"Ya Tuhan, monster apa ini?!" teriak Li Yutian sambil terpental mundur ketakutan.
Di hadapan mereka, seekor serangga besar seukuran bus umum muncul dari dalam tanah. Di punggungnya, tumbuh tentakel seperti duri yang meliuk-liuk. Setelah beberapa di antaranya terpotong, rasa sakit membuatnya mengamuk dan melesat ke arah Han Sen dengan kecepatan tinggi, sementara duri-duri di punggungnya menggeliat liar seperti tarian ganas.
Beruang putih kecil yang sebelumnya kabur dengan luka-luka, kini berdiri di atas kepala serangga duri raksasa itu. Dengan penuh semangat, ia menggeram ke arah Han Sen tanpa menunjukkan sedikitpun bekas luka, malah terlihat sangat bangga.
Darah yang menempel di bulunya jelas bukan berasal dari dirinya sendiri. Kemungkinan besar itu adalah darah makhluk lain, atau bahkan mungkin darah Chen Changlian dan kawan-kawannya.
Han Sen mengamati beruang kecil dan serangga duri itu dengan rasa takjub. Meski berbeda spesies, mereka ternyata bisa berkolaborasi memancing mangsa dengan taktik licik. Kecerdasan semacam ini sungguh luar biasa.
“Kamu pergi dulu.” Han Sen berkata pada Li Yutian, langsung menggenggam pedang matahari melompat bangkit, menyerang beruang putih kecil yang berdiri di atas kepala monster duri.
Kilauan cahaya muncul di tubuh beruang putih kecil, seketika jutaan tentakel duri dari punggung monster duri di bawah kakinya melilit ke arah Han Sen yang berada di udara.
Raut wajah Han Sen berubah total, 《Burung Phoenix yang Abadi》 yang baru dilatihnya diaktifkan. Seluruh tubuhnya terbungkus api hitam, pedang matahari juga menyala kobaran api hitam pekat, menyemburkan sayatan pedang hitam sepanjang beberapa zhang.
Di antara kilatan sayatan pedang, dengan gemilang memutus semua tentakel yang melilitnya. Membawa sayatan pedang sepanjang satu meter, menghujam ke arah kepala beruang putih kecil.
Beruang putih kecil yang baru saja penuh kebanggaan itu langsung sangat terkejut, berguling bangkit melonjak turun dari kepala monster duri, menghindar dari serangan pedang Han Sen ini.
Tapi makhluk mutan Thorn Worm tidak seberuntung itu. Tubuhnya yang besar langsung terbelah dua oleh semburan pedang api hitam sepanjang beberapa zhang. Kobaran api hitam terus melahap jenazahnya, dalam sekejap mata seluruh daging dan darah Thorn Worm terbakar menjadi abu beterbangan.
"Berhasil membunuh makhluk mutan Thorn Worm. Tidak memperoleh roh binatang. Daging dapat dikonsumsi. Penyerapan akan menambah 0 hingga 10 point gen bermutasi secara acak."
Han Sen membeku sejenak. Daya hancur Pedang Tai A yang dikombinasikan dengan api Burung Phoenix ternyata melebihi perkiraannya. Ternyata satu tebasan saja sudah mampu melenyapkan makhluk mutan.
Namun Han Sen mulai menyesal. Meski kombinasi api Burung Phoenix dengan gen elemen api makhluk roh level sempurna-nya memang luar biasa kuat, sayangnya sifat api yang terlalu otoriter ini malah membakar daging menjadi abu. Sama sekali tidak menyisakan kesempatan untuk menyantapnya.
Beruang putih kecil itu tampak ketakutan bukan main, merobek kakinya dan langsung kabur ke Hutan Duri, sama sekali tak tersisa kesombongan yang tadi dipamerkan.
"Chen Changlian dan kawan-kawan mungkin dalam bahaya besar. Kamu segera kembali laporkan hal ini pada Kakek Huang. Aku akan mengejar untuk memastikan." Setelah berkata pada Li Yutian yang tertegun seperti patung, Han Sen langsung mengejar beruang putih itu.
Sambil berlari, tubuh beruang putih itu memancarkan lingkaran-lingkaran cahaya aneh. Ribuan serangga dari sekitar Hutan Duri beterbangan menyerbu Han Sen.
"Kemampuan mengendalikan serangga? Ini termasuk aliran apa?" Han Sen dalam hati sedikit terkejut. Pedang Matahari-nya mengayunkan energi pedang api hitam, menghabisi semua serangga yang mendekat sambil terus mengejar si beruang.
Serangga-serangga ini kebanyakan level purba, dan pada dasarnya hanya membuka satu atau dua kunci gen, sama sekali tak mampu menahan api burung phoenix. Begitu tersentuh sayatan pedang api, langsung berubah menjadi abu beterbangan.
Kecepatan Han Sen sedikit lebih tinggi daripada beruang putih kecil itu, jarak di antara mereka perlahan semakin mendekat.
