Di sungai, darah ungu dan merah berbaur. Meski mata Han Sen tak bisa melihat dalam air, aura Dongxuan tetap memungkinkannya mengunci posisi pria itu.
Hampir tanpa keraguan, Han Sen kembali menusukkan pedangnya. Cahaya suci di tubuhnya meledak seperti api, dengan mudah memecahkan air sungai.
Han Sen tahu status Super Di Ling-nya memiliki waktu terbatas. Jika tak bisa segera membunuh atau melukai parah pria itu, dialah yang akan bernasib sial selanjutnya.
Namun pria itu menghentakkan kakinya bagai letusan gunung berapi, meloncat ke permukaan air. Han Sen langsung menerobos keluar, hanya untuk melihat pria itu sudah berdiri di permukaan sungai 100 meter jauhnya.
“Aku akan mencarimu lagi... tidak akan berhenti sampai salah satu mati...” Pria itu terbang menjauh mengikuti aliran sungai.
Han Sen tidak mengejarnya, malah berbalik arah dan kabur ke sisi berlawanan. Status Super Di Ling-nya sangat terbatas. Jika mengejar sekarang, meski berhasil menangkap pria itu, status Super Di Ling pasti sudah habis. Saat itu terjadi, dialah yang akan menjadi santapan.
Membunuh pria itu jelas tak bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Status Super Di Ling takkan bertahan selama itu.
Han Sen terbang sekuat tenaga. Awalnya dikira status Super Di Ling-nya akan segera berakhir, tapi setelah beberapa detik, status itu masih bisa dipertahankan.
Sepuluh detik penuh berlalu sebelum status Super Di Ling limbung dan tubuh aslinya kembali. Saat ini, Han Sen hampir mencapai air terjun bawah tanah raksasa itu.
“Sepertini setelah Super Di Ling membuka kunci gen pertama, durasi statusnya meningkat. Bisa bertahan sekitar sepuluh detik, jauh lebih kuat dibanding sebelumnya.” Hati Han Sen dipenuhi kelegaan dan kejutan.
Tapi sekarang bukan waktunya untuk senang, Han Sen melanjutkan penerbangan ke depan, ingin segera meninggalkan gua bawah tanah ini.
Bahkan dalam status Super Di Ling sekalipun, hanya bisa mengandalkan pedang Tai A untuk melukai pria itu. Tapi dua kali menusuk jantungnya, tetap gagal membunuhnya, ini menunjukkan betapa mengerikannya pria tersebut.
Han Sen tak ingin lagi mengambil risiko bertarung dengan pria itu, hanya berharap cepat kembali ke tempat perlindungan dan takkan pernah datang lagi ke tempat angker ini.
Sehebat apapun pria itu, selama Tempat Perlindungan Bawah Tanah dipindahkan ke kedalaman hutan duri, Han Sen tidak percaya dia masih bisa menemukannya.
Tapi malang tak bisa ditolak, sebelum Han Sen mencapai air terjun, pria itu sudah melangkah di atas air mengejarnya lagi.
“Hampir tertipu olehmu. Dengan kondisi ragamu, memang tak bisa mempertahankan status itu dalam waktu lama.” Suara pria itu kini lebih lancar, mengandung tekstur seperti gesekan logam yang membuat tak nyaman di hati, tapi setidaknya sudah bisa berbicara utuh.
“Kamu ingin mencoba lagi?” Han Sen berhenti, melayang di udara, matanya mengawasi ketat dengan dingin.
Luka pedang di dada pria itu ternyata sudah membeku dan berkeropeng, kecepatan pemulihannya sungguh mengerikan. Han Sen tahu kabur sekarang sudah terlambat. Siapa tahu dengan taktik intimidasi masih ada gunanya.
“Trik receh seperti ini berani kau peragakan di hadapanku Yasha? Tak tahu hidup mati!” Pria itu mendengus keras, posturnya seperti hantu melesat, langsung menerobos ke depan Han Sen tanpa keraguan.
“Sial!” Han Sen merintih dalam hati. Tak ada pilihan lain, ia berbalik dan kabur sambil memanggil ular naga darah untuk menghadang sejenak.
Ular naga yang sudah terluka parah sebelumnya, kini dihantam oleh pria yang mengaku sebagai Yasha. Mulutnya langsung memuntahkan darah deras dan terhempas ke dalam sungai bawah tanah, memercikkan genangan air besar.
