Kembali ke tempat perlindungan, Han Sen memanggil Nyonya Sekejap kembali dan menyuruhnya membawa ular naga untuk berburu daging makhluk bermutasi.
Meski Nyonya Sekejap enggan, dia tahu harus melakukan sesuatu untuk Han Sen - kalau tidak, bagaimana mungkin Han Sen akan membiarkannya.
Setelah Nyonya Sekejap pergi, Han Sen memasuki Basis Spiritual melalui patung dewa, melanjutkan misi merampas gen.
Tapi di Basis Spiritual Kedua, hampir tidak ada lawan yang sepadan baginya. Lagipula dia sudah menduduki peringkat pertama, tidak berwenang aktif menantang makhluk roh lain.
Dia hanya bisa menunggu makhluk roh biasa menyerahkan gen mereka. Namun cara ini maksimal hanya bisa mendapatkan gen makhluk roh keluarga kerajaan, mustahil membuat Di Ling tunduk padanya.
"Yang Mulia Tai Shang, akhirnya saya bisa bertemu lagi dengan Yang Mulia!" Saat Han Sen menunggu gen otomatis datang, tiba-tiba muncul makhluk roh tinggi besar yang gembira berlari mendekat lalu membungkuk hormat.
"Oh kau, Ju Yan." Han Sen mengenali makhluk roh pertama yang pernah ditemuinya di Basis Spiritual Pertama. Entah sejak kapan dia sudah naik ke Basis Spiritual Kedua.
"Yang Mulia Kaisar Boneka, apakah Anda mendengar kabar? Kaisar Lie Kong dari Pulau Suaka Udara mengatakan bahwa Yang Mulia hanyalah seorang pengecut tak berilmu. Jika bertemu dengannya, dengan sekali tepuk tangan saja dia bisa membunuhmu. Dia bahkan menantangmu untuk datang ke Pulau Suaka Udara dan bertarung..." Si Ju Yan yang bertubuh kekar ini ternyata suka bergosip seperti wanita.
"Kalau dia begitu percaya diri, suruh saja datang ke Basis Spiritual untuk mencariku. Aku akan menunggunya di sini." Han Sen berkata dengan datar.
Ju Yan terkejut: "Yang Mulia, bukankah Kaisar Lie Kong itu Kaisar Spiritual dari Basis Spiritual Ketiga?"
"Orang yang tidak sebanding untuk diperhatikan." jawab Han Sen santai.
Ekspresi Ju Yan penuh kekaguman: "Kewibawaan Yang Mulia tak tertandingi, bahkan Kaisar Lie Kong sekalipun tidak Anda pedulikan. Tapi karena dia terus-menerus menantang, jika Yang Mulia tidak merespons, orang-orang mungkin mengira Anda takut padanya."
Han Sen hatinya berdebar: "Di Ling apa sifat dari Kaisar Lie Kong itu?"
"Konon Di Ling dengan unsur ruang, bisa merobek kehampaan dengan tangan kosong, juga menembus dimensi ruang dengan satu gerakan. Wibawanya memang sangat agung. Kalau bukan karena kehadiran Yang Mulia, Kaisar Lie Kong itu pantas disebut penguasa tak terkalahkan yang telah mengalahkan semua lawan setingkat di seluruh penjuru alam." kata Ju Yan.
"Setelah aku naik ke Basis Spiritual Ketiga, kubabat dia begitu saja." Han Chen melambaikan tangan dengan santai seolah membicarakan hal sepele.
Sebenarnya dia ingin membabat Kaisar Lie Kong itu untuk mengambil gen Di Ling unsur ruang. Tapi kecuali di dalam Basis Spiritual, status Super Di Ling-nya hanya bertahan tiga detik. Mustahil baginya menerima tantangan.
Han Sen hendak melanjutkan pembicaraan dengan Ju Yan, tiba-tiba merasakan Kuil Roh bergetar. Langsung keluar dari Basis Spiritual, ternyata Zero sedang mengetuk patung dewa.
Melihat Han Sen keluar, Zero menunjuk ke luar kuil dan berkata singkat: "Ada yang."
Han Sen keluar dari kuil, melihat Kakek Huang dan yang lainnya berteriak-teriak dengan panik di Area Timur.
"Kakek Huang, ada apa?" Han Sen keluar dari Kuil Roh, mendatangi Area Timur, lalu menghampiri Kakek Huang sambil bertanya.
"Chen Changlian dan beberapa orang pergi berburu kumbang cangkang besi, terjebak di Hutan Duri..." Kakek Huang cepat-cepat menjelaskan situasinya.
"Bukankah sudah kukatakan, kalian hanya boleh berburu di sekitar sini, tidak boleh masuk ke kedalaman Hutan Duri? Kenapa mereka pergi ke tempat yang begitu jauh?" Han Sen mengerutkan kening.
