Sekarang kemampuan fisik Han Sen baru saja melewati angka seribu, masih lebih rendah dibanding makhluk mutan. Apalagi melawan makhluk darah suci yang setidaknya memiliki kemampuan fisik 1.800 bahkan 2.000, jelas bukan tandingan.
Han Sen hanya bisa terus menghindar dengan teknik gerak Dongxuan, sementara situasi pun semakin genting.
Perbedaan kemampuan fisik yang mencapai dua kali lipat membuat Han Sen hampir tak bisa mengancam kalajengking berekor dua. Andai bukan karena kehebatannya dalam strategi dan teknik gerak, mungkin tubuhnya sudah tertembus ekor racun itu.
Kalajengking berekor dua ini bahkan telah membuka setidaknya enam kunci gen, secara kemampuan pun benar-benar mengungguli Han Sen. Pada dasarnya tak ada kemungkinan untuk menang.
Beruntung kemampuan kalajengking ini hanya menambahkan racun. Andai memiliki daya pukau area luas, pasti Han Sen sudah terpaksa kabur dengan terburu-buru.
"Auu! Auu!" Beruang putih kecil itu berdiri di punggung monster sambil mengaum galak ke arah Han Sen, seolah berkata: "Ayo lawan! Jangan cuma lari, berani hadapi aku!"
Melihat sikap sombong si beruang putih kecil, Han Sen tetap tanpa ekspresi. Saat satu ekor racun nyaris menyentuhnya dan ekor lainnya hampir menusuk tubuhnya, aura mengerikan tiba-tiba menyembur dari dalam raganya.
Cahaya suci putih menyala-nyala membakar tubuh Han Sen. Baju zirah, rambut, dan sorot matanya berubah putih terang. Posturnya semakin jenjang dan berotot, tenaga eksplosif dahsyat bergolak dalam tubuhnya seolah siap meledak bagai gunung berapi.
Boom!
Otot-otot Han Sen menggelegak berenergi. Dalam sekejap, posturnya merobek ruang dan menghindari serangan ekor racun, melesat ke udara menuju beruang putih kecil itu.
Beruang putih kecil itu terkejut, keanggunan legendarisnya lenyap seketika. Dengan panik ia berusaha kabur.
Tapi di mana Han Sen akan memberinya kesempatan seperti ini, tinju yang menyala dengan cahaya suci putih menyala-nyala langsung menghantam tubuh beruang putih kecil. Seketika darah menyemprot dari mulut beruang itu, badannya terjatuh ke tanah, meronta-ronta dua kali tapi tak bisa bangun.
Han Sen mengulurkan tangan dan mencengkeram beruang putih kecil seperti anjing sekarat, menghindar dengan gesit dari serangan kalajengking berekor dua, lalu terbang ke langit.
Status Super Di Ling selama tiga detik berakhir. Han Sen yang telah menangkap beruang putih kecil tinggal separuh nyawa itu langsung kabur terbang dari langit.
Kalajengking beracun berekor dua meski kuat, sayang tak punya kemampuan terbang. Ia hanya bisa menonton pasif saat Han Sen menghilang di langit.
"Bukannya kamu sangat sombong? Coba sombong lagi satu kali biar kulihat?" Han Sen langsung membawa beruang putih kecil yang sudah separuh nyawa itu kembali ke area perlindungan, melemparkannya ke tanah sambil tersenyum manis mengawasi si beruang.
"Auu! Auu!" Beruang putih kecil itu bersuara pada Han Sen. Namun kali ini tidak terlihat seperti memohon ampun, malah sepertinya mengancam Han Sen.
"Bagus, kau punya semangat juang. Biar kucicipi apakah tulangmu benar-benar sekeras itu." Han Sen menghunus pedang Tai A, bersiap menyembelih si beruang untuk dimakan dagingnya.
Tiba-tiba beruang itu mengulurkan cakarnya, menggaruk tubuhnya sendiri hingga meninggalkan beberapa goresan darah. Dagingnya terkoyak hingga darah segar langsung mengucur deras.
Han Sen membeku sejenak, tak mengerti apa yang sedang dilakukan makhluk aneh ini.
Cepat-cepat, Han Sen akhirnya tahu apa yang diinginkan beruang putih kecil itu. Dia melihat hutan duri di sekitarnya bergoyang, berbagai serangga seperti air pasang menerobos semak duri dan membanjiri area ini.
Makhluk mutan serangga yang sebelumnya tidak berani memasuki area perlindungan, setelah mencium darah beruang putih kecil, bagai kecanduan opium, semua mati-matian berlari ke sini.
Sementara manusia di sekitar sana, saat ini ketakutan dan berlarian kembali ke perlindungan, sangat terkejut dengan terjadinya gelombang serangga.
"Semua kembali ke perlindungan!" Han Sen mengaum keras, menyuruh mereka masuk dulu sementara dia sendiri mundur sambil menggenggam beruang putih kecil.
Jumlah serangga benar-benar terlalu banyak, bahkan banyak di antaranya memiliki aura sangat kuat, setidaknya makhluk tingkat mutasi. Jika hanya beberapa ekor, Han Sen bisa membunuhnya dengan mudah.
