Mengajar teknik memanah bukanlah hal sulit bagi Han Sen. Dengan serius ia membagikan pemahaman mendalamnya tentang panah kepada para murid.
“Mentor Han, katanya kamu menguasai teknik panah spiral yang sangat hebat, ajarilah kami.” Ada yang mendengar materi pengajaran Han Sen hanya berisi tips rahasia tanpa teknik keren, langsung tak tahan berkomentar.
Ucapan itu langsung memicu resonansi banyak orang, mereka berdesakan meminta Han Sen membagikan teknik panah spiral.
Han Sen tersenyum tipis: "Ada pepatah klise tapi bermakna, nasi harus dimakan sesuap demi sesuap. Menguasai dasar jauh lebih berguna daripada teknik keren."
"Mentor Han, kami sudah belajar dasar panahan di akademi militer," protes orang itu dengan nada tidak puas.
"Itu dasar dari tempat lain, bukan dari sini," Han Sen berkata sambil tersenyum. "Baiklah, sekarang kita bahas tali busur."
Han Sen tidak banyak menjelaskan. Panah spiral membutuhkan gaya spiral sebagai dasar, bukanlah hal yang bisa diajarkan dalam beberapa kelas singkat. Namun tips rahasia yang diajarkan Han Sen mencakup penerapan dalam pertarungan nyata beserta pengalaman dan pemahaman pribadinya.
Meski terdengar seperti prinsip umum yang monoton, dan banyak murid mulai tak sabar, inilah hal berharga yang benar-benar bisa meningkatkan persentase bertahan hidup mereka di perlindungan.
Hanya saja kemampuan memahami tiap orang berbeda. Ada yang tak mau mendengarkan, Han Sen pun tak bisa memaksa mereka.
Kisah humoris dan teknik keren memang bagai magnet, tapi Han Sen sungguh ingin membagikan teknik praktis. Waktu mengajarnya terbatas, dia juga tak mau melakukan hal sia-sia yang membuang-buang waktu.
“Remaja zaman sekarang telah terlalu banyak mendengar teori dan prinsip. Mereka tampak tidak sabar dengan nasihat, bosan diperintah apa yang harus dilakukan, merasa sudah belajar cukup banyak dan tak perlu lagi mendengarkan hal-hal seperti ini.”
Banyak remaja menunjukkan ekspresi kecewa. Awalnya mengira Han Sen akan membagikan sesuatu yang istimewa, tapi ternyata hanya nasihat-nasihat sepele yang bertele-tele.
Hanya segelintir murid yang benar-benar fokus, rendah hati, atau memiliki pemahaman diri yang tinggi, yang menyimak dengan saksama setiap detail yang dijelaskan Han Sen dan berusaha mencatat banyak poin penting.
Han Sen mengakui dirinya bukan dosen profesional, jadi penyampaiannya kurang baik. Tapi ia sudah berusaha maksimal - yang penting hati tetap bersih.
Saat kelas berakhir dan Han Sen sedang bersiap pergi, dua murid mendekat. Satu berambut hitam, satunya lagi berambut merah.
“Mentor Han, bolehkah saya meminta nasihat tentang beberapa masalah?” tanya remaja berambut hitam itu dengan patuh.
“Tentu,” jawab Han Sen sambil mengangguk.
"Saya ingin bertanya, saat pertarungan jarak dekat, apakah Mentor akan memilih menggunakan panah?" tanya remaja berambut hitam itu.
Han Sen tertegun sejenak. Awalnya dia mengira pemuda itu akan menanyakan tentang teknik panah spiral, tapi tak disangka pertanyaannya justru seperti ini.
"Pertanyaan yang bagus. Setelah kalian selesai kelas, jika masih berminat, hubungi ID ini. Jangan ganggu sesi mentor berikutnya." Han Sen memberikan nomor ID pribadinya.
Bukan maksudnya mengabaikan, tapi pertanyaan itu mencakup cakupan luas yang tak bisa dijelaskan dalam beberapa kalimat. Masih ada jadwal mentor lain, dan jika mereka benar-benar serius, Han Sen bersedia meluangkan waktu khusus.
"Terima kasih, Mentor Han." Keduanya mengucap syukur lalu kembali ke kelas.
"Penjelasannya bagus." Qin Xuan menyambut Han Sen di ruang istirahat dengan senyuman.
"Jelas sebagian besar murid tidak menyukai materi yang kubawakan." Han Sen mengangkat bahu sambil berkata.
"Murid-murid masih terlalu muda, belum paham bahwa apa yang Anda ajarkan jauh lebih bisa menyelamatkan nyawa daripada teknik-tenik keren." Qin Xuan tersenyum lagi, "Baru saja kulihat dua remaja dari keluarga Arthur mendatangi Anda, apa mereka tidak mempersulit?"
