Gemerisik! Gemerisik!
Semak duri bergetar, siluet putih muncul menyembul dari balik rimbunan duri.
Han Sen membeku sejenak. Awalnya mengira mata merah darah sebesar itu pasti milik binatang buas berukuran besar. Tapi setelah diperhatikan lebih dalam, ternyata hanya seekor kelinci putih.
Meski ukurannya tidak kecil—tingginya setengah manusia—penampilannya tidak terlihat menyeramkan. Seluruh tubuhnya putih salju, mirip boneka berbulu ukuran raksasa.
Terlalu banyak makhluk mutan cantik yang pernah dilihat Han Sen. Dia tidak akan mengurangi kewaspadaannya hanya karena penampilan imut makhluk ini. Tatapannya tetap waspada mengamati kelinci besar bermata merah itu.
Aura yang dipancarkannya cukup kuat. Berdasarkan pengalaman Han Sen, ini pasti makhluk bermutasi. Hanya saja tidak tahu berapa kunci gen yang telah terbuka.
Kemampuan fisik Han Sen selevel dengan makhluk bermutasi kelas rendah. Jika menghadapi makhluk seperti ular naga yang telah membuka enam kunci gen, kecuali mengaktifkan status Super Di Ling, Han Sen bukanlah tandingannya. Karena itu dia tetap berhati-hati, tidak berani lengah sedikit pun.
Kelinci Mata Merah memberi tenaga dengan kaki belakangnya, melompat beberapa kali hingga berada di depan Han Sen. Han Sen mundur dengan gesit, sudah bersiap untuk memanggil ular naga darah untuk bertempur.
Namun Kelinci Mata Merah malah meraih tusuk sate panggang Han Sen yang masih di atas api dengan cakar depannya, mengeluarkan dua gigi kelinci putih mengkilap yang besar, lalu menggigitnya sekali. Seluruh daging panggang di tusukan itu dimasukkannya ke mulut, pipi menggembung sambil mengunyah dengan lahap.
Han Sen terpana melihatnya, dalam hati berpikir: "Kau seekor kelinci tidak makan lobak malah makan daging sudah keterlaluan, bahkan berani merampas tusuk sate panggangku. Kalau kau Makhluk Dewa Super mungkin masih bisa dimaklumi, tapi makhluk bermutasi biasa berani mengganggu Kakak Han mu? Jika Kakak Han mu tidak menunjukkan wibawanya, kau tidak akan tahu Raja Kuda punya tiga mata!"
Melihat daging panggangnya dikunyah kelinci mata merah hingga minyak menetes dari mulutnya, amarah di hati Han Sen langsung memuncak. Tanpa pikir panjang, ia menghantamkan tinjunya ke arah kelinci itu. Api Burung Phoenix di kepalan tangan menjelma menjadi seekor burung api yang dalam sekejap telah sampai di depan wajah kelinci tersebut.
Dor!
Tiba-tiba muncul gelembung transparan mengelilingi tubuh kelinci mata merah, persis seperti bola kaca kedap udara yang menyelubungi seluruh tubuhnya.
Api Burung Phoenix menghantam gelembung kaca itu dan langsung meledak berhamburan menjadi percikan api, namun gagal memecahkan perisai kaca tersebut.
Han Sen terkejut. Meski kemampuan fisiknya hanya setara dengan makhluk mutan kelas rendah, serangan berbasis elemen api sekuat ini seharusnya tidak kalah dari mayoritas makhluk mutan. Tapi nyatanya, gelembung pelindung kelinci itu tetap utuh!
Tapi sekejap kemudian, kelinci mata merah itu mengabaikannya, mengulurkan cakar untuk meraih lima enam tusuk daging panggang di atas api. Geraham besarnya yang tidak rata menggesek tusuk besi hingga memercikkan bunga api, membuat Han Sen semakin tak bisa menahan diri.
"Kamu sialan!" Han Sen bertekad bulat di dalam hati. Jantungnya berdegup kencang, api hitam berkibar-kibar di sekujur tubuhnya. Dua tinju menghantam dengan amuk, semburan api phoenix abadi yang mengerikan terus menerus menghantam kaca pelindung.
Burung-burung api menyelimuti langit dan bumi menubruk kaca pelindung. Setelah ledakan dahsyat yang menggelegar, tanah di area itu terkoyak membentuk lubang berdiameter belasan meter. Namun kaca pelindung itu tetap utuh tanpa sedikitpun kerusakan.
Han Sen langsung terkejut: "Sehebat ini? Jangan-jangan seperti ular naga darah, ini adalah mutasi langka yang telah membuka enam kunci gen?"
Kelinci Mata Merah fokus memanggang sate, mengabaikan sepenuhnya Han Sen. Han Sen pun kembali mengamati dengan seksama kelinci itu dan kaca pelindungnya, segera menyadari ada yang tidak beres.
