tembok benteng, orang-orang seperti kita tetap kurang cukup.” Seorang pria mengerutkan kening.
“Dalam situasi sekarang, terpaksa harus bertarung habis-habisan.” Seorang lain menggosokkan tangan penuh semangat.
Setelah rapat selesai, Han Sen kembali berkeliling meninjau seluruh penjuru kota. Akhirnya ia mendatangi bagian atas Kuil Roh yang menjadi pusat kota kecil ini. Dari sini seluruh tembok pertahanan terlihat jelas, seolah memandangi seluruh permukiman dari ketinggian.
“Mereka datang... Roh-roh itu datang!” Teriak seorang penunggang kuda yang berlari kencang memasuki gerbang kota.
Hati semua orang berdesir, pandangan tertuju pada Han Sen yang berdiri di atap Kuil Roh.
"Ikuti rencana sebelumnya, semua kembali ke posisi masing-masing." Han Sen mengucapkan sambil memanggil ular naga, menyuruhnya menunggu di dalam Gerbang Utara, sementara Xiao Fengfeng tetap berada di atas tembok benteng.
Han Sen sendiri berdiri di puncak Kuil Roh, tidak berniat untuk pergi.
Memandangi orang-orang yang tampak cemas, Han Sen tetap tak ambil pusing, memeriksa roh binatang serigala cakar emas yang baru saja diperolehnya.
Serigala Cakar Emas Bermutasi: Roh Binatang Senjata.
Saat Han Sen memanggilnya, yang muncul adalah pisau belati Langya tingkat mutasi. Meski tak sehebat pisau belati berwarna darah, ini tetap senjata yang luar biasa.
"Aku adalah Pangeran Duri dari Tempat Perlindungan Duri. Mulai saat ini, tempat perlindungan ini menjadi milikku. Kalian manusia bisa selamat asal bersumpah tunduk padaku." Dengan wajah dingin, Pangeran Duri yang sedang kesal langsung menyampaikan ultimaturnya di depan gerbang kota.
"Aku hanyalah prajurit biasa di kota kuno, datang khusus untuk membuatmu menyerah, penyihir! Asalkan kau bersumpah tunduk padaku, aku jamin kau akan jadi budakku." Di atas tembok benteng, seseorang bernama Chen Lei berteriak balas.
Manusia yang bertahan di kota langsung tertawa terbahak-bahak, justru membuat suasana tegang sebelumnya mulai mereda.
"Cari mati!" Pangeran Duri yang sejak awal sudah dalam kondisi hati buruk, mendengar ini langsung marah. Begitu komando diberikan, makhluk-makhluk mutan itu langsung menyerbu kota kecil itu dengan ganas bak serigala dan harimau.
Han Sen merasa frustasi. Rencana-rencana persiapannya yang matang ternyata sia-sia karena Pangeran Duri sama sekali tidak berniat mengepung kota, melainkan langsung menyerbu frontal. Banyak strateginya jadi tak berguna.
"Rupanya aku melebih-lebihkan kecerdasan Pangeran Duri." Han Sen tersenyum pahit dalam hati. Segera ia memindahkan semua pasukan ke Gerbang Utara, sambil sendiri melompat turun dari puncak Kuil Roh menuju tembok Gerbang Utara.
Tapi serangan gencar Pangeran Duri seperti ini justru mengurangi tekanan bertahan Han Sen dan kawan-kawan, masalah kekurangan personel pun akhirnya terselesaikan.
Cukup dengan 20-30 personel untuk menjaga tembok sisi utara saja.
Tiba-tiba arena depan kota riuh rendah oleh auman buas binatang, ledakan api, deru bilah-bilah angin, sambaran kilat, dan teriakan perang manusia yang menyatu, membuat darah berdesir panas tak tertahankan.
Tembok benteng terkoyak goresan dalam oleh bilah-bilah angin, api meledak di permukaannya, menghamburkan puing, debu, dan percikan api. Seekor makhluk mutan mirip macan tutul yang baru saja merangkak naik, langsung ditusukkan tombak ke matanya oleh seorang manusia, genangan darah dan jeritan memilukan menyembur bersamaan.
Roar!
Seekor harimau api merah menyala di tubuhnya. Setelah mengaktifkan serangkaian kunci gen, tubuhnya yang bagai kobaran api hampir setinggi tembok kota. Terjangannya yang ganas membuat para penjaga kota gemetar ketakutan, kaki mereka hampir tak mampu menopang.
Boom!
Siluet berwarna darah raksasa melompat dari dalam kota, menghantam harimau api yang mengamuk itu hingga terlempar belasan meter.
Ular naga mendongak mengaum keras. Kibasan ekornya menyapu tujuh delapan makhluk purba hingga tulang mereka remuk berhamburan.
Di langit, elang hitam raksasa terbang melintas. Bilah-bilah angin tajam berhamburan dari udara. Seekor monster Titan menggedor gerbang kota sambil memeluk pilar batu hitam yang lebih besar dari pilar marmer istana. Hantamannya membuat serpihan kayu beterbangan, mengguncang seluruh kota kecil.
Han Sen tidak kunjung bertindak, hanya berdiri di gerbang kota sambil memimpin orang-orang dan ular naga untuk menahan serangan pasukan besar makhluk roh. Meski sebelumnya dia berhasil membunuh dua makhluk mutan, kekuatan tempur pasukan makhluk roh yang tiba-tiba meledak masih jauh melampaui perkiraan mereka.
Hanya ada dua makhluk bermutasi yang membuka lima kunci gen. Harimau api itu sama seperti ular naga, keduanya adalah mutasi top yang telah membuka enam kunci gen.
Umat manusia langsung terjebak dalam pertempuran sengit yang lebih sulit dari perkiraan semula.
Han Sen justru memandang seluruh medan pertempuran dengan tenang, terus-menerus memberi perintah. Di bawah pengaruh aura Dongxuan, setiap gerakan manusia, makhluk mutan, maupun makhluk roh terpantul sebagai banyak orbit berbeda di otaknya. Otak Han Sen bekerja tanpa henti, menghitung semua kemungkinan jalan menuju kemenangan.
Namun bagaimanapun dihitung, pertempuran frontal tidak cukup untuk meraih kemenangan.
“Jika frontal tidak cukup untuk bertarung, maka hanya bisa tangkap pencuri, tangkap rajanya dulu.” Sorot mata Han Sen tertuju pada Pangeran Duri yang masih berdiri di area pertahanan tanpa turun bertempur.
Sementara itu, Pangeran Duri juga mengamati Han Sen. Kemampuan bertarung manusia di kota kecil ini ternyata jauh lebih kuat dari perkiraannya. Sebagai dirigen, tentu Han Sen telah menarik perhatiannya.