"Hanya bertanya tentang beberapa pertanyaan di bidang panahan." Han Sen terlihat agak terkejut, "Apakah ada yang spesial dari mereka?"
"Mereka berdua adalah dua troublemaker di Kelompok Aksi Keamanan Khusus kami, ditambah latar belakang keluarga mereka yang cukup kuat, sangat merepotkan. Asal tidak bertindak semena-mena saja sudah bagus." Qin Xuan tertawa.
"Ngomong-ngomong, bagaimana pertimbangan Anda mengenai hal yang kita bicarakan waktu itu?" Qin Xuan mengalihkan topik.
"Maksudmu pedang Tai A? Saat ini aku masih membutuhkannya di shelter, mungkin harus menunggu sampai aku dapat senjata pengganti yang cocok." jawab Han Sen.
"Kalau begitu tidak ada cara lain." Qin Xuan mengangguk.
Han Sen tahu Qin Xuan bukan tipe orang yang suka mempersulit orang lain. Semangatnya menanyakan soal pedang Tai A jelas menunjukkan betapa pentingnya senjata itu bagi dirinya atau seluruh keluarga Qin.
"Kapten Qin, bisakah bocorkan alasan khusus di balik pentingnya pedang Tai A? Tentu saja jika ini menyangkut hubungan emosional yang sensitif, tak perlu dijelaskan." ujar Han Sen.
Qin Xuan merenung sejenak lalu berkata: "Sebenarnya bukan tak bisa kuberi tahu, tapi setelah mendengar jangan sampai bocor ke luar."
"Masuk telingaku dan berhenti di sini." jawab Han Sen.
Setelah berpikir beberapa saat, Qin Xuan akhirnya membuka suara: "Waktu itu kau pernah menanyakan tentang paman buyut Qin Huaizhen. Hal ini juga ada kaitannya dengan beliau."
"Ada hubungannya dengan Qin Huaizhen?" Han Sen langsung menyetel telinga. Dia selalu ingin tahu apakah pria yang ditemukan di perlindungan itu benar-benar Qin Huaizhen, mengapa dia menyuruhnya berhati-hati terhadap Han Jingzhi, dan mengapa Kitab Darah dan Saraf Hidup - harta pusaka Sekte Darah Hidup - ada padanya. Semua ini ingin dia ketahui, tapi sama sekali tidak ada petunjuk.
Sekarang, mendengar pedang Tai A ternyata terkait dengan Qin Huaizhen, detak jantung Han Sen langsung berdegup kencang. Dia sangat ingin Qin Xuan segera melanjutkan ceritanya.
Qin Xuan melanjutkan: "Keluarga Qin di Era Kuno terbagi dua cabang. Satu berasal dari klan Ji di Dinasti Zhou, satu lagi dari klan Ying di Dinasti Qin. Cabang saya berasal dari klan Ying, konon keturunan kaisar pertama, entah benar atau tidak. Pedang Tai A ini adalah senjata kaisar pertama klan Ying. Keluarga Qin juga memiliki teknik latihan energi yang harus dipadukan dengan pedang ini untuk bisa dilatih."
“Teknik latihan energi apa yang perlu dikoordinasikan dengan sebilah pedang untuk dilatih?” tanya Han Sen penasaran.
“Ini tidak bisa saya beritahukan padamu.” Qin Xuan tersenyum lalu melanjutkan: “Dulu pedang Tai A berada di keluarga kami, tapi saat itu belum ditemukan. Teknik latihan energi dan ilmu bela diri kuno belum mendapat perhatian seperti sekarang. Meski karena hubungan generasi semua orang tetap berlatih, tapi tidak sebegitu mendesak seperti sekarang, efeknya juga kurang maksimal. Tidak ada yang benar-benar memeluk pedang sambil berlatih teknik itu. Hanya paman buyutku Qin Huaizhen yang sangat terobsesi dengan hal ini. Sejak kecil ia membawa pedang Tai A untuk mempelajari teknik latihan energi itu, terus berlatih selama puluhan tahun.”
“Apakah dia berhasil menguasainya?” Han Sen semakin penasaran.
“Seharusnya sudah berhasil dikuasai. Kemudian Departemen Investigasi Khusus membentuk Tim Ketujuh untuk memasuki perlindungan dan melakukan penyelidikan. Paman Buyut membawa Pedang Tai A masuk ke perlindungan. Saat beliau kembali, hanya membawa separuh pedang yang patah, bagian belakangnya menghilang. Waktu itu Paman Buyut pernah berpesan: jika ada kesempatan, carilah separuh pedang yang hilang, upayakan perbaikan Pedang Tai A, dan kuasai kembali teknik latihan energi itu.”