Han Sen buru-buru menyimpan kembali ular naga itu. Jangan-jangan sampai mati, nanti dari mana lagi cari hewan peliharaan bermutasi yang sudah membuka enam kunci gen?
Tapi melihat Yasha kembali mengejar, Han Sen merasa frustasi: "Sialan! Di bawah tanah begini. Andai ada ruang, aku bisa terbang kabur. Tidak perlu dikejar-kejar seperti kodok panik!"
Entah ilusi atau bukan, Han Sen merasa kecepatan Yasha semakin menjadi. Lebih cepat dari saat pertama muncul, dan mobilitasnya pun terlihat lebih lincah.
"Yasha menyerang tiba-tiba," Han Sen menggerutu dalam hati. Tanpa kemampuan bertransformasi menjadi Super Di Ling, satu-satunya andalannya hanyalah pedang patah Tai A yang ada di tangannya.
Han Sen menusukkan pedangnya, namun karena kecepatan dan tekniknya kalah dari Yasha, telapak tangan musuh berhasil menghindari Tai A dan hampir saja mencekik lehernya.
Dengan memaksakan tenaga, Han Sen terjatuh ke permukaan air. Sebelum sempat menstabilkan diri, tiba-tiba ia menyaksikan ledakan air di kejauhan - seekor naga perak bersisik menganga mulut berdarahnya siap menerkam.
"Sial benar! Terjepit di antara dua bahaya. Aku sampai lupa monster ini!" soraknya. Sadar telah sampai di kolam bawah air terjun, posisinya yang berdiri di atas air justru membuatnya menjadi buruan sang naga perak.
Yasha melihat naga bersisik perak membeku sejenak, tapi Han Sen tidak berani lengah. Mengatupkan gigi, tubuhnya meliuk dan langsung melompati kepala naga itu, menabrak badan sang naga.
Tangannya meraih tubuh naga perak, bersiap menghadapi serangan dahsyat. Namun siapa sangka naga itu malah mengabaikannya, matanya tertancap pada Yasha yang menginjak sungai, mengeluarkan raungan mirip lengkingan naga.
"Tak kusangka kau masih bernyawa," ujar Yasha pada naga perak dengan nada merendahkan.
Naga itu seolah paham perkataan Yasha. Mendengar itu, amukannya makin menjadi. Tubuh perkasanya memukul air hingga ombak setinggi tiga meter tercipta, membuat rantai pengikatnya gemerisik keras.
"Meski gaya-nya sangat besar, bahkan gunung kecil pun mungkin hancur jika ditabraknya, namun rantai sebesar lengan yang menembus tubuh dan mengikatnya ini membuatnya tak berdaya, sulit melepaskan diri."
Han Sen tiarap di punggung Naga Perak Bersisik, kedua tangan mencengkeram erat tubuhnya. Rasanya lebih menegangkan daripada menunggang banteng, beberapa kali hampir terlempar.
"Bai Jiao, aku malas membunuhmu. Asal berikan nyawa bocah itu, jangan halangi." Yasha berkata sambil melompat mencoba menangkap Han Sen di punggung naga.
Naga Perak Bersisik menderu, tubuhnya meliuk seperti naga. Han Sen terlempar ke air, sementara sang naga menyambar Yasha dengan gigitan ganas.
Han Sen yang terombang-ambing dalam arus kacau akhirnya berhasil menstabilkan posturnya. Dengan susah payah ia muncul dari air yang diaduk-aduk Naga Sisik Perak menjadi pusaran liar. Saat menghindari tubuh naga yang menggelepar liar, tiba-tiba ia menyaksikan Yasha menghantamkan pukulan ke ubun-ubun naga itu. Seketika naga tersebut terjungkal ke dalam air, membuat cipratan air beterbangan ke segala penjuru.
Naga Sisik Perak mengaum keras dan kembali menerjang keluar dari air untuk bertarung sengit dengan Yasha. Meski tubuhnya terlihat lebih perkasa dibanding Yasha yang dipenuhi aura jahat, rantai yang membelenggu membuatnya tak mampu melukai Yasha sedikitpun.
Han Sen tetap berendam di air tak berani muncul. Dalam radius ini, serangan Yasha masih bisa dihadang oleh Naga Sisik Perak. Namun jika ia nekat keluar dari area perlindungan, tak akan ada yang bisa menahan gempuran Yasha.
Melihat naga bersisik perak menarik rantai hingga berderit, tapi tak mampu menjangkau Yasha itu, Han Sen tergerak hatinya. Ia menyelinap masuk ke dalam kolam, berenang menuju kedalaman.