Beruang kecil itu terus melirik ke belakang sambil berlari, wajahnya dipenuhi ekspresi ketakutan, semakin mempertaruhkan nyawa untuk kabur.
Han Sen merasa heran, meski kemampuan bertarungnya kuat, energi vital beruang putih itu ternyata tidak lemah—bahkan lebih kuat daripada energi vital serangga duri sebelumnya. Paling tidak ini adalah makhluk mutan yang terlihat telah membuka cukup banyak kunci gen.
Tapi makhluk itu sama sekali tidak menunjukkan semangat bertarung, hanya terus-terusan kabur.
"Jangan-jangan bakat bertarung alaminya lemah, dan kemampuan kunci gen-nya justru mengendalikan serangga-serangga ini?" hipotesis Han Sen dalam hati.
Bagaimanapun juga, Han Sen harus membunuh beruang putih kecil ini. Jika bisa mendapatkan roh binatang, mungkin tipe yang didapat akan sangat langka.
Saat sudah hampir mengejar si beruang putih, Han Sen menyabetkan pedangnya. Si beruang sama sekali tidak berniat bertarung, hanya berusaha menghindar. Pedang api hitam itu menyentuh pantatnya, seketika bagian itu terbakar api hitam.
Si beruang menjerit keras, berguling-guling sambil merangkak di tanah. Kedua cakarnya terus menepuk-nepuk pantatnya, akhirnya berhasil memadamkan api hitam itu.
Han Sen kembali mengayunkan pedang ke arah kepalanya. Si beruang berguling menghindar dengan tergesa-gesa, lalu tiba-tiba berbalik dan bersujud di tanah. Ia terus membenturkan kepala ke tanah ke arah Han Sen, ternyata sedang memohon ampun.
“Sial, beruang putih kecil ini ternyata tidak punya semangat juang sama sekali, benar-benar makhluk mutan yang langka.” Han Sen sementara berhenti menyerang sambil mengawasi si beruang kecil yang terus-menerus menyembah-nyembah, terlihat sangat ketakutan.
Sikapnya benar-benar seperti cucunya sendiri, sama sekali tidak mirip makhluk bermutasi yang galak.
Tiba-tiba Han Sen mendengar semak duri di dekatnya bergoyang, tak lama kemudian melihat seekor kalajengking berekor dua berwarna hitam legam merangkak keluar.
Kalajengking itu besarnya sebuat tank berat, seluruh tubuhnya hitam legam berkilau dengan sepasang ekor racun yang panjangnya mencapai belasan meter, ujungnya mengeras tajam seperti jarum.
Tubuh kalajengking itu juga memancarkan cahaya hijau kebiruan, jelas-jelas makhluk mutan yang memiliki kekuatan racun mematikan. Jika sampai tertusuk, bahkan raga dengan resistansi racun pun belum tentu bisa bertahan.
"Baru saja terlihat sangat penurut seperti cucu, beruang putih kecil itu langsung berubah ekspresi begitu melihat kalajengking berekor dua beracun ini. Seolah bertemu penyelamat, ia berhenti menyembah-nyembah. Badan gemuknya berguling bangkit, lalu dengan gesit menerobos ke samping kalajengking beracun itu, memanjat ke punggungnya, lalu mulai menggeram dengan sombong ke arah Han Sen.
"Makhluk ini pantas disebut barang langka di antara para mutan." Sambil berpikir, Han Sen melihat kalajengking berekor dua itu sudah mendekat dengan cepat. Sebuah ekor racunnya menyambar seperti bayangan, menusuk tepat ke arah dada Han Sen.
Pedang Tai A di tangan Han Sen memancarkan api hitam, menghantam keras ekor kalajengking itu. Namun semburan energi hitam itu tak sanggup melukai ekor tersebut, malah terpental berhamburan. Ekor maut itu tetap melesat tajam ke arahnya.
Jantung Han Sen berdebar kencang. Dengan mengaktifkan teknik gerak Dongxuan, nyaris tidak berhasil ia menghindar dari serangan sengat ekor mematikan itu.
Sepasang ekor Kalajengking Berekor Dua menusuk beruntun, kecepatannya sulit dipahami. Han Sen mengembangkan teknik geraknya sambil terus menghindar, untuk sementara bahkan tidak menemukan kesempatan untuk melakukan serangan balik.
Beruang Putih Kecil melompat-lompat di punggung kalajengking beracun sambil terus menggeram ke arah Han Sen, terlihat sangat arogan dan sembrono, seolah-olah bisa membunuh Han Sen kapan saja.
"Makhluk langka ini agak aneh. Kalajengking Berekor Dua ini seharusnya level darah suci, kalau tidak cangkangnya tidak mungkin sekeras ini. Bahkan api Phoenix Abadi-ku tidak bisa melukainya. Beruang Putih Kecil ini hanya makhluk mutan tingkat rendah, bagaimana mungkin bisa mengendalikan Kalajengking Darah Ilahi ini?" Han Sen diam-diam merasa bingung.