Jika diamati lebih teliti, kaca pelindung itu ternyata tidak biasa. Meski terlihat transparan tanpa warna, dari sudut tertentu akan terlihat lapisan-lapisan cahaya pelangi memancar dari permukaannya.
Seperti lingkaran-lingkaran aura yang bertumpuk. Setelah dihitung, terdapat tujuh lapisan cahaya. Jika hipotesis ini benar, makhluk mutan ini ternyata telah membuka tujuh kunci gen!
"Makhluk Darah Ilahi?" Han Sen terkejut. Namun saat merasakan aura kelinci itu, intensitasnya jauh lebih lemah dibanding makhluk Darah Ilahi.
Setelah ragu sejenak, Han Sen memilih mundur perlahan. Makhluk mutan dengan tujuh kunci gen ini membuatnya tak berani sembarangan bertindak sebelum benar-benar memahami tingkat kekuatannya.
Hanya sebuah kaca pelindung saja sudah sehebat ini, apalagi kekuatannya yang tak terukur kedalamannya, benar-benar terlalu berbahaya.
Kelinci Mata Merah sibuk memanggang tusuk sate, tidak menghiraukan Han Sen. Setelah mundur cukup jauh, Han Sen meliriknya dengan penuh kebencian sebelum akhirnya mengakui nasib sialnya.
Aturan di perlindungan memang mengikuti hukum rimba. Dia memburu makhluk mutan untuk dimakan, sementara kelinci Mata Merah yang lebih kuat merebut daging panggangnya juga hal yang wajar.
Han Sen terpaksa berputar mencari rute lain untuk menemukan buruan baru.
Tak berjalan jauh, Han Sen melihat ngarai besar di depan yang meliuk-liku tak diketahui ujungnya. Saat mengintip ke dalam, dia kaget melihat banyak siluet putih - ternyata kumpulan kelinci Mata Merah berbentuk seperti bola salju.
“Kenapa bisa sebanyak ini?” Han Sen terkejut. Jika satu per satu kelinci Mata Merah itu adalah makhluk darah suci, jumlah mereka di lembah itu pasti mencapai ratusan. Kemampuan bertarung mereka sungguh luar biasa.
Namun ekspresi Han Sen segera berubah menjadi keheranan. Dengan menggunakan aura Dongxuan untuk mengintip, ia menemukan bahwa vitalitas kelinci-kelinci Mata Merah itu sangat lemah.
Tingkat vitalitas mereka di Perlindungan Suci Tuhan ketiga bisa dibilang paling rendah. Bahkan di antara makhluk biasa pun mereka termasuk jenis yang relatif lemah.
Berdasarkan perkiraan Han Sen, kemampuan fisik kelinci-kelinci ini baru mencapai level 300 Tingkat Manusia Surgawi. Di Perlindungan Kedua mereka akan dianggap makhluk luar biasa, tapi di Perlindungan Ketiga ini mereka hanya jadi target bully bagi siapa saja.
“Tidak mungkin! Sekalipun kelinci mata merah yang kujumpai sebelumnya adalah Raja Kelinci, perbedaannya tidak mungkin sebesar ini! Mungkinkah dalam kelompok makhluk biasa lahir raja yang merupakan Makhluk Darah Ilahi?” Han Sen diam-diam menyusup ke ngarai.
Karena masih ragu, Han Sen tidak memprovokasi kelinci-kelinci mata merah itu. Ia hanya berjalan menyusuri ngarai sambil mengamati mereka.
Postur tubuh kelinci mata merah di sini lebih kecil dibanding yang pertama kali ia temui. Dari cara mereka bergerak, sepertinya tidak ada vitalitas yang disembunyikan—mereka benar-benar terlihat seperti makhluk biasa.
Setelah berjalan puluhan kilometer ke dalam ngarai, Han Sen telah melihat setidaknya lebih dari seribu ekor kelinci mata merah. Namun tak satu pun yang mencapai level purba dalam energi vitalnya.
Han Sen tidak percaya semua kelinci ini menyembunyikan energi vital Makhluk Darah Ilahi atau makhluk bermutasi. Ia mencari kesempatan untuk menyergap seekor kelinci mata merah yang terpisah dari kelompoknya dengan serangan penuh.
Hasilnya sama sekali tidak menimbulkan suspense. Kelinci Mata Merah itu ternyata juga membentangkan kaca pelindung, namun kaca tersebut sangat rapuh. Langsung dihancurkan Han Sen bersama kelinci itu menjadi debu.
"Pemburuan makhluk biasa Kelinci Mata Merah selesai. Tidak memperoleh roh binatang. Daging dapat dikonsumsi. Memakan dagingnya bisa mendapatkan 0 hingga 10 point gen dasar secara acak."