Tapi semakin banyak serangga mengerikan yang datang, berebutan seolah-olah mereka semua adalah anak-anak si beruang putih kecil.
“Auu! Auu!...” Beruang putih kecil itu membanggakan diri sambil berteriak kepada Han Sen, seolah melakukan provokasi sekaligus mengancam agar Han Sen segera melepaskannya.
“Buang jauh-jauh mimpimu! Hari ini kamu mati sudah, sebanyak apa pun serangga datang takkan berguna.” Han Seng menggenggam erat beruang kecil itu sambil terus mundur.
Marah besar, si beruang kecil malah mencakar beberapa luka baru di tubuhnya sendiri. Darah segar yang mengalir semakin membuat gerombolan serangga itu mengamuk tak terkendali.
Kerumunan serangga hitam legam memenuhi setiap sudut, bahkan langit pun dipenuhi berbagai jenis serangga terbang. Tak lama, seluruh cakrawala tertutupi oleh gerombolan mereka - tayangan yang sungguh mengerikan.
Han Sen telah mundur hingga ke pohon besar di pintu masuk Tempat Perlindungan Bawah Tanah. Meski bisa menyelamatkan diri ke dalam, tapi khawatir gerombolan serangga akan mengejar dan menghancurkan pohon tersebut. Konsekuensinya benar-benar tak terbayangkan.
Sekalipun pohon tidak hancur, dengan begitu banyak serangga mengerikan yang menerobos masuk ke dalam perlindungan, kemungkinan Kakek Huang dan yang lain hanya bisa berteleportasi kembali ke Alliance, tidak ada kemungkinan lain untuk bertahan hidup.
Han Sen mengatupkan giginya, meraih beruang putih kecil, lalu langsung menerjang ke luar hutan duri. Seketika kawanan serangga itu menyelimuti langit dan bumi mengejar Han Sen, atau lebih tepatnya mengejar beruang putih kecil itu.
"Auu! Auu!..." Beruang putih kecil itu berteriak sombong, seolah punya andalan, yakin Han Sen tidak berani membunuhnya.
Han Sen benar-benar tidak berani melukainya. Jelas-jelas darah dan daging makhluk ini memiliki daya tarik yang mematikan bagi makhluk mutan serangga. Semakin parah lukanya, semakin gila serangan kawanan serangga itu.
Han Sen telah melihat kalajengking berekor dua dan beberapa makhluk mutan lain yang penuh vitalitas menerjang. Ia semakin terkejut melihat daya tarik luar biasa daging beruang putih kecil itu bagi mereka.
Dia sebenarnya bisa langsung membunuh beruang putih kecil itu dan membuang mayatnya di sini, mungkin para serangga tidak akan mengejarnya lagi.
Tindakan seperti itu mungkin bisa menyelesaikan masalah, tapi tidak memberikan keuntungan bagi Han Sen. Jadi kecuali dalam kondisi terpaksa, Han Sen tidak ingin menggunakan taktik seperti itu.
Tapi tanpa melakukan itu, Han Sen melihat semakin banyak serangga berdatangan, termasuk makhluk-makhluk level darah suci yang jaraknya semakin dekat, sudah hampir menyusul.
Saat Han Sen sedang mempertimbangkan apakah akan membunuh beruang kecil itu dan membuang mayatnya, tiba-tiba dia mendengar suara yang familiar.
"Ayah... Ayah..."
Hati Han Sen berdegup kencang. Ketika dia menengok, terlihat Bao'er sedang menggigit botol susu sambil merangkak cepat dengan tangan dan kaki putih gemuk yang montok, membawa debu berhamburan dan segera sampai di hadapannya.
“Kok kamu bisa ke sini?” Han Sen menggendong Bao'er, tak mengerti bagaimana anggota ini bisa merangkak sampai ke sini.
“Ayah... Bao'er mau minum susu...” Bao'er menggeleng-gelengkan botol susu di tangannya yang sudah kosong.
“Auu!” Beruang putih kecil itu jelas kebingungan melihat gerombolan serangga yang semakin mendekat, teriakannya semakin somongong.
Dor!
Kesal dengan keributan, kaki mungil putih Bao'er menendang wajah beruang yang berteriak itu. Seketika tubuh beruang itu terjungkal ke tanah, darah memercik dari wajahnya yang sudah berubah bentuk. Gigi-giginya pun berhamburan.
Mencium bau darah beruang yang kuat, gerombolan serangga menjadi semakin ganas. Seluruh langit-bumi seketika tertutupi oleh tubuh mereka, suara Bzzzt bergemuruh dahsyat.
“Aduh!”
Han Sen sedang bersiap untuk membawa Bao'er kabur, namun Bao'er yang marah karena rencana minum susunya diganggu oleh dengung serangga itu, melirik tajam ke arah serangga-serangga itu. Tangannya mengeluarkan labu mini entah dari mana, lalu berteriak "Ayah!" ke arah gerombolan serangga yang menyelimuti langit dan bumi.