"Mereka sedang kebingungan sesaat, Xiao Han, bisakah kau mencari cara untuk menyelamatkan mereka?" Kakek Huang berseru gugup.
Han Sen menatap Evolusioner yang berhasil kabur itu: "Jelaskan dengan detail, bagaimana persisnya mereka bisa terjebak?"
"Saya dan Chen Changlian bersama lima enam orang pergi membunuh kumbang cangkang besi. Awalnya kami hanya berburu di sekitar tanpa menjauh. Tapi saat siang hari, kami melihat seekor makhluk mutan yang terluka parah. Kami ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk membunuhnya. Meski terluka, makhluk itu masih lari sangat cepat. Kami terus mengejarnya dari belakang, tanpa sadar masuk ke kedalaman hutan duri......"
Di sini, sang Evolusioner menunjukkan wajah yang baru saja terhindar dari bahaya: "Siapa sangka saat kami terus berlari, tumbuhan duri di sekeliling tiba-tiba menjerat keluar. Chen Changlian dan yang lain terjerat. Karena saya berada di posisi paling belakang dan respons saya cukup cepat, baru tidak ikut terjerat. Dari kejauhan kulihat yang menjerat mereka adalah semak duri aneh, berbeda dengan yang lain. Setelah terjerat, duri-duri menusuk sekujur tubuh mereka. Mereka sama sekali tidak meronta, sepertinya pingsan......"
Setelah mendengarkan dengan saksama, Han Sen merenung sejenak lalu berkata: "Ayo, antarkan aku ke sana untuk melihat situasinya."
"Kami akan ikut bersama Anda," kata Kakek Huang buru-buru menawarkan diri.
"Tidak perlu. Di kedalaman hutan duri terlalu banyak misterius. Jumlah orang yang banyak justru berisiko menimbulkan masalah. Aku akan memeriksa dulu." Han Sen menolak tawaran mereka. Ia menunggangi Xiao Fengfeng dan pergi bersama orang itu menuju lokasi kecelakaan Chen Changlian dkk.
Namun baru setengah jalan, tiba-tiba orang itu menunjuk ke depan sambil berteriak: "Itu dia makhluk mutannya! Karena mengejar makhluk itulah Chen Changlian dan yang lain terjebak oleh sulur duri!"
Han Sen melirik ke arah yang ditunjuk. Benar terlihat seekor makhluk mutan sedang tiarap di antara semak duri.
Makhluk itu berbulu putih salju, terlihat seperti seekor beruang namun posturnya jauh lebih kecil. Sepertinya belum dewasa. Bulu-bulunya penuh bercak darah, terutama di area perut yang masih meneteskan darah, menunjukkan luka yang sangat parah.
Melihat Han Sen dan rombongannya, beruang putih kecil itu langsung berbalik dan kabur, meninggalkan jejak darah di tanah, posturnya pun terlihat goyah.
"Arah larinya, apakah menuju tempat Chen Changlian dan yang lain terjebak?" Han Sen mengerutkan kening sambil bertanya.
"Ya, ke sana," jawab Li Yutian.
"Ayo, kita kejar!" ucap Han Sen dengan datar, lalu mendesak Xiao Fengfeng untuk mengejar beruang putih kecil yang terlihat terluka itu.
Orang awam mungkin mengira beruang itu luka berat, tapi Han Sen bisa melihat vitalitas dalam tubuhnya yang justru sangat kuat, sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda melemah - mana mungkin hewan terluka parah bersikap seperti ini.
Sangat mungkin beruang kecil ini sengaja memancing mereka ke Hutan Duri. Tujuan tersembunyinya masih misteri, namun biasanya motif seperti ini berkisar antara perburuan mangsa atau mengamankan persediaan makanan.
"Kejar beruang putih kecil itu ke dalam!" kata Han Sen sambil berjalan, lalu berkata pada Li Yutian: "Kamu awasi baik-baik, beri tahu sebelumnya saat mendekati area semak duri."
Li Yutian mengangguk cepat seperti burung mematuk, tapi tiba-tiba dari semak duri di sekeliling mereka muncul sulur-sulur berduri mirip ular monster yang langsung melilit ke arah mereka.
Sorot mata Han Sen memancarkan aura pembunuhan. Tangan kanannya menggenggam gagang Pedang Tai'a, langsung menghunusnya dan menghasilkan gelombang energi pedang berapi hitam yang memutus sulur-sulur berduri itu.
"ROARR!!!"
Jeritan keras menggema sementara tanah bergetar hebat. Sulur-sulur berduri sebesar ular raksasa menyembul dari tanah yang retak. Sebuah siluet luar biasa besar menerobos keluar dari balik lumpur.
